Chapter 22 (Refuse)

15.3K 984 40
                                    

~a while later~

"This. Is. Terrifying."

"Carren kalau kamu takut masuk aja ke kamarmu"

"Nope. Ini menyangkut Julia dan aku mau tau"

Aku melihat Carren yang terus bergetar melihat Slenderman dan beberapa 'keluarga' ku. Apa aku harus ya meminta bantuan mereka semua? Aku malas jika nantinya aku lagi yang diangkat terbalik oleh tentacles nya Slendy.

"Ini anak yang dulu membahayakan kita?"

"Iya Slend. Ini Julia, umurnya 18 sekarang"

"Dia cantik"

"Huh?"

"Untuk pajangan dindingku."

"Oh.."

Aku terus melihat Slendy yang terus menepuk nepuk wajah Julia dengan tentacle nya. Aku mencoba berpikir jernih agar dapat mendapatkan rencana yang baik tanpa harus ada yang tau keberadaan teman temanku. Tapi apa mungkin aku mau mereka menolongku? Ha! Aku tidak butuh bantuan! Tetapi...

"Slendy, dimana Jack, BEN dan Sally?"

"Mungkin sedang bermain game. Nanti mereka nyusul"

"Bisa bantu aku?"

"Bantu apa? Kamu gak nyolong topi polisi lagi kan? Kamu sudah punya 1 lemari"

"NO!"

Kudengar Carren mulai terkikik geli di belakangku dan segera saja aku mengangkatnya juga menaruhnya diatas lemari tinggi dan reotku. Tempat dulu aku menyimpan koleksi organku. Bau hanyir dari lemari itu masih tercium dengan jelas.

"Jeff turunkan aku!"

"Sampai kau bertelur juga aku akan biarkan kau turun sendiri. Mandirilah"

Kulihat Slendy malah menurunkan Carren dan mengajak Carren untuk memutari hutan. Pfff, ada pula orang kayak Slendy. Wait, dia kan bukan manusia? Haha. Bodohnya aku.

~~~~||~~~~

~Julia's P.O.V~

Akhir akhir ini aku jarang sadarkan diri. Aku bahkan tidak tau mengapa. Aku tidak ingat apa yang terjadi padaku terakhir kalinya. Aku selalu sakit sakitan akhir akhir ini pula..

Kakiku pegal pegal, badanku pedih dan suasana sekitar terasa sangat dingin. Bau hanyir ada dimana mana walau aku sangat menyukai bau itu.

Aku terbangun oleh suara game yang sangat keras juga sorak gembira seorang lelaki yang aku tau. Bukan Jeff. Mungkin BEN?

Aku mencoba membuka mataku yang masih terasa berat dan ternyata prediksiku benar. Disampingku sudah ada BEN dan Jeff yang bertanding main game. Bunyi bising itu menyelamatkan nyawaku? Hahaha.

"Julia?"

"BEN? Jeff?"

Aku duduk perlahan dibantu oleh mereka dan melihat sekitar. Aku ada di kamar Rose 3 tahun yang lalu di cabin tua milik Jeff. Tidak ada yang berubah kecuali debu yang makin menebal di setiap sisinya.

"Julia, kamu tidak apa apa?"

"Yeah. Mungkin BEN.. Oh ya, kenapa kamu kesini?"

"Aku, Slendy juga Jack ingin membantu masalahmu dan Jeff. Dengar dengar, detektif Gruise itu belum mati dan mengumpulkan beberapa polisi untuk menyerang kalian"

"Wow, aku seperti avatar yang diserang oleh negara api"

"Julia aku serius! Pffff, kalau kamu ini bukan penerus Rose sudah pasti aku akan menenggelamkanmu"

Aku mulai tertawa pelan mendengar aksen BEN. Sok kejam tetapi malah menjadi aneh. BEN memegang sayatan di samping bibirku.

"Sudah memudar ya?"

"Iya BEN. Aku adalah orang aneh jika bekas ini tidak hilang juga"

"Kita semua memang aneh"

"Lalu kapan kalian akan membantu?"

"Aku tidak tau. Slendy masih harus dibujuk. Dia kan seperti papa kita. Kita cuman bisa mengikuti perintah"

"Ok aku akan coba bicara padanya"

Dengan terburu buru, aku menyingkirkan selimut tipis dari badanku lalu berlari keluar. Mencoba mencari Slendy di antara pepohonan, Seketika flashback terputar kembali dikepalaku. Apalagi tentang kesedihan saat Rose meninggal.

Tak lama kemudian, aku melihat Slendy yang sedang berjalan bersama Carren memutari hutan. Aku segera berlari padanya dan melambai kepada Carren.

"Oh, si Putri Solo sudah bangun"

"C'mon Slen, jangan sensi gitu dongg"

"Fine whatever"

"So Slen-"

"Nope, aku tidak akan bantu kau. Itu adalah masalahmu sendiri. Yang dapat dan mau membantumu hanya Jeff."

"Tapi.."

"Tidak ada tapi tapian. Itu masalahmu, bukan masalahku, bukan masalah anak ini dan ini juga sebenarnya bukan masalah Jeff"

"I'm sorry.."

Aku menatap Slenderman yang kemudian menghilang dalam sekejap mata. Carren berlari dan memelukku erat erat.

"Sabar ya Jul. Dan aku senang sekali kau sudah bangun"

"Yeah. Mungkin aku sudah cukup bersabar. Jika tidak ada yang bisa membantuku aku bisa sendiri"

"Tetapi akan ada banyak orang yang menyerangmu? Misalkan 100 orang melawanmu? Kau bisa apa Jul?"

"Apa salahnya mencoba"

Aku menggandeng Carren kembali masuk ke Cabin. Jeff, Jack dan BEN yang awalnya berebut stick game langsung diam terpaku dan menatapku.

"Jadi bagaimana?"

"Slendy tidak mau membantu.."

"It's okay Jul, kita akan membantu"

"No, kau mengikuti perintahnya bukan? aku tidak mau kalian yang kena marah"

Aku duduk disamping BEN dan memainkan bajuku. Aku terus memendam rasa sedihku sengan dendam agar tidak ada lagi airmata yang dapat aku teteskan sia sia. Ini resiko yang aku tanggung karena selama ini aku salah menjalani hidup.

"Hey.. Aku dengar kau di rsj 3 tahun kan?"

"Lalu?"

"Semua itu membongkar mentalmu, tetapi mengapa hanya sementara? Kau tidak ingin mengecewakan Rose bukan?"

"Yeah.."

"Tenang aja, aku dan Jack akan mencoba membantumu"

"Thanks Ben.."

Aku tersenyum kecil dan menatap Jeff yang malah diam termenung menatap ke ujung ruangan. Aku merasa bersalah sekali padanya. Sudah sudah aku melibatkannya, dia pula yang harus berjuang bersamaku. Ah, membingungkan sekali dunia ini.

"No, jangan bantu kita. Aku yakin aku dan Julia bisa menyelesaikannya"

Jeff menoleh pada teman temannya dengan tatapan dinginnya. Seketika rasa takut di dadaku mengembang kembali. Ia menolak penawaran teman temannya? Bagaimana dia berpikir bahwa aku dan dia dapat mengatasinya sendirian?

A Psychopath Life 2Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora