Epilog

349 39 4
                                    

"Morning!"

Wanita berumur awal tiga puluhan itu tersentak kaget ketika sebuah suara terucap tepat di samping telinga, bersamaan dengan sebuah tangan melingkari pinggangnya dari belakang. Ia berbalik, mengabaikan kesibukannya dengan sayuran yang tengah ia potong, kemudian menepuk bahu suaminya yang justru terkekeh puas. "Kebiasaan!"

"Mumpung Abhi masih tidur. Kalau ada dia, aku jadi nggak bisa mesra-mesraan sama kamu," ucap pria dengan balutan piama selagi mengalungkan kedua tangan di leher istrinya. Menatap wajah yang tak pernah luntur cantiknya dalam jarak sedekat mungkin.

"Tuan Narendra, Anda sangat tidak sopan."

"Nyonya Kiana, Anda sangat tidak peka."

"Ayah! Bunda!"

Sepasang suami istri itu langsung menciptakan jarak tatkala mendengar suara sang anak. Bocah laki-laki berumur empat tahun yang tadinya berada di ambang pintu dapur, lekas masuk dengan bibir melengkung ke bawah.

"Kenapa, Sayang, kok udah bangun?" Kia merendahkan tubuh sejajar dengan putra kecilnya. Ia menangkup pipi anak itu dengan satu tangan.

"HP Ayah berisik."

Kia lantas menatap suaminya. Praduganya, pria itu tak mematikan alarm lebih dulu.

"Wah, Abhi udah gede, bangunnya pagi-pagi gini. Hebat." Naren mencoba melunturkan kekesalan putranya dengan memberi pujian. Ia mengangkat tubuh mungil itu lantas mendudukkannya di meja bar. "Mau bikin susu?" Pria itu tersenyum lebar kala mendapat anggukan semangat dari putranya.

"Pakai gelas, Yah."

"Oke siap."

Kia memperhatikan dua orang paling berarti dalam hidupnya itu dengan senyum lebar. Lantas, ia kembali melakukan kesibukannya untuk memasak.

"Habis ini, Abhi mau jalan-jalan pagi sama Ayah?" tanya Naren selagi mengaduk susu dan memastikannya tak terlalu panas untuk sang putra.

"Mau!"

"Good. Minum susu dulu biar nanti bisa balap Ayah larinya."

Abhi mengangguk dengan semangat. Lantas, anak itu menghabiskan susu yang dibuatkan oleh ayahnya.

Naren mengacak rambut legam sang putra dengan senyum mengembang. Abhi baginya adalah malaikat kecilnya dan Kia. Ini kali pertama dirinya menjadi seorang ayah. Sedari dulu, ia tak pernah membayangkan akan berada di posisi ini. Sempat ia takut jika semua akan terasa sulit. Namun, kehadiran Kia di sisinya membuat ia tak pernah menaruh rasa khawatir.

Naren mendapatkan ganti untuk lukanya di masa lalu. Kia baginya adalah wanita yang membuatnya tak ragu untuk menumpahkan semua cinta. Ia bersyukur bisa membangun keluarga bersama wanita itu.

Hidup memanglah rahasia Sang Pencipta. Manusia memang tau apa yang mereka inginkan, tetapi Tuhan lebih tau apa yang hamba-Nya butuhkan. Layaknya Naren yang menerima pemberian paling indah dari Tuhan, yaitu istri dan putra kecilnya kini. Sampai kapan pun, ia tak akan berhenti bersyukur untuk kedatangan mereka dalam hidupnya.

*
*
*
*
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti

Yang hancur lebur akan terobati
Yang sia-sia akan jadi makna
Yang terus berulang suatu saat henti
Yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti

~Banda Neira~

Yuk scroll lagi buat yang terakhir😆

Clp, 04-04-2021
Love,

UmiSlmh

Stagnasi✔️Where stories live. Discover now