Salah Paham

2.5K 265 17
                                    

"Masih ngerasa frustasi gegara perjodohan itu?"

Tumben menurut Aci yang terlihat menatap aneh pada Ilyas yang menghidangkan es sup buah di depannya di atas meja yang tengah termangu tanpa diminta. Biasanya gadis itu harus merengek manja dulu pada Ilyas untuk membuatkannya. Sekalipun Ilyas tengah sibuk. Sewaktu  pemuda itu menyuruh Acilia meminta pada yang lain atau membuat sendiri saja tentu saja Aci langsung menolak. Baginya es sup buah buatan Ilyas beda dari yang lain. Demi sebuah hentinya bunyi rengekan Aci, Ilyas membuatkan saja walaupun kadang Ilyas membuatkannya dengan sembarang memasukkan bahan. Namun bagi Aci, tetap terasa nikmat.

Setelah menyesap es sup buah di depannya sampai habis, barulah Aci memberi komentar.

"Gue gak akan kepikiran cuma omongan mereka. Gak penting!" seloroh Aci.

"Mereka orangtua lo. Hargailah. Mungkin itu terbaik buat lo, Acilia."

"Tumbenan sekarang ada dua. Tumben lo buatin gue es sup buah tanpa gue minta duluan dan tumbenan lo nyebut nama gue agak panjangan."

"Udah gak penting juga. Yang penying lo dengerin apa yang omongan bokap nyokap lo."

"Gak penting sih. Karena ada yang lebih penting."

"Apalagi?"

"Cowok yang dijodohin sama gue itu harus elo dan gak boleh yang lain."

"Itu namanya otoriter, Aci."

Acilia menatap lama wajah Ilyas yang langsung diempas dengan memalingkan wajah oleh Ilyas. Aci langsung cemberut.

"Gue tau gue bukan tipe lo. Tapi seenggaknya liatin gue juga napa?"

"Itu juga salah satu prinsip gue. Bukan karena gak suka sama lo. Dan itu berlaku buat semua bangsa lo, Aci."

"Dasar anak kiai!"

"Udah deh gak usah mulai. Gue di sini jualan. Bukan anak kiai."

Acilia beranjak dari kursi sembari membawa mangkuk bekas pakai es sup buah. Sementara ganti Ilyas yang termangu cukup lama. Sebenarnya ada sesuatu yang tengah ia risaukan juga. Ia pun dijodohkan. Dan sesuai janji dulu pada dirinya sendiri, ia akan memenuhi semua keinginan kedua orangtuanya demi menebus dosanya keluar rumah tanpa persetujuan si abah dan uminya. Dan demi prinsip memenuhi bakti sebagai seorang anak.

⚘⚘⚘

Langkah kaki Ilyas menuju pada sebuah kalender yang tertempel di dinding rumah makan. Setelah mencari tanggal yang tertera, ia segera menghubungi Parsa, sahabatnya. Setelah berbicara di ponsel cukup lama, Parsa menunggu Ilyas di depan rumah makan.

Ilyas meminta Koko menjaga rumah makan. Koko mengangguk saja.

"Lo yakin, Yas?" tanya Parsa kembali yang hanya disertai anggukan lemah oleh Ilyas.

Parsa pun memilih bungkam dengan sesekali menoleh pada sang sahabat yang ia tahu tengah risau.

"Kalo lo gak mau, lo tinggal tolak aja, Yas."

Ilyas terdiam sebentar sambil memandang lurus pada jalan di depannya.

"Gue udah janji sama diri sendiri, Sa," ujar Ilyas.

Sinyal JodohOnde histórias criam vida. Descubra agora