#Prolog: Telur Gulung di Malam Minggu

2.4K 183 16
                                    

"Dasar! Punya pacar tapi malah ngajak orang" celetuk gadis cantik dengan rambut sebahu dari belakang motor si pengemudi. Jehan namanya.

"Orangnya lagi sakit. Jadi nggak ada pilihan lain selain ngajak lo" balas pemuda itu masih fokus mengendarai motor sportnya. Kalau ini Raka.

"Ganggu tau, nggak, gue sibuk!" balas gadis itu dengan diiringi dengusan diakhir kalimatnya.

"Menggambar aja, sok sibuk"

"Biarin! Dari pada liatin lo ngamen, mending menggambar"

"Bukan ngamen, Jehana" seru Raka dengan menghentikan motornya mendadak saat lampu merah. Membuat helm Jehan dan Raka jadi beradu.

"Lo sengaja ya?!" kesal gadis itu sembari mengusap usap helmnya.

"Kalau iya kenapa?"

"Resek!" tangan Jehan memukul helm Raka.

Pemuda itu tertawa, lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Keduanya diam, tak ada lagi yang bicara sampai akhirnya...

"Peluk pinggang gue dong, biar so sweet kaya orang pacaran" celetuk Raka yang langsung dihadiahi satu pukulan lagi dihelm pemuda itu.

"Nggak! Ntar kekasih hati lo itu ngelabrak gue lagi, terus ngatain gue centil. Idih, gue kalau mau centil ya juga pilih pilih, masa centil ke gentong air"

"Lo ngatain gue gentong air?"

"Nyadar?"

"Ngeselin lo ya" ucap Raka kembali memberhentikan motornya mendadak. Lagi lagi helm mereka beradu karena hal itu.

"Rakalingga!" seru Jehan lagi lagi mengusap helmnya. Dia lebih kasian sama helm nya yang jadi korban kekerasan Raka.

Orang yang diteriaki namanya itu tertawa, kemudian turun dari motor. Mereka sudah sampai disebuah kafe yang sering dijadikan Raka untuk manggung. Kafe ini milik ayahnya teman Raka. Kadang juga mereka manggung berdua. Kadang juga Raka sendiri.

Jehan mengikuti langkah pemuda itu. Ia mendudukkan diri disalah satu meja yang dekat dengan podium. Tak lupa, gadis berambut pendek sebahu ini memasan ice coffee latte favorit nya.

Raka mulai bernyanyi, membuat semua mata terfokus padanya. Malam ini, suasana kafe cukup ramai, karena malam ini malam munggu. Malamnya para bucin mengubah rindu menjadi temu. Harusnya, sih, Raka bersama kekasihnya, tetapi karena katanya si pacar lagi sakit, minta temenin Jehan deh. Memang Raka itu datang pas butuh doang. Nyebelin.

Rakalingga dan Jehana, kata orang mereka seperti pasangan. Selalu berdua kemana mereka berkelana. Bukan karena saling memiliki rasa, tapi karena keduanya sudah bersama sejak masih tk. Senang, sedih, cerita dibagi bersama hingga tak ada lagi rahasia. Ya, setidaknya bagi Raka. Tapi bagi Jehan, ada sebuah rahasia besar yang ia simpan. Rahasia yang kalau ketahuan mungkin bisa saja menghancurkan rumah yang sudah mereka bangun bersama. Jehan tak mau hal itu sampai terjadi. Jadi ia memilih mengubur rahasianya itu dalam dalam. Biarlah dinding tak kasat mata itu jadi pembatas, asal ia dan Raka tak berakhir dengan tak pantas. Karena bagi Jehan, tak apa ia harus sakit, asal jangan Raka. Pemuda itu terlalu baik untuk mengerti rumitnya sakit.

Tepukan riuh penonton mengakhiri penampilan Raka. Setelah meletakkan gitarnya, Raka menghampiri Jehan yang termenung menatap lattenya.

"Heh! Kenapa? Terharu karena gue bawain lagu kesukaan lo?" tanya Raka tepat didepan Jehan.

"Enggak! Apaan sih lo" balas Jehan sembari memukul bahu Raka.

Raka terkekeh kecil. Sudah pasti sahabatnya itu terharu karena sudah dibawakan lagu yang mengingatkan pada kenangan mantan. Sudah dapat ditebak dari raut wajah Jehan yang nampak sedikit murung.

"Murung gitu mukanya, kenapa? Iri liat orang pada gandengan lo malah sorangan?" goda Raka lagi sukses membuat Jehan memukulinya.

"Diem! Berisik tau nggak!"

"Makanya, Je, cari pacar, jangan mengenang mantan terus. Emang mantan lo pahlawan?" ujar pemuda itu hingga mendapat serangan kebun binatang dari Jehan.

Raka tertawa puas sudah menjahili Jehan. Apalagi melihat raut Jehan ketika kesal, suatu hiburan tersendiri bagi pemuda bersenyum manis ini.

"Eh, tapi pasti lagu kesukaan lo itu buat mas mantan kan? Liriknya dalem gitu"

"Rakalingga, berisik banget ya kaya uwiw uwiw ambulan!" seru Jehan menghadiahi Raka dengan pukulan bertubi tubi ala Boboiboy.

Pemuda itu tertawa semakin lebar. Membuat siapa saja yang melihat pasti jatuh pada pesonanya. Poin utaman seorang Raka adalah senyum. Jadi, jatuh cinta pada pandangan pertama itu sungguhan ada jika melihat Raka.

• ° •

Dua manusia itu sedang di parkiran, memasang helm masing masing sebelum akhirnya pergi meninggalkan area kafe.

"Mau kemana lagi?" tanya Raka setelah helmnya terpasang dengan nyaman.

"Pengen telur gulung" jawab Jehan sedikit merengek pada sahabatnya.

"Oke" balas pemuda itu kemudian menyalakan mesin motornya. Sudah Raka tebak sebenarnya, karena kecintaan Jehan pada telur gulung itu tidak pernah hilang. Bahkan semakin ia dewasa semakin banyak pula ia membeli telur gulung.

Singkatnya, Jehan sudah mendapat jajanan yang ia mau. Keduanya tengah duduk diatas motor sport Raka. Mata Jehan menangkap dua bungkus telur gulung dengan masing masing berisi tujuh tusuk. Sedari tadi gadis itu juga bigung, untuk siapa dua telur gulung itu? Kenapa Raka tidak memakannya? Apa untuk Umi nya?

"Itu punya siapa?" tanya Jehan sudah sangat penasaran.

"Punya Umi sama Dyta" jawab Raka seadanya.

"Oooh" balas Jehan melanjutkan makan telur gulungnya yang terakhir. Benar juga kalau dipikir pikir, pasti untuk pujaan hatinya Raka. Siapa lagi memangnya.

"Dah, yuk, capcus" ujar Jhehan setelah membuang bungkus telur gulungnya ke tempat sampah.

Raka mengangguk kemudian memakai kembali helmnya. Diikuti Jehan yang juga melakukan hal sama dengan sahabatnya. Motor Raka kembali berjalan, melewati jalanan kota yang ramai dengan para pasangan. Aish, Jhehan jadi iri sendiri. Coba saja yang didepannya ini adalah pacarnya, pasti akan sangat menyenangkan. Sayangnya, orang itu Raka, manusia yang suka mengusilinya sebagai bentuk rasa sayang sebagai sahabat. Ya, hanya sahabat.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Querencia✔Where stories live. Discover now