Minta Maaf🙏

3.8K 410 15
                                    


Ilyas kembali masuk kerja hari itu. Ia mulai sibuk mengecek semua bahan-bahan yang hampir habis. Seorang pegawai ia suruh untuk belanja. Ia sendiri sibuk menyusun beberapa barangbyang nampak berantakan hanya ditinggal sehari saja. Memang sifat sabar dan tenangnya tak membuatnya marah sama sekali dengan pekerjaan para pegawainya. Ia hanya cukup kewalahan.

Acilia yang baru masuk pagi itu terlambat datang. Saat melihat Ilyas, ia berjalan mengendap-endap dengan meringis. Gadis itu merasa malu dengan semua perbuatannya yang selama ini sering menyuruh Ilyas seenaknya, tanpa ia tahu bahwa pemuda itulah pemilik rumah makan yang sebenarnya. Ia berjalan perlahan dan hati-hati saat memasuki rumah makan. Ilyas nampak sibuk menata barang-barang sembari menyiapkan bumbu untuk masakan hari itu.

Saat gadis tengil si Acilia berhasil masuk, Ilyas tak sengaja melihatnya.

"Aci!" panggil Ilyas.

Acilia terhenyak saat Ilyas memanggil namanya. Ia menggigit bibir bawah dan memejamkan mata.

Mampus gue!

"Bisa tolong bantuin gue?"

Acilia berbalik dan berjalan mendekati Ilyas perlahan dengan wajah merona karena malu. Padahal jika dilihat dari sudut pandang seorang Ilyas, pemuda itu tak peduli sama sekali jika gadis di depannya itu tengah merasa canggung.

"Em, emang mo ngapain?" Aci merasa biasa saja, setidaknya berusaha biasa saja.

"Lo sekarang bantuin gue ngupas bawang sama potongin daging. Tolong di kulkas. Hari ini keknya bakal rame karena langganan kita pengen nraktir temen-temennya di sini."

"Tau dari mana lo?"

"Tadi dia ngubungin gue, dan dia bilang lumayan banyak. Temen satu kantor dia."

Acilia hanya ber "oh" ria. Tak butuh sepersekian menit, gadis itu sudah sibuk membantu Ilyas. Tanpa suara. Ilyas yang melihat perubahan signifikan Acilia hanya tersenyum simpul. Gadis yang ia lihat pertama kali itu masih sangat manja dan urakan, tapi yang Ilyas lihat sekarang, Acilia lebih giat bekerja dengan sedikit protes.

"Gue boleh tanya sesuatu gak sama lo?" tanya Ilyas. Tangannya juga asyik meracik bumbu yang jadi pesanan langganannya.

"Apa?"

"Lo koq sekarang banyak diemnya?"

Otomatis seorang Aci langsung menegang. Ia gagu memotong sayur sampai ujung jarinya tergores pisau.

"Aww!" jerit Aci.

Ilyas menghela napas dalam dan segera meraih plester dari dalam laci. Ia memang menyediakan perlengkapan P3K di dalam laci.

"Pake ini!" seru Ilyas fengan menyerahkan plester pada Aci.

Acilia langsung meraih plester dan memasang di jarinya tang tersayat tadi.

"Makasih." Ucapan Aci hanya dibalas anggukan oleh Ilyas.

"Lo belum jawab pertanyaan gue."

Acilia berdaham. "Jujur gue malu sama lo."

Ilyas mengernyitkan kening dan menghentikan aktifitas tangannya. Wajahnya berpaling ke arah Aci dengan pisau yang masih setia di genggamannya.

"Malu? Malu kenapa?"

"Selama ini gue udah kurang ajar. Ngomong gak punya aruran sama lo. Sering banget nyuruh-nyuruh lo seenak jidat gue. Gue nyangka, posisi lo sama kek gue di sini, cuma pelayan biasa. Sementara yang jadi bosnya yu si Parsa. Gue minta maaf," ucap Aci. Sama sekali ia tak berani melihat ke arah Ilyas.

Penjelasan Acilia yang seluas rumus persegi panjang, panjang kali lebar itu malah dibalas kekehan geli oleh Ilyas.

"Lo bisa malu juga sama gue? Dan lo minta maaf?" Ilyas semakin cekikikan, "Oke-oke gue maafin." Ilyas malah semakin melebarkan senyumnya.

Sinyal JodohWhere stories live. Discover now