18. Mengaguminya Sejak Lama

247 37 3
                                    

Bulu kuduk Naren meremang tatkala netranya menangkap hamparan pantai. Posisinya memang cukup jauh, tetapi tetap saja ia tak nyaman. Meski begitu, tak dapat dipungkiri, dirinya senang melihat Leta yang sedari tadi tak melepas senyumnya. Berkali-kali ia dapati gadis itu mengarahkan kamera ponsel untuk membidik pemandangan langit senja.

“Ke sebelah Le Bridge yuk, di ujung sana kayaknya bakal lebih bagus deh pemandangannya,” ucap Leta, menunjuk bagian ujung sebuah jembatan berbentuk hati---ikonik tempat itu yang biasa disebut Jembatan Dermaga Cinta.

“Ke sebelah Le Bridge yuk, di ujung sana kayaknya bakal lebih bagus deh pemandangannya,” ucap Leta, menunjuk bagian ujung sebuah jembatan berbentuk hati---ikonik tempat itu yang biasa disebut Jembatan Dermaga Cinta

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

“Di sini aja deh, serem,” tolak Naren. Ia tak dapat membayangkan dirinya berjalan di atas jembatan yang sisi kanan dan kirinya terdapat hamparan air.

“Ya udah, gue ke sana sendiri aja.” Leta berjalan hendak menuju jembatan, tetapi Naren menahan lengannya. Ia menoleh, tertawa kecil melihat ekspresi ketakutan Naren. Sedari turun dari motor, lelaki itu memang sudah bersikap aneh. “Udah, lo ke motor aja nggak apa-apa. Sebentar doang kok gue.”

Naren mengembuskan napas keras. Tak mungkin ia meninggalkan Leta sendiri. Pun, jika benar begitu, percuma saja ia menuruti permintaan Leta untuk ke tempat itu jika mereka tak punya waktu bersama. “Oke, gue ikut.”

Leta tersenyum, lantas mulai berjalan menyusuri jembatan dengan Naren yang mengekor di belakangnya. Berkali-kali ia menahan tawa tatkala Naren berpegangan pada pundaknya. Ia tak menduga jika Naren benar-benar setakut itu.

Naren menghentikan langkah saat Leta tiba-tiba berhenti. Ia sontak melepas kedua tangan dari bahu gadis itu ketika Leta membalikkan tubuh untuk menatapnya. “Kenapa?” tanyanya.

“Kita kayak main kereta-keretaan asal lo sadar,” jawab Leta. Ia mengulurkan tangan untuk meraih telapak tangan kanan Naren. Lantas, kembali menuntun langkah. Membuat Naren berjalan berdampingan dengannya sebab ia menggandeng tangan lelaki itu. “Kalau takut, nggak usah lihat airnya. Lihat langit aja tuh, indah banget, ‘kan?”

Naren tak menurut. Ia lebih tertarik untuk mengamati wajah Leta. Ia tak dapat menahan senyum ketika Leta dengan senang hati menggandeng tangannya. Saking fokusnya menatap Leta, Naren sampai hampir terjatuh karena tersandung.

“Tetep perhatiin jalan juga dong!”

Naren tertawa kecil. Ia menghela napas panjang, mengembuskannya perlahan. Tiba-tiba ia merasa aneh. Jantungnya berdebar lebih kencang, yang Naren yakin itu bukan karena rasa takutnya, tetapi karena perasaan lain ketika dirinya bersama Leta. “Lo bener-bener bikin gue salah fokus.”

“Kok nyalahin gue?” Leta berucap tak terima. Ia berhenti ketika mereka sampai di bagian ujung jembatan. Leta melepas gandengan tangannya dengan Naren, lantas mengeluarkan ponsel untuk kembali menangkap potret langit senja.

Stagnasi✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن