21. SIAPA SEBENARNYA?

47.3K 4.8K 1.3K
                                    

Sejenak Zera memikirkan semua ucapan Gavriel. Terulang-ulang bagai kaset rusak dipikirannya. Jujur dalam hati ada rasa senang mengingat Gavriel sedikit berubah. Cowok itu memperlakukan dirinya dengan baik bahkan melindungi Zera. Tapi mengingat apa yang pernah dilakukan Gavriel dulu, sungguh memilukan di hati Zera.

Zera hanya takut.

Gavriel pura-pura.

Dan setelah diterbangkan, kembali dijatuhkan.

Zera membasuh wajahnya. Ia bercermin dalam bilik toilet. Setelah beberapa menit berdiam dalam toilet, Zera memutuskan untuk kembali ke kelas.

Koridor begitu sepi karena pelajaran sudah kembali di mulai. Zera terpaksa izin ke toilet, karena ucapan Gavriel begitu mengganggu fikirannya. Zera tidak bisa berkonsentrasi jikalau pikirannya saja kemana-mana.

Dahi Zera berkerut saat melihat seseorang yang sedang berlari di lapangan. Panas-panas gini?

"Itu Arsen?" Zera tidak jadi kembali ke kelas. Ia melangkahkan kakinya menuju lapangan, menghampiri Arsen.

"ARSEN!"

Mendengar suara teriakan membuat Arsen menghentikan larinya. Cowok itu mengusap keringat di dahi dan berjalan menuju kearah Zera.

"Lo lagi ngapain?" alis Zera tertaut.

"Dihukum Zee." Arsen terkekeh kecil.

"Tumben dihukum? Biasanya lo jarang banget dihukum."

"Iya. Tadi bolos, terus ketahuan sama guru. Jadi berakhir di lapangan panas-panasan gini." Arsen menjelaskan perlahan.

Zera menganggukan kepalanya. "Maaf ya, gue gak bawa minuman. Kalo mau gue beliin di kantin nih?"

"Gausah Zee. Sini." Arsen menggenggam pergelangan tangan Zera mencari tempat duduk.

"Lo itu gak sejago gue kalo masalah bolos. Jadi gak usah pake acara bolos segala deh."

"Lo juga bolos?" Arsen bertanya dengan raut heran.

Zera menggeleng membuat rambutnya bergerak. "Enggak. Nemenin lo bentar."

Arsen terkekeh. Keduanya sama-sama diam memperhatikan luasnya lapangan yang begitu sepi. Suara kicauan burung menemani kesunyiaan. Serta angin yang berhembus manja menyentuh kulit.

"ARSEN! ZERAAA!"

Bola mata Zera melebar mendengar suara teriakan itu. Zera memutar kepalanya secara perlahan dan benar saja bahwa suara itu berasal dari paus yang terdampar di daratan.

Pak Dudung terlihat berkacak pinggang dengan raut wajah marahnya.

"Mampus! Arsen kita harus pergi."

Zera menarik tangan Arsen. Cowok yang sedari tadi diam dengan raut bingungnya jelas tersentak kaget. Belum siap tangannya sudah di tarik, hampir saja Arsen kehilangan keseimbangannya.

"ZERAAA!"

Zera tertawa ngakak. Cewek itu menarik tangan Arsen ikut berlari menjauh dari Pak Dudung yang mengejar keduanya. Keringat menetes dari dahi mereka berdua, seragam Arsen yang sebelumnya sudah basah karena keringat saat ia dihukum, kini menjadi semakin basah.

"Nakal."

"Gakpapa. Sekali-kali bikin Pak Dudung frustasi. Kita tinggal nunggu makan gratisnya," jawab Zera santai mendapat sentilan di dahi oleh Arsen.

"Gak boleh gitu Zee."

Zera memperhatikan sekitar. Tanpa sadar ternyata dirinya berlari sampai di kantin. Sungguh rezeki bagi Zera kalo nyasarnya ke sini mah.

GAVRIELZE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang