Chapter 6 (Her's)

22.9K 1.2K 36
                                    

Rose?! Dia menggambar, menulis dan menangisi gambarannya tentang Rose?! Am I dreaming?! Ada hubungan apa antaranya dan Rose?!

"Carren, kamu mengenali orang yang kamu tulis itu?"

"Aku sangat mengenalnya. Bahkan melebihi kenal."

"Lalu?"

"Aku ini adiknya"

"WHAT?!"

Pekikanku terlepas begitu saja hingga menggema di seluruh kelas. Untung saja tidak ada yang mempedulikanku juga Carren. Tangisan Carren makin membesar dan memelukku secara refleks. Tak kusangka, perempuan yang dibully satu kelas ini adalah adik kandung dari orang yang selama ini aku rindukan setengah mati.

Memang sih dari mukanya sudah sedikit mirip dengan rose juga tampangnya sangat tomboi. Tasnya saja tas untuk cowok begitupun sepatu dan gelang club bola. Tapi nasibnya kenapa jadi seperti ini? Di bully satu kelas dan disebut sebut sebagai anak aneh.

"Lalu.. Kamu sendiri Julia? Kau tau kakakku dari mana?"

"Aku... Dia.. Dia temanku.."

"How did she died?"

Pertanyaan Carren membuat dadaku serasa terinjak injak. Akulah yang membunuh Rose secara tidak sengaja. Tatapan Carren semakin memancarkan rasa sedih juga kekhawatiran. Aku yakin kalau dulunya Rose adalah kakak yang baik. Tapi tidak mungkin aku memberitaunya bahwa akulah yang telah membunuh kakaknya.

"Dia meninggal karena.. Yeah resikonya membunuh. Aku ini partnernya saat membunuh, juga bersama Jeff dan Sally. Aku merindukan saat saat itu"

"Jadi kamu pembunuh, sama seperti kakakku?"

"Tenanglah Carren, aku tidak akan melukai sehelai rambutpun darimu"

"Why?"

"Aku dulu menganggap Rose kakakku sendiri, jadi sekarang aku akan menjagamu seperti adikku sendiri"

"Thanks Julia"

Carren tersenyum dan terus memelukku. Kasihan Carren, ditinggal oleh kakaknya yang menjadi pembunuh karena depresi dan ditinggal mati pula setelahnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Tell me about yourself"

"Well, aku anak termuda dari keluargaku. Aku dari dulu sering banget liat kakakku disiksa, dimarahin bahkan pernah diseret keluar rumah"

"Lalu?"

"Saat kak Rose pergi dan menjadi pembunuh, ayahku mencoret namanya dari kartu keluarga. Ayahku tidak mengakui kak Rose sebagai anaknya. Kamar kak Rose bahkan diberikan untukku. Dan saat suatu malam kak Rose datang.. Mungkin ia mau menuntaskan dendamnya akhirnya orangtuaku ia bunuh. Tapi aku benar benar tidak yakin kalau kak Rose membunuh mereka dengan sengaja"

"Continue"

"Semenjak itu, aku tinggal bersama nenekku yang tak lama kemudian meninggal karena kanker. Aku sampai sekarang tinggal bersama tanteku.."

"Sama. Aku juga. Still continue"

"Karena tanteku sibuk mengurus anaknya, aku kadang tidak diperhatikan. Dikelas juga aku tidak pernah konsentrasi menyimak pelajaran.. Sulit menerima caci makian dan di bully 1 kelas. Jadi.. Ya rasanya aku seperti ingin menyusul kak Rose saja"

Carren menaruh tasnya di atas kasurku. Yeah, aku membawanya ke rumah. Lagipula tanteku masih menangisi seluruh sepatu rusaknya juga dompetnya yang kosong. Mana tau dia aku membawa adik orang kerumah?

"I see. Selama pelajaran tadi kamu menggambari kakakmu"

"Yeah, dia kakak paling baik. Setiap aku dimarahi, dia selalu melukku, menenangkanku, bahkan menemaniku kalau lagi sendirian. Saat aku masih bayi pun, hanya kak Rose yang menemaniku. Ia baik, Walau sebenarnya wataknya memang keras sama seperti ayah"

Carren mengeluarkan scrapbooknya dan ia berikan padaku. Otomatis aku membukanya. Ternyata seluruh halaman diisi oleh gambarannya tentang Rose. Dari wajah, abstrak seperti yang aku lihat disekolah, bahkan dihalaman tengah ia menggambar makam Rose juga menggambarkan ia sedang menggandeng Rose.

Hatiku terasa tersayat sayat oleh silet. Sakit sekali melihat Carren yang ternyata merindukan sosok kakaknya yang kukira kejam dan pemarah hingga adiknya bahkan membencinya. Ternyata perkiraanku berbanding terbalik.

"Aku turut berduka, Carren.."

"Makasih ya Julia. Dan.. Umm.."

"Ada apa?"

"Aku boleh tinggal disini?"

"Boleh saja. Tetapi jangan sampai terlihat oleh tante dan omku. Ya tentunya umur mereka tidak akan panjang lagi"

"Kamu akan-"

"Iya, diamlah."

"Aku janji akan tutup mulut.. Tapi Julia.. Jangan tinggalkan aku ya. Kamu mirip sekali dengan kakakku dan aku gamau kamu pergi juga"

Carren memeluk lenganku dan tangisannya mulai sedikit terdengar. Walaupun nantinya aktivitas membunuhku akan terhambat karena adanya Carren, aku tetap tidak boleh menelantarkannya begitu saja karena dia adik dari teman terbaik yang sudah kuanggap keluarga sendiri.

"Well. Setiap aku mau memainkan tanteku, kamu jangan spoil apapun dan jangan keluar dari kamar ini sampai aku suruh ok?"

"Iya Julia, aku mengerti"

Tangisan Carren dihentikan oleh teriakan tanteku yang sudah pastinya mau menyuruhku lagi. Aku menyuruh Carren agar sembunyi disamping lemari dan keluar mendatangi tanteku.

"Julia tolong buatin teh manis ya"

"Iya tante"

Mulai sekarang aku tidak mengerjakan tugas dari tanteku tanpa ada niat jahat. Well membuat teh sangat gampang untuk dibuat niat jahat. Tinggal masukkan saja baygon atau racun tikus agar dia langsung mati. Tetapi.. Ah aku masih mau bermain dengannya.

Aku mengambil bubuk racun yang tidak terlalu keras dari sakuku. Aku mendapatkannya dari seseorang. Mungkin efeknya hanya sakit perut dan pusing berat saja. Well tidak sampai mati kan?

Kutaburkan bubuk itu bersama gula pasir digelas yang akan aku buatkan teh. Racun itu larut dengan sempurna. Well, let her taste the tea then.

"Tante tehnya sudah siap"

Aku membawa teh yang aku buat ke tanteku. Kulihat Carren yang terus mengintipiku dari pintu kamar. Dia pasti tau apa yang aku masukkan ke dalam teh ini.

"Oh sinihin teh tante"

Tanteku mengambil tehnya dan bodohnya, ia langsung meminum seluruhnya. Ya jelas lah kalau dia langsung pingsan. Seperti biasanya, bodoh. Dia ini pintar tetapi tidak cerdas. Masa mengetahui di dalam tehnya ada racun saja tidak bisa?

Ku ambil gelas tadi sebelum jatuh dari tangan tanteku dan menyeretnya ke kamar seperti biasanya. Memang sih pekerjaan seperti ini membutuhkan banyak tenaga. Tetapi aku tidak menyesali sedikitpun kegiatanku ini.

"Seriously, aku ingin cepat cepat membunuhmu juga om Daniel."

Aku membenarkan posisi tanteku dan keluar dari kamarnya perlahan. Carren berdiri didepan kamarku dengan ketakutan. Padahal kan aku sudah bilang aku tidak akan menyakitinya. Khawatiran amat.

"Julia.. Apa kamu membunuhnya?"

"Nope. Hanya membuatnya tidak sadar saja untuk beberapa jam"

"Kapan kamu akan membunuhnya? Aku jadi takut Jul"

"Disaat aku sudah selesai mempermainkannya dan saat aku sudah puas melihat wajah kesengsaraannya itu"

A Psychopath Life 2Where stories live. Discover now