#Lembar24: Ada Bagian Yang Menghilang

442 58 6
                                    

Kemarin Zav meminta Jehan untuk menemaninya membeli cat air dan beberapa perlengkapan melukis yang lain. Karena gadis itu juga tak sibuk, Jehan pun menyetujui. Mereka pergi menggunakan mobil. Lebih tepatnya mobil milik Kakak laki-laki Zav. Pekerjaan sebagai kasir sedang tak bisa ia penuhi. Dan sang Kakak lagi yang harus jadi pengganti. Untung saja Kakaknya sedang punya kesibukan apa-apa. Jadi bisa menggantikan adiknya yang sedang memperjuangkan cinta. Lagi pula, kalau Kakaknya yang menjadi kasir, kafe akan jadi lebih ramai. Bahkan lebih ramai dari malam Minggu. Dan sudah pasti, tamunya adalah kaum hawa yang tergila-gila dengan ketampanan Kakaknya.

Di sinilah mereka, di sebuah toko buku yang ada di dalam mal. Kata Zav, sekalian refreshing.

"Kenapa beli banyak warna biru?" tanya Jehan saat melihat Zav memasukkan beberapa cat biru ke dalam keranjangnya.

"Tapi birunya beda-beda, 'kan?" balas Zav meraih satu lagi biru yang sedikit lebih gelap.

"Iyaa sih," balas Jehan. Gadis itu tidak terlalu mengerti masalah cat mengecat. Ia hanya tau menggambarnya saja, jika butuh warna ia lebih memilih menggunakan pensil warna.

"Aku suka biru. Biru laut lebih tepatnya," sambung Zav kini beralih melihat cat-cat yang ukurannya lebih kecil.

"Kenapa?" masih ingin tau lebih dalam, Jehan terus bertanya seakan pertanyaan di kepalanya tidak pernah habis.

"Mmm, lebih tenang aja," setelah memilah, Zav akhirnya meraih satu kotak berukuran sedang dengan beberapa cat air di dalamnya.

"Kok beli yang kecil juga?" Jehan sadar nggak ya, kalau sama Zav dia jadi lebih cerewet?

"Buat kamu."

Bukannya jawaban, Jehan malah tertawa. "Zav, aku nggak pintar melukis. Aku udah beli kuas sama cat kemarin, tapi belum kepake."

"Oooh, kenapa?" Zav meletakkan kembali kotak cat itu, kemudian lanjut berjalan ditemani Jehan yang setia di sebelahnya.

"Mmmm, mungkin takut, mungkin males, mungkin nggak punya waktu. Banyak mungkinnya deh!"

Pemuda itu terkekeh mendengarnya. Apa gadis ini selalu semenggemaskan ini ketika bercerita? Ingin rasanya Zav curi lalu menyembunyikannya di balik rambulan. Biar Jehana hanya akan jadi miliknya seorang.

"Kamu beli cat yang mana kemarin?" tanya Zav kini mengajak Jehan melihat-lihat kuas.

"Mmmm, kayaknya cat air deh," jawabnya setelah berpikir.

"Kamu lebih sering pakai cat apa kalau melukis Zav?" Jehan balik bertanya.

"Akrilik," jawab pemuda itu setelah mengambil beberapa kuas.

"Udah, ayo ke kasir," setelah membanding satu kuas dengan kuas lainnya Zav selesai juga pada belanjaannya.

"Tunggu, mumpung di sini aku mau beli beberapa buku dulu," interupsi Jehan saat Zav ingin menariknya menuju kasir.

"Okey," lelaki itu mengikuti Jehan yang berjalan menuju rak buku novel. Entah novel apa kali ini yang akan dibacanya. Kalau ada Gibtan, pasti dia bakal nyeletuk "Kak, jangan beli novel terus. Mau taruh di mana lagi?" terus habis itu Jehan langsung nyaut, "Selama rak buku lo masih lapang, gue nebeng di situ."

Tak butuh waktu lama untuk memilah-milah, Jehan sudah bisa langsung mengambil dua buku yang posisinya berdekatan dan satu lagi sedikit menunduk karena berada di rak bawah. Judulnya Di Jok Belakang Mobil, Lebih Senyap Dari Bisikan dan yang satu lagi Tokyo dan Perayaan Kesedihan.

"Udah," ujar Jehan setelah memeluk dua buku itu.

"Cepet banget?" heran Zav. Padahal ia sedang sibuk memperhatikan sampul-sampul buku yang nampaknya menarik.

Querencia✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang