25. MENYEBALKAN!

40.8K 3.9K 520
                                    

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan❣️

Jam berapa baca GZ?

***

"Lo dari mana Zera? Gue cariin lo dari kemarin-kemarin."

Tubuh Zera menegang. Baru saja menginjakkan kaki di sekolah, tapi sudah terlebih dulu dihadiahkan pelukan oleh Gavriel.

Zera melepas paksa pelukan Gavriel saat melihat orang-orang kini terfokus pada dirinya. Udah hari ini penampilan Zera begitu aneh dengan hoodie yang kebesaran membuat badannya nampak begitu kecil. "Gavriel, lo apa-apaan sih?" sentak Zera tak suka.

"Lo dari mana?"

Zera tersenyum. "Gue habis liburan, soalnya bosen di rumah."

Alis Gavriel tertaut mendengar jawaban Zera. Tidak nyaman di perhatikan banyak orang, Gavriel akhirnya memutuskan menarik tangan Zera membawa ke tempat yang sepi untuk mendapat penjelasan lebih rinci.

Zera berdecak kesal sambil mengikuti setiap langkah Gavriel. Entah mau membawa dirinya kemana tuan Gavriel ini. Melihat beberapa tanaman hias membuat Zera mengerti bahwa ini berada di taman belakang sekolah.

"Jelasin."

"Apanya?" alis Zera terangkat menantang.

"Jelasin 2 hari ini lo kemana?"

Zera terdiam. Jikalau Gavriel tahu dirinya bersama Arsen bagaimana? Apa cowok itu akan marah nantinya. Sebenarnya Zera juga tidak tahu, kenapa bisa ada Arsen dan Zera berada dalam rumah yang cukup asing baginya. Tapi untung saja dilemari es banyak makanan, jadi Zera betah-betahin aja 2 hari di sana.

"Gue udah bilang, gue liburan," elak Zera.

Gavriel tertawa miris. "Alasan lo gak logis, disaat gue khawatirin lo disini. Gue tanya ke semua orang terdekat lo tentang keberadaan lo dan lo bilang liburan?" nadanya terdengar kecewa.

"Kenapa? Bukannya dulu gue pernah ngilang sampai 1 minggu aja lo gak pernah nyariin gue kan? Nanyain kabar gue juga enggak kan? Jadi? Buat apa?"

"Lo mau tau? Lo siap dengarnya? Perlu gue jelasin dari mana?" kekeh Gavriel miris.

Dahi Zera berkerut tidak mengerti ucapan Gavriel. "Maksud lo?"

"Saat 1 minggu lo gaada kabar, gue selalu berusaha cara informasi tentang lo secara diam-diam. Gue selalu cemas sama lo! Iya gue sadar dulu gue belum bisa ngertiin perasaan gue sendiri, gengsi gue terlalu tinggi buat akuin kalo gue udah jatuh hati dari awal lo deketin gue dengan gaya centil lo Zera...," suara Gavriel melirih. "Gue selalu berusaha agar rasa ini gak pernah tumbuh. Tapi tetap aja gak bisa, lo udah matahin pertahanan gue buat gak jatuh cinta lagi. Karena gue gak mau kehilangan untuk kedua kalinya. Tapi sekarang gue sadar Zee, gue juga gak mau kehilangan lo."

Gavriel tertawa. "Gue selalu nunjukin sifat kasar gue saat di depan lo, seakan-akan gue gak pernah suka akan kehadiran lo."

Zera terdiam membeku dengan telinga yang masih setia mendengarkan semua ucapan yang terujar dari bibir Gavriel.

"Karena yang gue ingin, lo benci gue Zee dan gak pernah deketin gue lagi." Gavriel menatap manik mata Zera. "Di depan lo gue jahat, tapi gue selalu berusaha lindungin lo secara jauh Zee, tanpa lo sadari."

Dahi Zera berkerut, mencermati setiap kata yang terujar dari Gavriel.

"Lo yang nyuruh Abang ojol nganterin obat malem-malem ke rumah gue saat gue sakit?" Zera berusaha mengingat semuanya. "Kalo gak salah Abang ojolnya bilang inisialnya 'R'. Oh... berarti bukan lo, nama lo kan di awali hur—"

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now