29. JADI GIMANA?

35.1K 3.9K 1.5K
                                    

"Gavriel bangun."

Zera berdecak kesal tak kala cowok itu tak kunjung membuka matanya. Padahal matahari sudah mulai menampakkan wujudnya.

Badan Gavriel juga sudah jauh lebih baik daripada semalam. Zera berfikir mungkin karena luka di dahi cowok itu yang membuat Gavriel mendadak demam.

"10 menit lagi Bun."

"Lah?" cengo Zera saat mendengar racauan cowok itu. Dikira Zera ini emaknya?!

Zera terus menepuk-nepuk lengan Gavriel, dari pelan hingga keras. "Gavriel! Bangun, atau gue tinggalin lo disini!"

Meski sulit, perlahan mata itu terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. "Zera? Ngapain disini?"

"Lagi ngehitungin semut yang lewat karena lihat gue yang manis ini."

Seketika mata Gavriel terbuka lebar. Ia memperhatikan sekitar yang nampak familiar. Badan Gavriel terasa begitu sakit semua, hingga kepalanya juga. "Ini dimana Zee?"

"Lo gak usah kayak di sinetron deh, mentang-mentang pingsan langsung lupa ingatan."

Ah iya, Gavriel ingat semuanya. Dirinya dan Zera tersesat di hutan ini. "Kita pergi dari sini, cari jalan keluar. Jangan bisanya tidur aja."

Zera membelalakan matanya tidak terima. Apalagi saat Gavriel begitu mudahnya berjalan keluar tanpa menunggu dirinya. Perasaan yang dari tadi sulit dibangunin itu Gavriel, kenapa cowok itu seakan menyalahkan dirinya.

Zera belum juga beranjak dari tempat karena kondisi kakinya yang masih sakit. Ia hanya berharap Gavriel putar balik dan kembali pada dirinya.

"Bangun, maaf."

Zera mendongak hingga tatapannya bertemu dengan Gavriel. Cowok itu mengulurkan tangannya membantu Zera berdiri.

"Gak usah gendong gue gapapa kok, masih bisa jalan sendiri."

"Siapa yang mau gendong lo? Badan lo kecil tapi berat. Dosa lo banyak sih." Ucapan Gavriel berhasil membuat pipi Zera memerah karena kepedean. Mau taruh dimana nih muka.

Sepanjang jalan Zera menggerutu kesal dalam rangkulan Gavriel. Menunduk memperhatikan Zera yang mencebikkan bibirnya kesal, Gavriel hanya dapat tersenyum kecil.

"Lambat."

"Gavrielll!"

Tiba-tiba saja tubuh Zera diangkat Gavriel, membawanya ke dalam dekapan cowok itu. "Udah diem. Cukup jadi kebo aja, gak usah jadi siput segala."

Nih Zera mau baper aja harus mikir dulu. Gavriel niat nolong atau mau menghina dirinya?

"Emm... lo udah baikan?"

"Emang gue pernah sakit?" alis Gavriel terangkat.

"Tadi malam badan lo panas, gue kira lo udah menuju ajal."

"Oh."

Zera mendengus kesal. Lantas membuang tatapannya yang penting tidak melihat Gavriel. Ingin rasanya Zera cekik cowok itu.

"Gak usah lihat yang lainnya, cukup pandangin gue."

"Ogah!"

"Yaudah, gue jatuhin aja lo disini."

Zera berdecak kesal. Kenapa Gavriel jadi suka mengancam gini. "Nih!" bahkan tanpa sadar Zera memajukan wajahnya lebih dekat ke Gavriel.

Gavriel tertawa. "Pinter."

Bagai tersengat listrik, tubuh Zera menegang saat Gavriel mencium pipinya. Tumben sekali.

Jantung Zera seakan berdetak lebih kencang saat Gavriel mendekatkan wajah kearahnya. Reflek Zera memejamkan matanya. Namun saat mendengar suara Gavriel, Zera rasanya ingin mengubur diri hidup-hidup.

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now