19. Someone You Love

104 24 110
                                    

Duniaku terasa menggelap, seolah tertutup oleh awan yang hitam. Waktu yang bergulir sedari tadi mendadak berhenti bersamaan dengan ucapan Haruto tadi. Mendengar kedua nama yang tidak asing bagiku, tetapi begitu asing untuk Watanabe Haruto. Pemuda bersurai hitam pekat dengan wajah tampan itu mampu membuatku diam seribu bahasa.

Bang Yedam. Kim Doyoung. Kedua nama tersebut baru saja diucap Haruto, nyaris membuatku berteriak kaget. Aku yang semula bertanya-tanya mengapa Haruto membenci Yedam, kini kembali membuatku bingung dengan nama Dobby yang telah dia sebut. Semakin memberi tanda tanya besar dalam pikiranku.

Dobby, sahabat Haruto.

Iya, selama ini, selama 2 tahun aku mengenal Haruto dan aku tahu jika dia dan Dobby bersahabat. Bahkan keduanya dekat bagai nadi yang terus melekat. Namun, kenapa sekarang Haruto membenci Dobby?

Sejurus kemudian, netra cokelatku beralih menatap wajah Haruto. Membalas tatapan matanya yang terlihat nanar. Untuk saat ini kuhiraukan suara degup bola basket yang masih berlabuh di lapangan, juga suara derit sepatu yang berlarian di sana.

Angin sore berhembus pelan, menebar rasa hangat dilingkungan yang terasa dingin bagiku. Berlarian menuju persembunyian di langit yang mulai menggelap. Senja yang datang bersama jingga akan berganti malam yang menyapa. Membiarkan semua larut dalam lelah yang di rasa.

Semesta bohong. Saat ini semesta tidak lagi bersahabat denganku. Semesta lagi-lagi pergi membawa kehangatan dan meninggalkan kecanggungan di sini. Aku benci.

"Jauhi mereka." suara berat khas Haruto menginterupsi, membuatku menatapnya lurus.

"Kenapa benci mereka?" tanyaku, menuntut jawaban lebih dari Haruto.

"Aku benci mereka tanpa alasan."

"Dan aku nggak bisa jauhi mereka tanpa alasan yang jelas." kubalas tatapan mata Haruto secara tajam, menatap tepat kedua bola mata indah miliknya.

Tidak adil rasanya jika aku harus menjauhi mereka tanpa alasan yang pasti. Sudah kukatakan jika Haruto tidak berhak untuk membatasi pertemanan ku. Dia kekasihku, tetapi bukan berarti berhak mengatur hidupku.

Sama seperti dirinya, aku juga ingin menjalani kehidupan biasa. Aku ingin dekat dan berteman dengan siapa saja. Berteman dengan banyak laki-laki dan wanita tanpa terkecuali, seperti dia yang dekat dan berteman dengan Yerim. Aku tidak pernah egois seperti dirinya. Aku kesal, aku marah dan kecewa atas keputusan Haruto kali ini.

"Kalo gitu jauhi Yedam."

"Kenapa?"

"Aku benci Yedam."

"Alasannya?"

"Karena dia suka kamu."

"Hah?"

"Kamu milik aku dan nggak akan jatuh ke tangan Yedam atau siapapun itu."

Katakan jika saat ini aku sedang mencerna semua perkataan Haruto. Memikirkan ucapannya saja sudah membuatku pusing hingga pandanganku berkunang-kunang. Tidak mungkin kak Yedam menyukaiku. Aku tahu bahwa itu hanya alasan Haruto.

Tipis sekali senyumku terukir manis, Haruto mengerutkan dahi. Melihat dia bingung dan mendengar penuturan Haruto tadi cukup membuatku merasa geli. Alasan macam apa itu? Aku tahu dia sedang cemburu.

"Kamu cemburu?" aku tergelak.

"Aku serius, Jung Ara."

"Aku juga serius, Watanabe."

"Terserah. Pokoknya aku benci dan nggak suka kamu dekat Yedam. Ah iya, Dobby juga."

Lagi-lagi aku terkekeh. Lucu sekali ekspresi wajah Haruto ketika cemburu seperti ini. Ingin rasanya ku tarik kedua pipinya, lalu memeluk erat tubuhnya. Rindu akan bau parfum manly Haruto membuatku langsung berlari untuk mendekap tubuh tinggi itu. Kucium dalam-dalam bau parfum yang bercampur keringat itu, menenggelamkan kepala di sana.

[✓] MONOCHROME (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now