Chapter 14 (We're the only one)

18.9K 1K 35
                                    

~Robert's P.O.V~

"What?! Jake meninggal?!"

"Ini gara gara kamu bert! Kamu ajak kita terlibat dan sekarang Jake mati!"

"Hey jangan salahkan aku! Aku cuma mau teman kita beristirahat dengan tenang"

"Dan karena itu kita semua akan beristirahat bersamanya!"

Aku dan Calvin juga Pete mulai bertengkar di depan teras rumahku alias tempat menongkrong kami biasanya. Pete dan Calvin terus terusan menyalahkanku atas kematian Jake. Lagipula belum tentu Jake dibunuh oleh orang yang kita cari!

"Ok guys calm down, apa ada yang punya buk-"

"Bukti apa lagi Bert?! Kalo kita ini makin kepoin si pembunuh apa kita gak mati juga?!"

"Calvin calm! Ok kalau kalian gamau terlibat, gausah! Biar aku sendirian"

Aku menatap kedua temanku yang mulai saling pandang seperti yang sedang mendiskusikan sesuatu.

"Fine, kamu bisa ambil bukti dengan cara cara gilamu. Sedangkan aku dan Pete akan mencari dengan cara kita sendiri"

Calvin dan Pete mulai berdiri dan meninggalkanku sendirian di teras rumahku. Mereka ini kenapa sih? Belum tentu juga si Julia yang aku curigai itu yang membunuh Jake. Mungkin ada psycho lain yang membunuhnya.

Aku masuk kembali ke dalam kamarku dan melihat sprei kasurku sudah penuh dengan darah. Aku menutup hidungku karena bau yang sangat menyengat itu terus merasuki hidungku. Ternyata itu bukan hanya tumpahan darah biasa. Terlihat seperti kode.

'97, Timur, Tidak, 5'

97 Timur Tidak 5? Maksudnya apaan coba?

Aku mengambil kertas dan menulis kode tersebut di kertasku dengan terburu buru. Aku sering memecahkan riddle dengan kode seperti ini tetapi aku masih tidak mengerti apa maksud kode ini.

Maksudnya apa ya?

~Calvin's P.O.V~

"Dasar Robert bodoh! Seenaknya saja dia menarik narik kita kedalam masalah yang menyangkut nyawa! Tau gitu gue gamau ikutan cari cari bukti gajelas itu!"

"Yeah, kamu tau Robert lah Pete. Dia anak riddle dan suka banget mecahin masalah. Tapi dia gak sadar sadar juga kalau ini dunia realita."

"Tapi harusnya gausah bawa bawa kita! Akhirnya kan kita kehilangan seorang teman lagi!"

Aku terus mendengarkan omelan - omelan Pete sepanjang jalan pulang. Bibir kejamnya tidak berhenti berhenti mengomel hingga kita sampai di perumahan Pete yang lingkungannya sedikit sepi. Orang orang perumahan ini antisosial dan sombong karena ini adalah perumahan orang kaya. Aku berencana untuk menghibur diri di rumah Pete sekaligus meminjam game DOTA baru miliknya.

"Pete, kemana sih semua orang? Damai damai aja. Biasanya ada kalung terbang"

"Yakale kalung terbang, emang biasanya juga kayak gini."

Aku merasa kami berdua sedang diikuti. Bulu kudukku berdiri dengan cepat dan aku menoleh pada Pete yang cuek saja berjalan dengan santainya.

"Pete, kita lari yuk?"

"Ck, ngapain lari sih? Ok sekarang lu parno sendiri?"

"Yeeee bukan parno parno gitu. Gue udah punya perasaan gak enak"

"Tuh kan lu parno"

"Gue gak-----!"

Belum sempat aku menjawab Pete, tiba tiba teriakan Pete mulai memekakkan telinga hingga aku melompat kaget menjauh darinya. Tak kusangka, sudah ada pisau menancap pada punggung Pete. Aku mencoba menolongnya dengan mencabut pisau tersebut tetapi aku salah. Setelah aku mencabutnya, bukannya Pete memperkuat diri untuk berdiri dan aku dapat membopongnya, Pete malah tergeletak tak berdaya dengan nafas yang makin lama makin berat.

A Psychopath Life 2Where stories live. Discover now