Chapter 2 (Insane Asylum)

27.2K 1.3K 37
                                    

Tanteku akan mengirimku ke rumah sakit jiwa?! Apa yang harus aku lakukan?! Jika aku melawan, aku takut jika aku akan gagal dan dia akan menghajarku. Apalagi ia mengikatku di kursi mobil dengan cukup kuat. Menggeliatpun rasanya percuma.

Sesampainya didepan rumah sakit jiwa yang tanteku maksud, ia melepas taliku yang mengikat kuat ke kursi dan mengikatku lagi yang berusaha kabur. Tanteku menyeretku lagi ke dalam walau aku sudah memberontak setengah mati.

"Julia, turuti tante! Ini untuk kebaikanmu sendiri!"

"Aku gak gila tante, aku gak gila!"

Aku berteriak sekuat tenaga hingga menarik perhatian dokter di rumah sakit itu yang mengambil alih tanteku membawaku ke suatu ruangan. Ku dengar percakapan tanteku dengan dokter yang lainnya. Dan yang ia katakan berlebihan! Dia bilang aku selalu mengancam teman temanku, memarahi tanteku, nyaris bunuh diri! Aku tidak pernah begitu! Dan for the record, aku baru marah pada temanku hari ini yaitu Tina!

Beberapa orang yang mengenakan baju rumah sakit terus memegangiku dan memakaikan baju putih yang bagian lengannya diikat ke belakang. Aku terus mencoba memberontak bahkan hingga menangis tetapi percuma.

Mereka menyeretku kedalam suatu ruangan yang di setiap sisinya terlapisi oleh kain halus berwarna putih yang mungkin sedikit empuk. Aku merasa sedikit dilempar masuk karena mencoba merangkak keluar. Susah rasanya merangkak tanpa tangan menyentuh lantai.

"Jangan khawatir, kau disini tidak akan lama. Hanya sampai kau sembuh"

Orang orang rumah sakit yang berjumlah 3 orang itu keluar dari ruangan putih kosong ini dan menguncinya. Aku menangis kesepian. Yang aku tatap hanya dinding dinding kain putih agak empuk seperti sofa tetapi lebih keras.

"Rose.. Jeff.. Sally.. Help.."

Aku berbisik kecil dan menyender kepada pojok pojok ruangan. Aku ketakutan. Apa aku akan dikurung disini selamanya?

~3 tahun kemudian~

Tubuhku merasa terseret seret ke atas suatu kursi roda yang dingin. Mataku masih terpejam mengantuk. Setiap hari aku selalu bermimpi tentang tanteku memasukkan ku ke dalam rumah sakit jiwa. Ternyata tidak.

"Tenang ya, ini hanya akan sedikit sakit"

Aku mencoba membuka mataku, tetapi belum juga sempat sesuatu yang dingin menyentuh kedua pelipisku dan menyetrumnya. Akupun akhirnya berteriak kesakitan. Kepalaku terasa sangat pusing. Beginilah rutinitasku setiap hari disini.

Pikiranku mulai tidak beraturan lagi. Setruman dua atau tiga detik itu menyakitkan sekali. Setelah itu, aku disuapi makanan. To be honest, makanan di sini tidak enak sama sekali. Dan air putih yang mereka berikan tidak sejernih yang aku minum biasanya. Mungkin mereka mengambilnya langsung dari keran, I don't know lah. Mereka juga sering memberiku obat. Mungkin itu obat penenang, kadang aku menahan emosiku agar tidak diberi obat tidak jelas itu.

Selama disini aku akan terus bolak balik dilempar kedalam ruangan, disetrum di pelipis dan diberi makan tanpa rasa. Mandi saja mungkin tidak sempat. Aku kadang merasa dendam pada orang orang disini. Maksudku, untuk apa mereka menyetrum pelipis melainkan mengajarkan orang orang dengan benar? Rumah sakit jiwa macam apa ini!

"Aku sudah tidak kuat lagi disini.. Aku udah sadar.. Please let me go.."

Aku berbaring sambil menangis meminta pengampunan. Tetapi tidak ada seorangpun yang membuka pintu itu untukku ataupun langkah kaki yang terdengar mendekat. Tida ada sama sekali. Apa didunia ini tidak ada yang peduli lagi padaku?

Ternyata, tiba tiba saja seseorang masuk dan jongkok didepanku yang masih terbaring lemas. Ia membelai pelan rambutku seperti biasanya sebelum ia mengangkatku ke kursi roda.

"Happy 18th birthday. Ada seseorang yang ingin menemuimu"

Mataku yang awalnya terpejam akhirnya terbuka perlahan dan tersenyum.

"Aku ingin bertemunya"

Orang itu membantuku berdiri dan duduk ke kursi roda seperti biasanya karena kakiku terlalu lemas untuk berjalan. Efek setruman itu memang kuat. Aku jadi penasaran siapa yang akan aku temui, dan siapapun itu aku akan memperlihatkan senyum yang paling lebar walau sebenarnya aku kesal sekali pada orang yang akan aku temui.

Aku menjepit poni panjangku ke belakang dan berhenti didepan seseorang. Kepalaku terus tertunduk, belum menginginkan untuk melihat siapa yang mengunjungiku. Kedua orang yang mengunjungiku terus bercengkrama tentang keuangan seperti biasanya. Saat aku melihat ke depan, orang yang kulihat ternyata adalah..

Tante Laura dan Om Daniel... Tepat sesuai dugaanku.

"Hi Julia, happy 18th birthday. Tante membelikanmu hadiah yang sangat mahal lho dari Eropa tahun lalu. Maaf ya kamu harus merayakan sweet 17 mu di sini bersama teman teman gilamu yang sebenarnya tidak akan menghabiskan uangku untuk membuatkanmu pesta daripada menitipkanmu disini. Hahaha. By the way, tante dan om juga merindukanmu."

"Haha iya tante. Mereka orang orang baik. Tante akan mengeluarkanku dari sini kan?"

"Kamu terlihat sudah sehat.. Baiklah tante akan menjemputmu besok"

"Wonderful.. See you then.."

Aku terus tersenyum dan melihat mereka yang langsung pergi begitu saja. Wajah tante Laura menatapku dengan senyuman kejam sedangkan om Daniel menatapku dengan tatapan kasihan. Aku heran kenapa mereka masih saja mempertahankan hubungan mereka. Aku membencinya. Aku benci mendengar ocehan pamer tanteku juga tentang uang uangnya sedangkan anak dari alm kakak juga kakak iparnya malah ia titipkan di RSJ. Apa kalian kira aku akan memaafkan tanteku karena semua itu? Hahahahaha. Mari kita lihat nanti.

A Psychopath Life 2Where stories live. Discover now