21. Beautiful

127 22 153
                                    

"Seperti pelangi yang datang ketika hujan reda. Kamu pelangi yang selalu kutunggu setelah hujan datang menyapa."
.
.
.
.












"Kak Jaewon!"

Baiklah, sepertinya aku telah menyesal berada dalam situasi saat ini. Mendengar suara teriakan histeris Wooyoung cukup membuatku muak untuk melihat wajah kak Jaewon di sana. Dalam jarak 5 meter, laki-laki tampan tersebut tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang putih nan rapih. Jangan lupakan juga ekspresi menjengkelkan kak Jaewon yang sangat ingin kulempar menggunakan buku kamus bahasa Mandarin ini.

Beruntungnya kak Jaewon karena aku masih sadar diri bahwa kami sedang di lingkungan sekolah. Melihat dia yang memasang wajah sok keren membuatku kesal dan berakhir mencebik kesal. Apalagi melihat Wooyoung yang sangat bahagia melihat kedatangan kakakku satu-satunya.

Bukan untuk pertama kalinya bagiku melihat kegirangan Wooyoung ketika melihat wajah kak Jaewon. Gadis bermarga Cha tersebut sangat menyukai kak Jaewon sejak pertama kali melihatnya.

Iya, Cha Wooyoung, gadis yang terkenal dengan ucapan pedasnya itu begitu mengagumi kakakku. Bahkan dirinya pernah menyatakan suka kepada kak Jaewon yang hanya dianggap angin lalu oleh kakakku. Bagaimanapun kak Jaewon juga masih tahu diri untuk tidak menjadikan Wooyoung sebagai kekasih. Lagipula aku juga tidak rela jika sahabatku itu menjadi pacar kak Jaewon yang playboy.

Aku juga tidak tahu mengapa banyak sekali gadis diluar sana yang sangat menyukai kak Jaewon. Banyak dari mereka yang menjadi korban cinta atau bahkan budak cinta atas nama Jung Jaewon. Gadis-gadis diluar sana rela membuatkan makan siang untuk kak Jaewon dan sengaja menaruhnya dimeja. Entah benar adanya atau tidak, yang pasti kak Jaewon pernah menceritakan padaku betapa pusingnya menghadapi para gadis kampus.

Tidak ingin aku mempercayai ucapan kak Jaewon, namun melihat reaksi Wooyoung cukup membuatku membayangkan bagaimana reaksi gadis diluar sana.

Jika dilihat lagi, wajah kak Jaewon memang tampan. Tetapi jika disuruh untuk memilih antara dia atau kak Hanbin, tentunya aku akan memilih cowok bermarga Kim tersebut.

Kim Hanbin, sosok pemuda tampan dengan otak yang pintar. Kak Hanbin sudah berteman lama dengan kak Jaewon yang membuat keduanya sering dibilang saudara kembar. Sama-sama memiliki bakat seni membuat mereka semakin cocok berada dalam satu grup band kampus.

"Kak Jaewon apa kabar? Sudah makan?"

Astaga. Drama apalagi ini? Aku muak melihat tingkah Wooyoung dan kak Jaewon. Ingin kutarik rambut panjang Wooyoung untuk menyadarkan dirinya. Gadis itu baru saja melambaikan tangan pada kak Jaewon yang tersenyum paksa. Nada bicara yang sengaja diubah menjadi seimut mungkin membuatku merasa mual sendiri.

"Wooyoung, kamu nggak mau pulang?" cetusku asal. Mungkin karena aku sudah terlalu jengah padanya.

Kedua mata Wooyoung mendelik, menatap aku disampingnya dengan wajah kesal.

"Kenapa? Kamu nggak suka aku di sini?"

"Iya." jawabku sarkas. "Lagipula kamu nggak takut ketinggalan bus? Nggak lucu kalo kamu harus nunggu bus datang jam 9 malam nanti.

"Ck. Bilang aja kamu iri lihat kak Jaewon dekat sama aku."

"Terserah. Aku mau pulang, bye."

[✓] MONOCHROME (TELAH TERBIT)Onde histórias criam vida. Descubra agora