Matrealistis💰

3.9K 412 10
                                    


Ilyas menghitung uang hasil keringatnya membangun rumah makan sederhana itu. Semakin hari, pembelinya semakin ramai. Ilyas bersyukur untuk itu. Ia juga menabung sedikit demi sedikit untuk membeli kamera.

"Lo udah enak dapet penghasilan dari rumah makan ini, Bro. Ngapain juga masih nyari penghasilan lain?"

Ilyas hanya tersenyum mendengar pertanyaan Parsa, sang sahabat yang setia bersamanya.

"Gue niat jadi fotografer itu buat hobi, bukan cari uang. Kalo misalkan gue dapet rejeki dari hobi gue, itu namanya bonus."

"Bener-bener dah lo."

Ilyas hanya tersenyum lagi.

"Lo jangan senyum mulu deh, Yas."

"Salah?"

"Stok cewek yang seharusnya buat gue, jatohnya ke elo mulu."

Ilyas terkekeh. "Lagian isi otak lo cewek mulu. Nih, gue bilangin. Lo kerja aja dulu yang bener. Ntar cewek pasti ngikut juga."

Parsa mematikan putung rokoknya. "Gue pulang dulu dah." Ilyas mengangguk.

Acilia menemui mereka dengan nampan di tangan, "Bos Parsa mau ke mana?" Ilyas tergelak mendengar Aci memanggil sahabatnya dengan Bos Parsa.

"Bos, mending pulang aja gih," goda Ilyas pada Parsa.

Parsa mengangguk dan pergi. Sebelum pergi, ia berbisik pada Ilyas. "Lo sabarin aja ma cewek aneh ini. Kadang sih lembut, tapi keseringen gilanya." Keduanya tertawa terbahak-bahak. Aci yang tak mendengar hanya bisa melongo.

"Ci, lo bantu yang bener si Ilyas, oke?"

Aci tersenyum manis, "Siap, Bos!"

Aci menerima mangkok berisi makanan yang sudah dimasak Ilyas dan mengantarkannya pada meja pembeli. Kerjanya tak beraturan. Mulai dari membantu cuci piring, mengelap meja, mengantarkan makanan, sambil sesekali belajar masak pada Ilyas. Apapun yang disuruh Ilyas, ia lebih memilih menurut saja, walaupun kadang ia merasa dongkol.

"Nih, nampannya!" ucap Aci membanting nampan di dekat Ilyas, "Gue mo selonjor dulu, capek. Pembeli banyak. Gue gak berhenti kerja dari tadi," keluhnya.

Ilyas menggeleng-gelengkan kepala pelan. Ia memanggil pegawainya yang lain untuk menggantikan pekerjaan Aci mengantarkan masakan pada pembeli.

Acilia duduk di pojok meja dengan bangku yang memanjang. Ia mengangkat kakinya di atas kursi sembari memijitnya pelan. Setelah merasa cukup dengan istirahatnya, ia mendekati Ilyas.

"Gue laper. Minta satu porsi makanannya dong."

"Ini belum jam istirahat untuk pegawai baru."

"Satu doang buat gue. Lo mau gue laporin ma Bos Parsa? Ato ke pemerintah bagian HAM, membiarkan pegawai terlantar?"

Ilyas menghela napas pelan. Tak ingin memperpanjang urusan dengan perempuan yang ia pikir aneh itu, ia pun memberikan sepiring isi 3 potong lumpia bersama saos dari keju mozzarella. Aci segera mencari tempat duduk dan melahapnya segera. Aci yang termasuk penyuka cabai juga menghabiskan beberapa cabai di atas piring.

"Masakan lo mantep banget! Kasi gue es buah, gue pedes! Pengen yang seger-seger!"

"Buat saja sendiri."

Aci menoleh pada Ilyas, "Lo pelit banget sih! Bentaran doang juga," sungutnya.

Ilyas tak menjawab, hanya menggeleng pelan seraya membuatkan Acilia es sesuai permintaannya.

"Ini Tuan Putri," sindirnya datar.

Aci dengan nada tak acuh langsung menyedot kuah es buah dan mengunyah buah tanpa sisa. Sesaat kemudian dia bersendawa tanpa memperhatikan sekelilingnya. Pegawai yang lain menatap Ilyas, seolah mengisyaratkan, kenapa gak ditegur, Bos? Tapi Ilyas hanya bisa mengangkat bahu dan tersenyum tipis. Setelahnya pegawai yang lain juga tak peduli dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Sinyal JodohWhere stories live. Discover now