Chapter 9 (2 problem at once)

20.8K 1.1K 79
                                    

Hari ini Julia meninggalkanku sendirian dirumah karena ia akan mengunjungi pemakaman omnya. Sebenarnya dia setengah pintar dan setengah bodoh. Pintarnya, dia bisa acting dan bodohnya bagaimana cara dia hidup kalau nantinya dia membunuh om dan tantenya? Mau kemana dia? Mau dibawa kemana aku? Kecuali kalau dia sudah punya rencana lanjutan. Aku akan sangat senang.

Rasa penasaran tiba tiba muncul di otakku. Memang biasanya saat sepi seperti ini rasa ingin tauku makin besar. Aku mulai melihat lihat barang barang milik Julia. Apalagi kecurigaanku pada Julia kalau dia yang membunuh kakakku masih tidak hilang juga.

Aku membuka laci meja Julia dan aku temukan sesuatu yang agak familiar untukku. Itu kan pisau terbesar di dapurku dulu yang hilang bersamaan dengan kaburnya kak Rose? Mama mencari pisau itu kemana mana. Dan di pegangan pisau tersebut terdapat inisial "R". Darimana Julia mendapatkannya?

~Julia's P.O.V~

Aku melihat tanteku yang terus memeluk nisan omku walau seluruh tamu tamu yang melayat sudah pulang beberapa saat yang lalu. Setelah aku sadar, pemakaman ini adalah tempat pemakaman Rose dan keluargaku. Disini.

"Tante, aku mau ke toilet sebentar ya"

Tanteku tidak menjawab ataupun merespon pertanyaanku. Ia masih menangisi mendiang suaminya. Giliran saat suaminya hidup malah ia sia siakan dan yang ia pikirkan malah hartanya. Harta tidak bisa mengembalikan nyawa seseorang.

Aku akhirnya memutuskan untuk pergi ke makam Rose terlebih dahulu sebelum aku mengunjungi makam keluargaku.

Aku duduk disamping makam tersebut dan tidak terasa mataku pedih menahan tangis. Aku tidak yakin aku sudah tidak berperasaan lagi atau makin sensitif.

Aku mengusap batu nisan bertuliskan nama dan kata kata terakhir yang ia ucapkan. Tak sadar airmataku menetes juga. Tiba tiba saja aku melihat lelaki berjalan kemari. Mataku masih agak buram untuk melihat wajahnya.

Ia terus mendekat dan duduk di samping lain makam Rose. Aku berkali kali mengedipkan dan mengucek mataku agar dapat melihat jelas. Ternyata dia Jeff. Jeff? Oh my god aku sangat merindukannya!

"Jeff?"

"Hi Julia, sudah lama kita gak bertemu.. Sekarang kamu udah besar ya"

Aku tersenyum senang dan memeluknya. Tak sadar aku menangis dibahunya yang berbau hanyir darah. Ia hanya mengusap punggungku mencoba untuk menenangkanku. Setelah bertahun tahun akhirnya aku bertemu lagi dengan Jeff.

"Jeff maaf ya aku membunuh kekasihmu"

"Rose bukan kekasihku.."

"Gatau tuh authornya yang bilang Rose pacarmu"

*tiba tiba sunyi dan authorpun digebugin sama Jeff* T_T

"Dasar author nyebelin. Bukan, dia bukan pacarku kok Jul. Tetapi kematiannya ya membuatku dan yang lainnya sedih juga.."

"Maaf banget ya Jeff"

"Gapapa kok, aku tau kamu gak sengaja. Waktu itu aku marah karena ya aku masih gak mau aja temenku tiba tiba meninggal seperti itu.. Sekarang aku sudah lebih mengikhlaskannya"

Jeff mengusap kepalaku perlahan dan saat aku menoleh ke makam omku, tanteku sudah tidak ada disana. Ok aku ditinggalkan disini. Yasudah sih, aku memang sudah terbiasa jalan kaki.

"Kamu kesini sendirian Jul? Ke kabinku dulu yuk?"

"Aduh aku ninggalin seseorang dirumah"

"Who?"

"Adiknya Rose"

"WHAT?!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"So kamu ini adiknya Rose?"

"Iya aku adiknya, dan kau?"

"Aku temannya Rose"

Jeff membekapku yang awalnya sudah ingin bilang bahwa Jeff ini TTM nya Rose. Tetapi ah sudahlah, dengan saat seperti ini manabisa aku bilang seperti itu. Yang aku pikirkan sekarang adalah jenazah Steven. Sudah dibawa atau belum ya? Karena hari ini aku juga berencana membunuh partner - partnernya.

"Jeff, tolong jaga Carren sebentar ya. Aku mau ke sekolah"

"Ngapain Jul?"

"Ahh kau pasti tau lah apa yang akan aku lakukan hari ini.. Aku ingin menuntaskan dendamku juga Carren"

Carren menelan ludahnya karena mungkin sudah tau apa dan siapa yang aku maksud. Aku mengantungi pisauku dan keluar lewat jendela. Old tradition.

~Robert's P.O.V~

"Steven dibunuh? Kok bisa sih Calv?"

"I don't know Robert! Waktu itu dia lagi ngerjain tugas sendirian kan dikelas?"

"Iya. Aku gatau lah. Siapa coba yang mau bunuh dia?"

"Seseorang yang sudah pasti membencinya"

"Steven punya banyak musuh."

"Aku punya 3 suspect sih. Yang pertama Theo. Theo itu kan musuh terbesar Steven dan mereka selalu bersaing untuk segalanya. Bahkan Theo pernah bilang akan mengoyak isi perut Steven kalau dia berbuat masalah lagi. Yang kedua Hana, mantan Theo. Hana kan wataknya kejam tuh. Apalagi memang mukanya muka muka sadis. Dia kan gak rela tuh diputusin Steven. Yang ketiga si freshmen tua itu"

"Maksudmu Julia? Kenapa kamu bisa suspect dia?"

"Kamu gak liat apa tingkah lakunya? Tawanya saja saat Steven mengejeknya dan Carren sudah berbeda, apalagi tatapan kebenciannya pada Steven. Aku memperhatikannya tau"

"Jangan jangan elo naksir sama dia, Bert"

"Enak aja gue naksir sama emak emak gitu, ya enggak lah yawww.. Dihati gue cuman Santana seorang"

Aku memasang muka jijik dan memandangi bangku Steven yang masih berlumur darah. Jenazah Steven baru dibawa kerumah sakit beberapa saat yang lalu. Awalnya hari ini aku iseng iseng saja ke sekolah hari Minggu dan ya aku kemari karena pr ku tertinggal di meja guru. Siapa yang tidak kaget menemukan temannya mati ditempat dengan mata terbuka lebar?

"Jadi menurut kamu siapa yang bunuh Steven, riddle boy?"

"Aku gatau.. Tapi kok aku curiga ke freshmen tua itu ya?"

"Ngapain coba orang payah seperti itu membunuh Steven? Mungkin pegang pisau aja dia udah gabisa!"

"Jangan menilai orang karena penampilannya, bro. Bisajadi aja kan?"

"Iya deh bisa. Yaudah bro ayo ke rumah sakit aja yuk, merinding gue disini"

"Yaudah ayo, lagian gebetan gue si Santana adeknya Steven mungkin lagi butuh pelukan gue"

"Santana butuh pelukan elu? Mending dia meluk kaktus aja kali!"

A Psychopath Life 2Место, где живут истории. Откройте их для себя