#Lembar16: Bucin Tandanya Sayang

500 76 16
                                    

Raka memarkirkan motornya di antara motor-motor temannya. Beberapa menit lalu, teman-temannya mengabari ingin berkumpul di tempat tongkrongan. Karena malam ini ia tidak punya kegiatan, jadilah ia bergambung. Lelaki itu memasuki kafe milik ayah Pier yang biasa mereka jadikan tempat berkumpul sekaligus tempat Raka manggung untuk mencari uang jajan tambahan. Dilihatnya tiga orang sudah lengkap berkumpul di salah satu spot meja yang sudah seperti hak milik mereka.

"Udah lama?" tanya Raka kemudian mendudukan diri di hadapan Pier yang tengah menyeruput kopinya.

"Baru semua," jawab anak si pemilik kafe.

Mereka berempat adalah sohib sejak SMP. Sampai sekarang sudah SMA, tetap menjaga hubungan yang ada. Kenapa? Karena mereka sudah sangat klop jika bersama. Pokoknya udah kaya keluarga kedua. Sedih sama-sama, ketawa sama-sama, pacar ya masing-masing. Masa mau bersama juga.

"Pier," panggil Raka pada temannya yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Hm?" si empu nama menoleh.

"Lo... suka Jehan?" tanya Raka hati-hati.

"What? Pier doyan cewek?!" teriak Harsa histeris.

"O-em-ji, gue pikir selama ini lo belok," Jagat menimplai.

"Gue gampar ya lu berdua!" balas Pier hendak melempar dua temannya dengan sendok kecil di atas meja.

"Eit, tidak boleh emosi," elak Harsa dengan wajah menyebalkannya.

"Jawab buruan, mau gue umumin se-Indonesia raya kalau ternyata Pier itu selama ini normal," sambung Jagat.

"Jagaaattt!!!!" Pier emosi. Ia langsung memiting leher Jagat yang kebetulan duduk di sebelahnya.

Memang, dari mereka berempat Pier yang paling tidak tertarik masalah perempuan. Ia tidak pernah membicarakan sedikitpun perihal asmaranya kepada Raka, Harsa dan Jagat. Seolah ia benar-benar tidak tertarik dengan gadis manapun. Hingga teman-temannya pun berpikir bahwa ia memang benar-benar belok.

"Gat, kayanya lo nggak usah main sama Harsa lagi deh," komentar Raka melihat perkelahian antar temannya.

"Kenapa?" Harsa dibuat bingung.

"Dia jadi nyebelin karna main sama lu!" gas laki-laki itu pada Harsa yang duduk di sebelahnya.

Tau kan, kalau mereka teman SMP? Nah, ketika SMA, Jagat dan Harsa satu sekolah. Sementara Raka dan Pier tidak ikut bersama mereka. Tapi itu juga tidak membuat keduanya jadi satu sekolah seperti Jagat dan Harsa. Karena Pier yang kebih memilih masuk sekolah kejuruan.

"Iya sih, bahkan dia lebih nyebelin dari gue," timpal Harsa membenarkan.

"Yaudahlah, nggak udah ditemenin si Jagat. Anaknya nyebelin," sambung Harsa lagi.

"Salah mulu gue perasaan," ujar Jagat setelah ia lepas dari pitingan Pier.

"Jadi?" Raka kembali bertanya pada Pier. Dua sejoli itu juga ikut penasaran.

"Je itu manis, banget. Apalagi waktu dia diam-diam senyum waktu fokus gambar. Keliatan jelas kalau dia sangat mencintai dunia itu. Je juga kayanya anak yang baik. Waktu SMP gue juga sering curi-curi pandang waktu dia lagi sama lo," jelas Pier.

"Wait, wait. What? Je? Lo dibolehin panggil dia Jeje?" tanya Raka agak skeptis. Karena ia tau seluk-beluk Jehan. Gadis itu tidak suka ada orang tak seberapa kenal memanggilnya Jeje.

"Eumm, nope. I call her Je. Just Je. And she's call me Zav," jawab Pier yang membuat Jagat dan Harsa bergidik

"Sok estetik banget lo dipanggil Zav," komentar Jagat. Tuhkan, ini anak tingkat nyebelinnya udah di level paling atas. Harsa aja lewat.

Querencia✔Where stories live. Discover now