#Lembar5: Hukum Jatuh Cinta

651 109 3
                                    

Motor Raka berhenti didepan pedagang kaki lima yang berjualan bakso dan mie ayam. Si pengemudi dan penumpangnya turun lalu mengambil tempat duduk di salah satu kursi yang tersedia.

"Kamu mau apa?" tanya Raka pada kekasihnya.

"Bakso aja" jawab Dyta sembari memperhatikan kendaraan lain yang berlalu lalang.

"Mang, baksonya dua" teriak Raka pada si penjual bakso yang sedang menyajikan bakso untuk pelanggannya. 

"Siap" jawab Mamang bakso kemudian membuatkan pesanan mereka.

"Pit" panggil Raka mengambil atensi gadis bermata sipit disebelahnya ini.

"Hm?" tanya Dyta melirik ke arah Raka.

"Umi nanyain" sambungnya membuat Dyta diam seketika.

Ia terkekeh kecil kemudian menggaruk belakang kepalanya.

"Udah lama ya nggak main kesana" balasnya kikuk. Ia terlalu sibuk dengan kegiatan sekolahnya sampai tidak ada waktu untuk mampir. Ditambah lagi ia baru saja sembuh akibat terlalu kelelahan.

"Iya, sampai Umi nanyain terus. Dyta mana, Ka? Ajak main ke sini dong, Umi pengen ketemu. Gitu" ujar Raka sembari menirukan gaya bicara Uminya namun sedikit dilebih lebihkan.

Dyta tertawa, membuat kedua matanya hilang dibalik kelopak matanya. "Serius, sampai kaya gitu?" tanyanya hampir tak percaya.

"Iyaa, makanya kapan mau main ke rumah?" tanya Raka lagi.

"Emm... Mas Estu kapan ada dirumah" Dyta balik bertanya.

"Tuhkan, nggak kamu, nggak Jehan, pasti yang ditanyain Mas Estu terus. Tanyain aku kek sekali sekali" balas Raka sedikit cemberut. Pasalnya sahabat serta pacarnya itu kerap kali menanyai keberadaan Sang Kakak. Kan Raka juga pengen ditanyai begitu. Nggak muluk muluk kalau ketemu pertanyaanya, "Raka, Mas Estu dirumah nggak?" gedek sendiri dia dengernya. Lama lama kakak laki lakinya itu ia buang juga ke jurang.

Tak lama, bakso pesanan mereka siap. Segera Dyta mengambil sendok dan garpu untuknya dan untuk Raka. Tak lupa ia mengelapnya dulu dengan tisu. Sementara Raka sudah mengambil kecap, saus serta cabai untuk ia tuang ke mangkuknya dan Dyta.

"Eh, eh, Cung!" seru Dyta saat melihat Raka menuangkan kecap kemangkuknya.

"Kenapa?" heran Raka karena Dyta terdengar begitu histeris.

"Kan aku nggak suka kecap" ujarnya sedikit kesal.

Raka tertegun. Astaga ia lupa kalau Dyta tidak makan pakai kecap. Yang makan pakai kecap itu Jehan, kenapa dia bisa salah begini sih?

"Maaf, Pit, aku lupa" ujarnya melas. "Yaudah yang ini buat aku aja ya"sambungnya kemudian menukar baksonya dengan bakso Dyta.

"Kenapa bisa lupa?" tanya Dyta kemudian menuangkan dua sendok cabai.

"Maaf, tadi tiba tiba kepikiran Jehan" jawabnya merasa bersalah.

"Kenapa lagi sama Jehan?" tanya Dyta sembari menyuapkan mie ke mulutnya.

"Dia sekelas sama Dante, dan aku tajut, Dyt"

"Takutnya?" heran Dyta kemudian menatap kekasihnya baik baik.

"Aku takut Dante bakal bilang ke orang orang kalau—" ucapan Raka terpotong karena sadar ia akan membocorkan rahasia Jehan.

"Kalau? Kalau apa?" desak Dyta penasaran.

"Kalau... kalau mereka pernah pacaran" sambung Raka berbanding terbalik dengan apa yang ingin ia katakan tadi.

"Nggak mungkinlah... Dante itu tipe orang yang nggak bakal peduli lagi sama mantannya" balas Dyta kembali memasukkan bakso ke dalam mulutnya.

Querencia✔Where stories live. Discover now