Chapter 19 (Further)

16.2K 984 17
                                    

~Author's P.O.V~

"Seseorang telah menerobos kedalam rumahku dan membunuh 3 tamuku"

"Bukti apa yang anda punya?"

"Ini, lihatlah sendiri"

Mr. Freddicks alias pemilik club memberikan 1 kaset rekaman cctv berbentuk tape recorder pada seorang detektif yang sedang duduk dibangkunya dan mengambil tape recorder yang digenggam oleh Mr. Freddicks. Tatapan Mr. Freddicks begitu meyakinkan sehingga detektif tersebut berjanji akan menangani kasus ini.

Seorang rekan detektif tersebut yang bernama Ms. Pepper dengan sigap menghampiri dan menoleh pada Mr. Freddicks yang baru saja beranjak dari bangkunya. Mr. Gruise terlalu sibuk berpikir hingga Ms. Pepper harus menyenggol bahunya untuk bertanya.

"Ah Pepper, ada apa?"

"Ada kasus apa lagi pak Gruise? Sepertinya serius sekali memikirkannya"

"Ada yang melapor rumahnya kedatangan pembunuh dan ketiga tamunya tewas terbunuh."

"Apa ada bukti yang kuat?"

"Ia memberikan tape recorder ini dari cctv nya"

"Rumah pribadi apa yang memiliki cctv?"

"Mungkin itu bukan rumah biasa, Ms. Pepper"

Mr. Gruise atau detektif yang menangani kasus kemudian memutar tape recorder yang diberikan oleh Mr. Freddicks ke TV disampingnya. Ms. Pepper terus berdiri disamping Mr. Gruise sambil membenarkan posisi data data yang terus digenggamnya erat.

Dari rekaman, terlihat jelas bahwa ke-3 orang yang masih bermabuk mabuk di tengah ruangan masih bercanda ria dan menggenggam erat minuman masing masing. Semua keadaan terlihat normal walau ada 3 orang yang bermabuk mabuk yang seharusnya dihukum menurut undang undang.

Dari jendela sebelah kanan, muncullah bayangan 2 orang dengan tinggi yang berbeda. Mereka diam untuk beberapa saat, mungkin untuk sedikit bercakap cakap.

Tak lama kemudian, salah satu dari mereka menendang jendela dan salah seorangnya lagi melompat memasuki jendela yang sudah ditendang itu. Dalam sekejap itulah tanpa hitungan menit korban sudah tidak bernyawa lagi. Darah berhamburan kemana mana. Bahkan darahnya sampai memuncrat ke kamera cctv. Darahnya membuat rekaman menjadi buram di akhir akhir adegan hingga wajah pelaku tidak terlihat jelas walau ciri ciri pelaku agak meyakinkan.

Sedikit terlihat di rekaman bahwa kedua pelaku adalah lelaki dan perempuan. Pembunuh pertama mengenakan baju hoodie putih sedangkan pembunuh kedua berlari dengan agak pincang. Tidak tau kesakitan karena menendang jendela atau memang dari awal datang sudah seperti itu.

Tetapi, tetap saja dengan rekaman seperti itu tidak dapat dipastikan siapa pelakunya. Seorang detektif tidak dapat asal tuduh dan akhirnya dihukum karena menuduh orang yang salah. Tentunya para detektif harus menyelidikinya sendiri ke tempat kejadian. Kasus pembunuhan akan berakibat fatal jika pelaku dibiarkan berkeliaran tanpa ditindak lanjuti.

Dengan kasus seperti ini, tentu saja hukuman yang sepadan adalah hukuman mati. Nyawa tidak bisa diganti oleh uang ataupun penjara bertahun tahun.

Keesokan harinya, Mr. Gruise dan 5 rekannya sampai di tempat kejadian atau di 'rumah' Mr. Freddicks. Tentu saja itu bukan hanya rumah pribadi jika di samping pintu ada tanda bertuliskan 'starlight club'.

Memang benar club ini kosong setiap pagi. Mungkin juga Mr. Freddicks mengalami kerugian atas kecelakaan yang terjadi di dalam tempat berbisnisnya. Tetap saja sih, club ini harus ditutup karena memang dilarang oleh pemerintah.

Mr. Gruise perlahan membuka pintu rumah tersebut yang tentunya sudah tidak ditempati lagi oleh Mr. Freddicks. Pintu rumah yang tidak terkunci memudahkan Mr. Gruise dan rekannya yang siap untuk menyelidiki TKP.

A Psychopath Life 2Where stories live. Discover now