32. TANDA TANYA

33.8K 3.5K 1.1K
                                    

Zera terdiam mendengar ucapan Bang Sean, lantas tertawa menganggap semua yang diucapkan hanya sebuah candaan. Bahkan matanya sampai berair karena tertawa begitu lepas hingga membuat Sean heran. "Aduh Abang, bercandanya gitu banget. Udah ah, pulang aja yuk. Lagi pula udah siang, panas disini."

"Tapi Ze—"

"Abang ayo pulang, nanti pacar Abang nungguin."

"Zera kan tahu Abang udah putus sama dia."

Zera menepuk jidatnya, ia lupa Bang Sean pernah bilang seperti itu. Entah alasan apa keduanya putus. Zera menggandeng tangan Sean untuk mengikuti dirinya ke arah motor. Cowok itu menghembuskan nafasnya, nurut dengan apa yang Zera lakukan.

"Mau pulang?" Sean menaikan alisnya, cowok itu tengah sibuk memakaikan helm pada Zera.

"Kita kembali ke kafe aja, Bang? Kan Bang Arlan sama Bang Glen masih disana." Sean menggeleng. Cowok itu menangkup pipi Zera. "Kita pulang, Abang anterin kamu ke rumah. Kamu pasti capek, jangan keluar-keluar dulu. Istirahat."

Zera menyenderkan kepalanya di punggung Sean, dengan tangan yang melingkar di perut cowok itu. Jujur Zera merasa sedang selingkuh jika bersama Bang Sean. Tapi Zera jauh lebih kenal dulu dengan Sean daripada Gavriel.

"Zee, coba panggil Abang dengan nama aja."

"Seann.... Ihh! Aneh banget."

Sean tertawa mendengarnya. Padahal umur mereka hanya berbeda 3 tahunan. "Hahaha, masa aneh. Nama bagus gitu."

"Bukan namanya yang aneh Abangggg.... Tapi panggilannya, kan biasanya Zera panggilnya pake embel-embel Abang, bukan cuman pake nama. Kesannya gak sopan, kan lebih tua Bang Sean."

"Iyadeh terserah kamu, kalo mau panggil sayang juga boleh."

"Aishh Abang mah bercanda mulu dari tadi."

"Aihh kamu mahh...."

Keduanya sama-sama diam. Dengan posisi Zera memeluk tubuh Sean erat, mencari kenyamanan disana. Jujur dengan Abangnya sendiri Zera tidak pernah sedekat ini.

Pikirannya kembali melayang ke Gavriel. Saat tadi pagi cowok itu tidak mau pulang dan terpaksa Zera usir. Mana udah ngancem-ngancem buat gak pergi kemana-mana. Jika begini ceritanya, Zera merasa sedang selingkuh. Tapi... ah sudahlah! Trobos aja!

"Di rumah ada siapa Zee?"

"Ada Bang Rama. Kan palingan cuman ada Zera sama Abang di rumah. Gak ada orang lain lagi."

Zera sedikit berteriak. "Abang! Kenapa ya kalo Zera dekat-dekat sama Bang Sean. Terus Bang Arlan kayak gak suka gitu? Zera jadi bingung."

Sean terdiam. Kemudian, "Intinya kamu hati-hati aja sama dia, cukup Abang yang tahu."

***

Sebuah taxsi berhenti di depan perumahan bercat putih. Seorang wanita keluar dari dalamnya setelah membayar terlebih dahulu kepada supir. Lantas berjalan menuju ke dalam rumah. Perlahan senyumnya terukir ketika melihat seseorang di depan tivi dengan sebuah gitar dipangkuannya membuat alunan nada yang begitu enak didengar.

"Arsen."

Dia Arsen. Cowok itu mendongak saat mendengar suara Bunda yang memangil namanya.

"Bunda udah pulang?"

"Udah." Bunda menghampiri putranya lantas mengusap rambut Arsen dengan lembut. "Kamu tahu? Tadi Bunda ketemu siapa hayo?"

Dahi Arsen berkerut tidak tahu. "Gatau." Ia menggeleng lugu.

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now