Sayang Binatang🐈

3.6K 349 35
                                    

Acilia menopang dagu sembari memanyunkan bibir mungilnya. Sudah beberapa hari ini Ilyas tak ada kabar. Yang ia tahu, Ilyas pulang ke rumahnya sendiri.

Koko meliriknya sekilas dengan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan terus sibuk mengaduk sayur tumis di atas wajan. Anton, kawan kerjanya menepuk pundak Koko dan berbisik. "Tumben mak lampir gak ngeluarin jurus omelannya?"

Koko dan Anton tertawa yang tak dipedulikan oleh Acilia.

"Bos kan lagi pulang kampung. Merana deh dia. Di sini mana ada yang mau deket-deket sama mak lampir kecuali Bos Ilyas. Deket sama dia, yang ada kena jurus omelnya langsung eror telinga kita. Makan gudeg sih enak, tapi kalo budeg ogah gue," ujar Koko.

"Bener, Bro. Ada ya cewek aneh kek ...."

Anton menghentikan ucapannya dan memilih melongo melihat Acilia menatapkan langkah keluar rumah makan menuju pinggir jalan raya. Tepatnya di semak-semak.

"Lo tebak deh. Dia pasti buat hal aneh lagi," tebak Anton.

Koko mengangkat bahu sambil terus sibuk mengaduk daging asap yang ia bumbui di kuali. Sementara tatapan mata Anton masih melekat pada gadis yang menurutnya aneh itu.

Dari semak-semak, Acilia mengendong sesuatu. Kucing kecil berwarna kecoklatan yang nampak lusuh dan kurus. Acilia membawanya masuk ke dalam rumah makan yang langsung dihadang oleh Intan, salah satu pelayan baru di rumah makan itu.

"Mending lo buang aja deh tu kucing daripada entar yang ada pembeli pada kabur liat pegawai di sini bawa kucing jelek kumuh itu! Lagian ngapain sih, kucing kek gitu dibawa masuk? Jangan aneh deh," sergah Intan.

Acilia tak menggubris ucapan Intan dan memilih masuk meminta seorang pelayan menyiapkan makan dan air hangat untuk kucing kecil. Gadis itu benar-benar tak mengindahkan ucapan semua pegawai yang ada di rumah makan itu dan memilih sibuk mengurus si kucing kecil.

Setelah dirasa selesai memberi makan kucing kecil tadi serta memandikannya dengan air hangat, Acilia mengambil kardus dan memberinya kain tak terpakai sebagai tempat tidur hangat yang ia letakkan di bawah meja.

"Selesai!" ucap Acilia bermonolog sembari menepuk-nepuk telapak tangannya. Setelah itu baru ia ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian.

"Lo beneran aneh ya? Itu kuping apa cantelan sih?" omel Intan.

Tetap saja Acilia tak menggubris dan malah mengambil nampan untuk mengantarkan makanan. Namun dicegah langsung oleh Anton.

"Lo tadi udah megang kucing dekil dan sekarang mo nganterin makanan? Mending gak usah deh," tukas Anton.

Acilia geram mendengar semua orang berceloteh ria. Mereka melupakan bahwa si Aci sendiri adalah gadis aneh si ratu omel.

"Bacot lo bisa diem gak? Dari tadi kuping gue budeg! Heh, Anton! Intan! Ato lo semua! Gue udah mandi. Udah bersih. Lagian kenapa juga jijik sama kucing itu. Kucing itu gak mandi setahun pun gak kira bau. Nah, kalian pada, sehari aja gak mandi dah jadi sarang kuman. Gitu aja mikir sok bersih! Dasar otak udang! Itu otak jangan kumpul sama kotoran. Gak usah sok bersih! Sok suci! Ennek gue!" bentak Acilia.

Seseorang melangkah pelan masuk ke dalam rumah makan dengan senyuman gelinya. Beberapa hari saja tak bertemu gadis tukang buat ulah itu membuatnya rindu. Entah rindu apa. Sulit ia jabarkan. Tapi jangan berpikir pemuda itu jatuh hati. Karena dari alam pikirannya sendiri mustahil ia menyukai Aci yang konyol.

—★—

"Rahagiii!!!"

Teriakan lantang terdengar dari lantai bawah. Tepatnya seorang wanita yang tengah berkacak pinggang dengan gigi gemerutuk.

Sinyal JodohKde žijí příběhy. Začni objevovat