Chapter 3 (Cover Up)

24.1K 1.4K 47
                                    

Pagi ini tanteku sempat menelfon ke rumah sakit bahwa ia akan menjemputku nanti siang dan tentu saja orang rumah sakit ini langsung memberitauku untuk bersiap. Setelah beberapa lama hingga siang pun tiba, Orang rumah sakit ini yang menjagaku tiap hari akhirnya melepaskan baju putih yang membuatku sesak, tersiksa dan pegal selama 3 tahun ini.

Aku sudah lama menunggu agar baju ini dilepaskan dariku juga aku menunggu sangat lama untuk merasakan kasur kamarku yang empuk juga dingin. Aku merindukan segalanya. Juga saat saat aku menjadi pembunuh.

"Sudah 3 tahun sejak kau disini, pasti kamu senang bisa bebas lagi"

"Ya, aku sangat senang"

"Kamu sudah dewasa sekarang, padahal saat pertama kamu kemari kau masih anak anak"

"Yeah. 15 tahun.."

Aku merentangkan kedua tanganku yang terasa pegal dengan gembira dan melihatnya yang sedikit tersenyum. Tetapi apa boleh buat? Aku terlanjur dendam padanya karena menahanku disini dan akhirnya aku membekapnya juga mencekiknya hingga nafasnya terhenti. Matanya perlahan terpejam dan tubuhnya melemas. Aku hanya tertawa sangat puas dan berjalan keluar ruangan putih ini dengan gembira. Aku sudah kembali lagi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Tante, dirumah nanti apa tante membelikanku sesuatu?"

"Membelikan apa?"

"Tante bilang tante memberikanku hadiah?"

"Hadian mahal? Ohaha. Hadiah itu sebenarnya milikku. Sepatu boots mahal yang aku beli, dan hadiah untukmu adalah mencucinya. Tante habis pedicure, tante tidak mau merusak kuku tante. Lagipula kamu beruntung karena tante hanya membiarkan sepatu itu dicuci oleh orang yang tante percaya. So, tante percaya padamu. Itulah hadiah ulangtahunmu. Mahal kan?"

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan tanteku yang mulai pamer juga memperbudakku lagi. Ia tertawa kejam mengejek seperti biasanya yang kuingat. Emosiku yang meluap sampai ke ubun ubun terpaksa aku tahan dulu daripada tante Laura memutar balikkan mobilnya ke rumah sakit jiwa nightmareku itu.

"Okay sudah sampai, ingat lakukan tugasmu"

"Tetapi tante, izinkan aku istirahat beberapa saat boleh? Tanganku masih pegal karena ditahan oleh baju rsj itu selama 3 tahun"

"Yasudah, istirahatlah 10 menit lalu lakukan tugasmu ya"

"Iya tante"

Tanteku keluar dari mobilnya mendahuluiku dan memasuki rumahnya tanpa mempersilahkanku. Yea, ini adalah penyiksaan secara tidak langsung. Tetapi aku masih senang karena bisa menghirup udara segar lagi.

Aku benci pada tanteku, aku ingin sekali membunuhnya semudah saat aku mencekik orang rumah sakit yang menjagaku. Tetapi kalau tanteku meninggal, om ku mungkin membawaku kabur untuk dia agar bisa menikah lagi. Haha, sebenarnya itu menyenangkan tetapi.. Let's play a little game instead..

Ya aku masih tetap mencuci sepatu "mahal" nya. Aku juga masih tetap mematuhi apa yang ia suruh aku untuk lakukan. Tetapi, seluruh perbuatan pasti ada balasannya kan? Aku akan bermain pelan saja dengan tanteku.

Setelah mencuci sepatu tanteku, kulihat om Daniel yang memperhatikanku terus. Dengan muka cemas, actually. Syukurlah kalau dia masih mencemaskan aku.

"Ada yang bisa aku bantu, Om?"

"Oh engga engga, om cuman seneng aja akhirnya kamu pulang"

"Kenapa seneng om? Bukannya om sama tante seneng jadi tidak perlu keluar biaya lebih untukku?"

"Om sebenarnya ingin mengeluarkanmu dari sana"

"Lalu apa yang om tunggu?"

"tantemu terus melarang om."

"Tante Laura memang seperti itu om, gapapa. Aku maklum"

Aku kembali tersenyum dan masuk kedalam kamarku. Secuil dendam dihatiku tertuju pada Om Daniel. Kenapa? Karena dia takut pada tanteku. I mean, dia kan kepala keluarga, tiang keluarga. Kenapa dia pula yang harus takut pada tanteku seperti tanteku ini seorang zombie atau hantu? Intinya om Daniel adalah seorang pecudang.

"Julia!!! Kesini sebentar!"

"Iya Tanteee"

Aku terpaksa keluar lagi dari kamarku. Padahal baru saja aku masuk. Ah sudahlah. Demi permainanku sendiri aku harus belajar acting.

"Ada apa tante?"

"Kamu harus meneruskan hidup, kamu kembali lagi ke SMP ya"

"What?! Ma. Maksudku.. Tante, aku kan sudah berumur 18. Dan saat itu aku sudah mau lulus SMP. Bisakah kita skip aja?"

"Gabisa Jul, kamu harus tetap kembali ke SMP. Kalau kamu pintar, kamu bisa kerja dan hidup sendiri."

"Tapi.."

"Julia, kamu tetap akan sekolah"

Tanteku terus memaksaku agar mau sekolah. Tapi, yang benar saja?! Masa anak 18 tahun yang seharusnya sudah lulus SMA malah kembali lagi ke SMP?

Ia langsung memasuki kamarnya begitu saja. Fine, biarlah.

Tiba tiba sesuatu terpikir di benakku. Tanteku pasti sangat menyayangi sepatu sepatu mahalnya. Bagaimana kalau..

Cit cit cit

Tikus! Kalau aku masukkan tikus ke sepatu sepatu tanteku pasti semuanya akan rusak! Great!

Aku mulai mengumpulkan tikus tikus di got atau bahkan di dapur rumah. Memang sih sebenarnya menjijikkan. Tetapi demi mempermainkan tanteku, apa boleh buat?

"Ok guys, gigitlah"

Aku menaruh satu per satu tikus di atas sepatu sepatu mahal tante Laura hingga sedikit demi sedikit mereka menggigiti sepatu itu sampai bolong. Aku hanya tersenyum dan kembali masuk ke dalam kamarku. Kita lihat apa ekspresi tanteku nanti.

~haihaiiii, by the way si Julia jail ya masuk masukin tikus ke sepatu orang *abaikan* so gimana ceritanya sejauh ini? Comment yaaaa. whoops, jngn lupa voteeee thank youuuuu *bukan ala dijah*~

A Psychopath Life 2Where stories live. Discover now