Chapter 1 (Aunty?)

38.6K 1.5K 28
                                    

Aku masih benar benar terpukul tentang kematian teman yang sudah kuanggap kakakku yaitu Olivia Rose. Bahkan sekarang aku masih duduk disamping makamnya. Aku merasa sangat bergantung padanya. Bagaimana caranya agar aku bisa matang sepertinya?

"Julia?"

Suara yang familiar di telingaku memanggilku. Ternyata ia adalah tanteku. Dia pasti kesini karena makam kedua orang tuaku dan kakakku juga disini.

"Julia kamu kemana saja? Tante dan om mencarimu kemana mana dan kami kira kamu sudah.."

"Mati? Yeah jiwaku sudah mati"

"Sudahlah, kau terlalu banyak omong kosong. Makam siapa yang kamu kunjungi? Kenapa bukan makam keluargamu?"

"Ini? Oh ini hanya makam orang yang benar benar peduli padaku"

"Sudahlah Julia, pikiranmu mulai kacau. Ayo kita pulang"

"Tidak mau, tante! Aku tetap disini"

"Julia ayo pulang!"

Tanteku menarik tanganku kuat kuat hingga aku sedikit kesakitan. Memang awalnya aku tidak mau ikut tanteku karena ia adalah orang yang kejam dan ringan tangan makanya ia dan omku sering sekali bertengkar bahkan setauku mereka nyaris bercerai. Tapi.. Ah apa pula urusanku?

*1 bulan kemudian*

Aku capek. Sangat capek. Why? Oh, mungkin karena tante Laura terus menyuruhku mengerjakan semua pekerjaan rumah. Seperti mengepel, menyapu, menyuci, dan sebagainya. Aku harus tetap terlihat senang mengerjakannya. Tetapi didalam hatiku, aku sangat dendam padanya juga omku yang hanya diam saja melihat keponakannya seperti ini.

"Julia"

"Iya tante Laura?"

"Besok kamu mulai sekolah lagi ya, pokoknya kamu masih harus terus sekolah"

"Tapi tante aku sudah tidak masuk lama sekali"

"Gapapa. Kamu harus tetap masuk"

Tanteku terus membaca korannya dengan muka cuek. Masuk sekolah? Apa nanti aku tidak akan diejek habis habisan karena tidak masuk sangat lama juga tidak punya orang tua? Huh, andai saja Rose masih hidup. Aku pasti masih tinggal bersamanya di cabin juga bersama Jeff dan Sally. Sudahlah, jangan pikirkan masa lalu.

Keesokan harinya, aku mencoba mengambil baju seragamku yang sedikit berdebu. Sudah seberapa lamanya coba aku tidak sekolah..

"So.. This is it.. I'm back"

Julia melirik pisau yang ada dimejanya dan memasukkannya kedalam tas. Ia menjadi agak ketakutan kalau nanti disekolah ia akan menjadi anak yang terpojokkan.

"Julia sudah siap?"

Om Daniel terus memanggilku hingga aku harus memakai bajuku terburu buru. Sudah terpampang jelas ulangan ulangan yang belum aku laksanakan, pr setumpuk yang harus aku kejakan, juga tawaan dan ejekan satu kelas padaku.

Aku dan Om Daniel terus diam didalam mobil. Aku terus teringat nama panggilan Jeff untukku. Anak pembawa sial. Padahal aku tidak bermaksud begitu. Dan sekarang, awalnya aku ingin bebas ternyata kembali lagi kepada saat saat seperti ini.

"Julia, sudah sampai"

"Makasih ya om"

"Dan.. Kalau udah sampai rumah, lebih baik kamu langsung tidur saja"

"Kenapa?"

"Cucian didapur penuh, jangan sampai tantemu menyuruhmu menyucinya"

"Oh... Iya om makasih"

Aku langsung turun dari mobil omku dan beberapa pasang mata langsung tertuju padaku. Aku berjalan dengan kaki gemetar kedalam sekolah. Dari dalam, sudah terlihat wali kelasku yang langsung memegang bahuku.

"Julia, ibu tau kamu masih terpukul tentang keluargamu jadi kamu tidak mau sekolah selama ini"

"Iya bu, saya masih agak sedih"

"Yaudah untuk melengkapi ujian dan pr mu sekarang kita tes lisan saja ya"

Guruku terus merangkulku kedalam kelas. Sepanjang perjalanan, semua orang terus melihat padaku bahkan aku mendengar mereka berbisik bisik. Aku pasti berita yang masih hangat dan segar disekolah ini.

Guruku mengetest ku dan keringat dingin mulai turun dari keningku. Aku tidak ingat apapun. Bahkan pelajaran yang baru aku dapatpun tidak dapat aku hafalkan.

"Haha! Julia gabisa jawab karena pikirannya hancur kayak isi tahu!"

"Apa kamu bilang?!"

Musuh sekelasku, Tina berteriak begitu saja hingga aku terbawa bawa emosi dan menjambaknya kuat kuat hingga rambutnya rontok. Bahkan aku mencakar cakar mukanya. Guruku terpaksa menarikku yang terus menggeliat sambil berteriak dan akhirnya guruku harus menelfon tanteku.

Habislah aku.

"Julia kau sudah gila!"

"Aku memang gila Tina! Dan kau adalah orang yang ingin aku cekek dan aku buang ke sungai!"

"Bu guruuu"

Muka Tina terlihat memucat dan berlari ke belakang kelas. Sesaat kemudian, tanteku datang dan menyeretku pulang. Walau aku menjadi tontonan beberapa orang, tanteku tidak peduli seujung jaripun. Dia tidak peduli mempermalukanku dan dirinya sendiri.

Tanteku memasukkanku kedalam mobil dan mengikatku yang tidak mau diam dengan tali yang mungkin sudah ia simpan dimobil. Ia melihatku sejenak dan menggelengkan kepalanya.

"Julia, kau memang aneh akhir akhir ini. Aku sering mendengarmu menangis dan marah marah sendiri didalam kamar. Sepertinya aku harus memasukkanmu kedalam rumah sakit jiwa. Jiwamu sudah terganggu"

~weyheyyy, welcome to book 2 dari A Psycopath Life! Mudah mudahan masukan dari readers semuanya bisa aku bikin disini ya, mungkin ini msh proses awal pembentukan karakternya.. So, hope you like it!~

A Psychopath Life 2Onde histórias criam vida. Descubra agora