#Lembar3: Raka dan Dua Gadis Kesayangannya

775 132 21
                                    

Brak!
Gebrakan pintu itu membuat orang didalamnya terkejut. Pria yang sedang sibuk dengan laptopnya itu langsung melihat kearah seorang gadis yang menatapnya kesal. Pria itu membetulkan letak kacamatanya.

"Kenapa Papa masukin Dante ke sekolah Dyta?" tanya gadis itu tanpa basa basi.

Papa Dyta menghela napasnya. Kemudian bangkit dari duduknya.

"Kenapa memangnya?" tanya beliau bediri dihadapan anak bungsu nya.

"Kan Dyta udah bilang, kalau Dyta nggak mau satu sekolah sama Dante" balas gadis itu.

"Dyt, Papa masukin Dante ke sekolah kamu biar dia terpantau. Karena disana ada kamu" ujar Papa Dyta sembari memegangi bahu Dyta.

"Hah? Maksudnya Dyta harus ngejagain Dante gitu? Ngawasin setiap tingkah Dante? Dyta nggak mau! Dyta kan adiknya Dante, kenapa malah Dyta yang ngawasin Dante?" omel gadis itu tak terima.

"Dyt, Papa mohon ya. Kamu awasin kelakuan Dante"

"Dyta tetap nggak mau!" seru gadis itu keluar dari ruangan Papanya.

Sementara Sang Papa hanya menghela napasnya. Dyta yang diharapkan sebagai salah satu media untuk mengawasi tingkah laku anaknya yang susah diatur itu ternyata menolak. Beliau sudah kehabisan cara untuk membuat Dante mngurangi tingkah nakalnya. Tapi tetap tidak bisa membuat Dante menurut pada kedua orang tua nya. Entah apa yang anak itu inginkan.

Dyta mengambil sebuah apel dari keranjang buah dimeja makan. Ia gigit apel itu dengan tidak santai.

"Ihh! Nyebelin banget sih!" seru Dyta membuat Bi Puti yang sedang mencuci piring jadi kaget.

"Non Dyta kenapa? Bibi sampe kaget" ujar Bi Puti disela sela membilas piring yang sudah disabuni.

"Dyta satu sekolah sama Dante, Bi! Dyta kan nggak mau!" balas Dyta masih kesal dengan keputusan Papanya.

"Memangnya kenapa Non Dyta nggak mau satu sekolah sama Den Dante?" tanya Bi Puti lagi.

"Nggak mau! Pokoknya Dyta nggak mau!" racau gadis itu kemudian bangkit dari duduknya. Meninggalkan Bi Puti yang geleng kepala melihat tingkah anak majikannya.

Dyta melangkahkan kakinya menuju kamar. Menaikki tangga satu persatu dengan sengaja menghentakkan keras keras agar seisi rumah tau kalau dia marah. Dipertengahan jalannya menaiki tangga, ia bertemu Dante, kembarannya yang tidak tau peraturan itu. Dengan sigap, gadis bermata sipit itu langsung menghadang jalan kembarannya.

"Minggir" ujar Dante memandang Dyta tak suka.

"Dengar, ya, Dante, gue nggak mau dengar lo punya masalah apapun disekolah, jadi bersikap yang normal normal aja" kata Dyta menatap kakak kembarnya nyalang.

"Hidup gue, suka suka gue" balas Dante melanjutkan jalannya dengan sedikit menyenggol bahu Dyta.

Dyta yang dibalas begitu pun geram. Ia melemparkan apel yang ia makan ke arah kepala Dante. Membuat kembarannya itu mengaduh kesakitan sembari memegangi belakang kepalanya.

"Rasain!" balas gadis itu kemudian pergi melanjutkan langkahnya.

Dante menggeram, sekarang kepalanya terasa sakit akibat ulah adiknya. Padahal kepalanya saja sudah sangat sakit karena seluruh fasilitasnya di tarik Papa. Menyisakan motor sportnya yang biasa ia pakai. Mau meledak saja kepala Dante sekarang. Dengan kesal ia menendang apel itu hingga terpental masuk ke bawah kolong sofa.

Dyta membanting pintu kamarnya. Sungguh, kalau ditanya siapa manusia yang paling Dyta benci adalah kembarannya. Ia tidak suka dengan tingkah kembarannya yang suka semena mena. Seperti orang hutan yang tidak tahu aturan, menurutnya. Ia juga heran, kenapa Dante sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Dia yang diam, penurut, sopan dan pintar, sungguh berbeda dengan Dante yang blangsakan, pembangkang, dan bar bar itu. Kalau dikatakan pintar, Dante itu cukup cerdas. Hanya saja kecerdasannya itu tertutupi oleh semua kelakukannya yang diluar batas. Mama saja kadang angkat tangan dengan kelakuan Dante. Sudah sering kena serangan maut cerewetnya omongan Mama. Tapi anak itu seperti masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Alias, angin lalu.
Gadis bersurai legam itu melirik ponselnya yang menyala. Ada sebuah pesan dari Raka. Pesan itu berisi voice note yang berdurasi tiga detik.

Querencia✔Where stories live. Discover now