30. GAVRIEL SAKIT

42.6K 4.1K 964
                                    

"Arsen, lo lagi bercanda 'kan?"

Arsen menunduk, tidak lagi menatap Zera. "Gue gak lagi bercanda Zee."

"Tapi kenapa lo baru bilang sekarang?!" Rasanya begitu dilema, saat dimana dirinya baru saja merasa senang karena saat-saat yang Zera nantikan kini terjadi. Dimana Gavriel menjadikan Zera miliknya, meski tanpa persetujuan Zera.

Zera berdiri, menatap tidak percaya ke arah Arsen. "Kenapa lo baru bilang sekarang Arsen? Kenapa? Alasannya apa?"

"Gue gak punya keberanian buat bilang sama lo Zee."

"Gak punya keberanian apa gak suka gue jadi milik Gavriel?"

Mendengar ucapan Zera jelas membuat Arsen terkejut, tidak pernah terlintas difikirannya seperti itu. Meski jujur, kini dirinya sudah jatuh hati pada Zera.

Arsen menahan tangan Zera saat cewek itu akan pergi meninggalkan dirinya. Terlihat jelas raut kecewa di wajah Zera. Arsen tahu, Arsen sadar bahwa pada akhirnya Zera akan kecewa pada dirinya. Jika Arsen mau, dia tidak ingin berada dalam posisi ini.

"Bukan gitu Zee. Mungkin sekarang waktu yang tepat, dan gue bisa nerima apa keputusan lo nanti."

Zera menggeleng. "Sedangkan lo belum jelasin apa-apa."

Arsen mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana cara dirinya menjelaskan ini pada Zera. Jika Arsen mau, dirinya lebih baik tetap tinggal di Prancis daripada harus begini akhirnya.

"Orang tua kita sahabatan Zera, mereka jodohin kita."

Arsen kembali mengingat kilah balik saat dirinya masih berada di Prancis. Kala hari itu Arsen sedang bermain dengan para teman-temannya. Hampir setiap hari cowok itu keluar dari Apartemen untuk pergi main bahkan hingga malam hari, tanpa mengingat waktu.

"Lo beruntung Zee bisa kenal sama Gavriel. Bahkan cowok itu jauh lebih baik daripada gue. Gavriel hanya sering bertingkah kasar sama lo dulu, tapi pada kenyataannya cowok itu penyayang kan? Gue yakin dia bisa jagain lo."

Zera memejamkan matanya, menahan rasa sesak di dada. Zera fikir Arsen sahabatnya, tapi kenapa cowok itu tidak jujur dari awal? Dari awal-awal keduanya bertemu.

"Gue yang dulu dan sekarang itu beda Zee. Nyatanya gue lebih liar dari Gavriel. Lo tahu kan? Di luar Negeri begitu bebas? Bahkan hampir tiap hari gue ganti-ganti cewek buat jadi pacar gue. Sampai-sampai Bunda kabarin gue, kasih kabar yang seketika ngebuat dunia gue hancur." Arsen menatap Zera. "Iya hancur, gue nolak saat Bunda bilang mau jodohin gue sama lo. Tapi itu sebelum gue kenal lo, dan sekarang keputusan ada di tangan lo. Gue gak berhak buat nyuruh lo setujuin ini dan gue akan bicarain semuanya sama Bunda nanti."

"Alasan lo datang ke Indonesia karena itu?" lirih Zera.

Arsen terdiam. Tidak bisa menjawab pertanyaan Zera kali ini.

Hingga waktu berlalu, namun Arsen tak kunjung menjawab pertanyaannya. Zera memutuskan untuk kembali ke tenda dan meninggalkan Arsen sendiri. "Gue gak bisa, gue gak pernah cinta sama lo. Gue cuman anggap diantara kita hanya sahabat, tidak lebih."

Arsen mendongak melihat punggung Zera yang perlahan menjauh. "Gue tahu."

Tanpa sadar seseorang mendengar semuanya. Lantas pergi dengan senyuman miring.

***

"Kenapa? Kok diem?"

Zera melirik ke samping, tak lagi menghadap jendela. Hari ini mereka semua dipulangkan. Acara camping sudah selesai dan akan melanjutkan kegiatan sekolah seperti biasanya. Tidak ada lagi api unggun, dan suara serangga kecil di tengah malam.

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now