22. UNDANGAN

43.1K 4.7K 1K
                                    



***

"Gavriel itu gak berubah Zera. Dia hanya kembali menjadi dirinya sendiri, dan kamu berhasil ngembaliin Gavriel seperti dulu."

"Bicarain apa Bun?"

Cowok dengan casual serba hitam serta celana jeans selutut itu turun dari tangga sambil menyisir rambutnya yang nampak basah.

Gavriel ikut bergabung di meja makan yang sudah tersedia berbagai macam makanan. Dari mulai makanan kesukaannya. Tidak juga, semua masakan Bunda. Gavriel menyukainya.

Bunda menatap Gavriel sambil tersenyum manis. Sedangkan Zera sedari tadi hanya diam saja. Entah kemana fikirannya. Mendadak fikiran Zera menjadi kacau.

"Makan, kita nungguin kamu lama banget."

Gavriel terkekeh. "Mandi dulu Bun sekalian."

Terjadi keheningan. Hanya ada suara dentingan sendok yang menemani makan mereka.

"Nanti pulang gue anter."

"Hm."

"Anterin sampai rumah, jangan kamu sakitin."

"Gak lagi Bun," jawab Gavriel sambil mengunyah ayam gorengnya.

Bunda melototkan matanya. "Lagi? Berarti udah sering dong kamu nyakitin Zera?"

Zera hanya tersenyum kikuk.

***

"Makasih." baru saja Zera akan keluar dari dalam mobil sebelum Gavriel menahan tangannya terlebih dulu.

Zera terdiam membeku saat Gavriel mendekatkan wajahnya. Reflek Zera menutup mata saat wajah keduanya hanya berjarak beberapa centi. "Lo harus selalu sama gue terus Zee...," bisik Gavriel begitu lirih.

Zera merasa ada hembusan nafas hangat diwajahnya. Tatapan keduanya bertemu, hanya beberapa detik sebelum Zera memutuskan kontak mata terlebih dulu. "Terserah," ketus Zera sambil berjalan keluar mobil.

Setelah diam beberapa menit. Akhirnya Gavriel memutuskan untuk turun dan mengejar Zera. Cowok itu memeluk tubuh Zera dari belakang membuat Zera menegang ditempatnya. "Gue gak akan minta maaf Zee, karena gue tau. Kesalahan gue gak pantas buat lo maafin. Jadi... untuk itu gue bakalan buktiin buat lo. Jagain lo dari semua bahaya yang ngintai lo."

"Gue gak perlu dijaga."

Gavriel membalikan tubuh Zera menghadap kearahnya. "Kenapa?"

"Karena gue udah terlanjur kecewa sama lo. Gelas yang udah pecah gak akan pernah bisa kembali menjadi utuh seperti semula, pasti akan tetap ada keretakannya bukan?" Zera tersenyum miring. "Itu hati gue yang sekarang."

Zera berbalik dan masuk ke dalam rumah meninggalkan Gavriel yang terdiam di tempat. Mungkin menyesal?

Dahi Zera berkerut melihat rumah yang terlihat acak-acakan. Huft... atau Abangnya kembali berulah lagi?

"Abang?"

Tidak ada sahutan. Zera memutuskan untuk pergi ke kamar Rama mencari cowok itu. Setibanya Zera di kamar, namun hasilnya tetap sama. Tidak ada siapapun disini. Hingga terdengar suara percikan air, Zera menghembuskan nafasnya lega. Mungkin Bang Rama sedang mandi.

Akhirnya Zera memutuskan kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri. Niatnya Zera ingin istirahat, mungkin akan tidur sampai sore. Selesai membersihkan diri, Zera mengeringkan rambutnya yang masih basah. Ia mendongak, masih hening tidak ada suara.

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now