#Lembar12: Dua Gadis Satu Valensi

545 82 7
                                    

"Raka!!" sebuah teriakan membangunkan Raka dari tidur pulasnya.

Pemuda itu berjalan mendekati jendela untuk melihat siapa yang pagi pagi sudah merecoki dirinya. Tunggu tunggu, biar Raka tebak, ini pasti Jehan yang sedang pemanasan untuk lari pagi keliling komplek.

"Apaan?!" jawabnya sembari menggaruk perut. Wajahnya benar benar kusut, bahkan suaranya saja masih sedikit serak.

"Ayo lari pagi!" ajak Jehan masih terus pemanasan.

"Nggak, mager!!" balas Raka kemudian kembali menjatuhkan dirinya di kasur. Ia ingin kembali melanjutkan tidurnya.

Jehan yang mendapat balasan seperti itu hanya menghela napas. Gadis itu pun memilih untuk masuk ke dalaam rumah sahabatnya. Tak lupa ia menyapa Mas Estu yang pagi pagi sudah memanaskan motor entah mau pergi kemana. Mungkin ingin latihan basket bersama teman temannya. Ia juga menyapa Umi yang sedang sibuk memasak di dapur.  Dan jangan lupakan Abi yang sekarang sedang doyan doyannya memelihara ikan koi.

"Rakaliangga Baskara! Bangun atau Umi seret kamu ke bawah!" seru Jehan setelah membuka kamar sahabatnya yang beruntung tidak dikunci.

Namun bukannya bangun, Raka malah melempar Jehan dengan bantal. Membuat wajah Jehan jadi seperti ini "-_-"

"Berisik!" balas Raka memeluk gulingnya.

"Bangsat ni orang" ujar Jehan pelan. Takut kedengaran Abi terus mulutnya disumpel pake rawit kan bahaya. Mana Jehan nggak suka pedes lagi.

"Raka!! Ayo bangun! Kita lari pagi biar sehat" sambung Jehan menarik tangan kanan Raka.

"Nggak usah lari pagi juga gue udah sehat" balas Raka masih menutup matanya.

"Dih! Sempak merah lu keliatan anjir! Ayo buru bangun!" seru gadis itu lagi menariki tangan sahabatnya.

"Kan udah sering liat di jemuran" jawab laki laki itu.

"Sialan" umpat Jehan. Iya sih, gimana nggak ngeliat, jemuran mereka kan deketan. Cuma dibatasin tembok doang. Jadi kalau Jehan jemur atau ngangkat jemuran suka salfok sama sempak Raka yang tergantung. Eh, astaghfirullah malah ngomongin sempak. Maap, Abi.

"Yaudah, kalau lo nggak mau bangun" ujar Jehan akhirnya. Namun sedetik setelah ia mengambil napas, teriakan Jehan pun menggema "Mas Estu, Jeje ikut Mas latihan basket dong!!".

"Sumpah ni orang mulutnya belum pernah disumpel cabe rawit sekilo kaya nya" ujar Raka bangun dan beranjak dari kasur.

Melihat pergerakan Raka yang sepertinya ingin mengambil cabe sekilo dari dapur, Jehan langsung menahan lengan laki laki itu agar tidak pergi.

"Woi, woi! Mau ngapain lu? Jangan ngadi ngadi!"

"Abis lu berisik banget, Je!! Gue mau tidur. Semalem nggak bisa tidur"

"Kenapa?" heran Jehan.

"Nggak tau, mata gue nggak bisa merem. Mungkin karna.... Mikirin lo kenapa bisa deket sama Pier?!" balas Raka sedikit ngegas.

Takut di tanya macam macam, Jehan pun langsung berujar, "karena Jeje baik hati dan tidak sombong, Raka boleh bobo pagi ini. Bobo yang nyenyak ya. Sebagai gantinya nanti beliin Jeje Thai tea sepuluh. Oke?" ujar Jehan kemudian kiss bye pada sahabatnya itu. Ia pun pergi meninggalkan Raka yang sudah memasang ekspresi murka. Yakali dia Jehan minta Thai tea sepuluh. Emang dia sanggup gitu ngabisinnya?

Jehan menuruni tangga satu persatu. Umi yang ada di dapur pun menoleh dan mendapati Jehan turun sendiri, tidak bersama bungsunya.

"Rakanya mana, Je?" tanya Umi.

Querencia✔Where stories live. Discover now