37. SURAT UNTUKMU

30K 3.3K 565
                                    

"Kak Jeo."

Deg.

"Gavriel?"

Benar. Gavriel tidak salah lihat. Dengan segera ia mendekati Jeovanna sebelum cewek itu kembali masuk ke dalam rumah. Jeovanna terdiam, nampak kaget melihat keberadaan Gavriel yang kini berada didepannya.

"Sejak kapan?"

"Udah mau dua hari," jawab Jeovanna pelan. Gavriel kini mengangguk mengerti. "Ada yang mau lo jelasin Kak? Gue butuh kejelasan kenapa lo dan keluarga lo menghilang begitu aja."

Jeovanna mengangguk pelan. "Masuk Gav."

Gavriel masuk tanpa ragu. Karena rumah ini sudah sering ia datangi sewaktu Jessy masih hidup. Bahkan Gavriel mengenal dekat keluarganya. Meski tidak begitu dekat dengan orang tua Jessy, karena mereka disibukkan dengan kerjaan. Jadi dirinya hanya mengenal Jeovanna, sebagai Kakak dari sahabatnya, Jessy.

"Jeo, udah?"

"Lo ngapain disini?"

Jeovanna meringis kecil saat kini Arsen dan Gavriel berhadapan saling bertatap penuh tanya. "Gue curiga sama looo," tuduh Gavriel memincingkan matanya. Arsen berdecak tidak terima. Jujur banyak pertanyaan dikepalanya saat melihat Gavriel berada disini. Ada hubungan apa dengan Jeovanna? Padahal cewek itu baru disini 2 hari, tidak memungkinkan mengenal Gavriel. Bahkan mereka terlihat dekat hingga Jeo mengizinkan Gavriel masuk ke dalam rumah.

"Bentar ya. Aku ambil dulu di atas."

Kini tersisa Gavriel dan Arsen di ruangan membuat atmosfer terasa begitu berbeda. Banyak hal yang ingin ditanyakan mengenai pertemuan tak sengaja ini. "Ada hubungan apa lo sama Kak Jeo?"

"Kak?" Dahi Arsen berkerut bingung.

Gavriel memandang ke arah tangga yang tadi dipijak oleh Jeovanna. "Dia Kakak dari sahabat gue, tapi sekarang udah pergi." Diakhiri senyum mirisnya.

"Jeo punya adik?"

Kini Gavriel menatap penuh indiminasi. "Sekarang gue tanya sama lo. Ada hubungan apa lo sama Kak Jeo? Terus kenapa lo ada dirumahnya, dan berduaan begini."

Arsen menghembuskan nafasnya. Ia harus bilang apa? Arsen saja sudah tidak mengerti hubungan apa yang terjalin antara dirinya dan juga Jeo. "Gue kenal dia di Prancis, dan akhirnya kita dekat. Tapi karena suatu alasan, gue terpaksa pulang ke Indonesia."

"Oh iya, sampe sekarang gue belum tau alasan lo. Apaan?" Gavriel masih curiga.

Arsen menatapnya malas. "Kalo gue bilang, lo sakit hati ntar."

"Demi Zera?" Gavriel terkekeh sinis. Lantas tatapannya teralih pada Jeovanna yang turun dari tangga sambil menggenggam sebuah kertas bergulung di tangan kanannya.

Ternyata, tidak ada yang banyak berubah dari Jeovanna. Namun satu hal, wajah cewek itu tidak sepucat dulu. Tubuhnya juga lebih terlihat berisi, daripada saat beberapa tahun lalu. Seperti orang yang sering kesakitan. Mengingat itu, membuat Gavriel kembali teringat Jessy. Cewek yang selalu menutupi rasa sakitnya dengan sebuah tawa.

"Gavriel, hanya ini yang bisa Kakak beritahu sama kamu. Dan setelah itu pilihan ada di tangan kamu. Kakak yakin kamu bakalan benci sama Kakak setelah melihat isi suratnya." Tangannya bergetar saat memberikan surat itu pada Gavriel. Begitupun Gavriel, menerima dengan perasaan ragu.

"Jeo, ini ada apa?" Arsen menatap Jeo yang hanya dibalas senyuman tipis.

Perlahan Gavriel membuka gulungan kertas itu. Tulisan itu masih sama. Tulisan tangan yang ditulis begitu rapi.

Hari pertama kemoterapi. Aku sendiri.

Hari kedua kemoterapi. Aku sendiri lagi.

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now