16. Our First Song

113 25 115
                                    

Hayo, siapa yang udah lama nungguin story ini update? Ah iya, kamu yang jadi pembaca gelap, dipantau terus nih sama kak Jaewon 😅

Hayo, siapa yang udah lama nungguin story ini update? Ah iya, kamu yang jadi pembaca gelap, dipantau terus nih sama kak Jaewon 😅

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









































"Aku mau kamu pulang sekarang."

Deg.

Seperti ada petir yang menyambar tubuh Dobby saat ini. Bibirnya terasa kelu juga tubuhnya yang terasa kaku. Dobby diam bergeming tanpa kata, hening tanpa berniat untuk berucap atau sekedar membalas perkataan Yerim dengan senyuman.

Sumpah, Dobby benar-benar merasa bodoh hanya karena rasa ini. Sebuah rasa yang diberikan Tuhan kepadanya tepat di hati. Sayangnya, perasaan itu sudah berusaha Dobby buang jauh-jauh. Perasaan yang hanya singgah bertepuk sebelah tangan itu sudah Dobby kubur dalam-dalam. Namun, Dobby tidak bisa memberi jarak atau memutuskan tali persahabatan antara dia dan Yerim.

Perasaan boleh mati, tetapi persahabatan tidak akan pernah berhenti. Dobby pernah menyukai Yerim seperti remaja laki-laki lainnya, tetapi Dobby berhenti dan memutuskan untuk bersahabat. Seperti hubungan yang sudah dia dan Yerim bangun sedari sekolah menengah pertama, Dobby berniat akan terus menjalin persahabatan dengan Yerim.

Ya. Saat ini Dobby menyukai Yerim hanya sebatas sahabat, tidak lebih. Sumpah demi Tuhan, Dobby tidak berbohong. Karena jujur, Dobby sudah membuka hati kepada gadis lain setelah terluka karena penolakan Yerim.

"Kenapa? Kamu nggak suka kue beras lagi?"

Tolong, Dobby sangat terpukul mendengar ucapan sarkas dari Yerim. Gadis itu seolah membenci dirinya hanya karena dia pernah mengungkapkan perasaan. Dobby tidak bodoh untuk berpura-pura tidak tahu jika Yerim ingin menjauh darinya. Tetapi, apakah Dobby salah jika ingin berteman lagi?

Demi Tuhan, Dobby tidak pernah membenci Yerim karena telah menolak perasaannya. Namun, bisakah Yerim bersikap seperti sebelumnya?

Netra sipit Yerim menatap wajah Dobby lurus. Ditatapnya wajah Dobby yang menatapnya nanar, kemudian tersenyum tipis.

"Kamu bukan Haruto, jadi tolong berhenti bersikap manis, Kim Doyoung."

"H, Haruto? Watanabe Haruto? Aku memang bukan Haruto, aku Kim Doyoung. Jadi tolong berhenti menyamakan aku dengannya."

Senyuman manis Yerim tergambar jelas di sana. Meletakkan kembali buku novel yang sempat dia baca, kemudian beralih menatap Dobby dengan kue beras di tangannya. Laki-laki itu masih sama seperti dahulu, masih sama-sama menyebalkan dimata Yerim.

"Tadi pagi Haruto baru aja datang ke sini dan bawa kue beras buat aku. Maaf, kamu telat bawa kue beras nya."

Dobby terkekeh kecil, menghembuskan napas ke udara dengan kepala mendongak ke atas. Ditatapnya langit-langit ruang rawat Yerim dengan seksama, tersenyum tanpa henti sambil menyembunyikan sesak yang dirasa. Dobby tersenyum lalu menatap Yerim. Gadis itu hanya diam membalas tatapan Dobby dengan wajah datar.

[✓] MONOCHROME (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now