23. Kenapa Dia?

1.4K 196 62
                                    

"Tapi gue maunya elo, gue gak mau yang lebih baik. Gue bisa aja Nerima cowok-cowok yang suka sama gue tanpa lo suruh. Tapi, gak bisa. Gue cuma mau elo!"

Helena.

***

"Lo perduli," bisik Rama tersenyum penuh arti.

Aksa tertegun sejenak, lalu mengambil alih tubuh Helena dari Diky dan menggendongnya ala bridal style.

Diky yang melihat itu langsung berdiri dan berlari kecil kearah Aksa. "Biar gue aja, lo juga lagi sakit, Sa."

"Dia tanggung jawab gue," jawab Aksa mendudukkan Helena pada kursi penumpang mobilnya.

Aksa juga memakaikan seatbelt pada Helena tanpa memperdulikan Diky yang grasak-grusuk disebelahnya.

"Darahnya banyak," gumam Diky dengan wajah paniknya.

"Biar gue yang nyetir," kata Rama diangguki oleh Aksa.

Aksa duduk disebelah Helena yang sudah memucat, jujur saja Aksa merasa khawatir karena Helena seperti ini gara-gara dirinya.

"Rama, ngebut Ram!"

"Jangan," cegah Aksa cepat. Jika Rama menaikan kecepatan mobilnya maka itu akan membahayakan Helena kembali.

Aksa menegang karena tiba-tiba saja kepala Helena terjatuh dipundaknya. Untung saja Aksa cepat menyadari itu. Aksa menahan kepala Helena agar tidak terjatuh.

"Enggak, gue gak perduli."

"Gue cuma ngerasa bersalah dan ... dia salah satu sahabat gue," gumam Aksa tanpa terdengar oleh Rama dan Diky.

Aksa menatap Helena, dia mengangkat tangannya untuk meyelipkan rambut Helena yang menutupi seluruh wajahnya.

Entah kenapa tangan Aksa rasanya bergetar karena melihat darah Helena yang yang menempel di tangannya.

"Tisu!"

Rama menoleh kebelakang mengerutkan keningnya bingung. "Apa Sa?"

"Ambilin tisu," ulang Aksa dengan suara yang lebih jelas.

Diky mengambilkan tisu yang ada di dashboard mobil dan memberikannya pada Aksa. Diky sedikit takut karena dia memang fobia pada darah dan ini darah Helena.

"Lo gak papa," ucap Aksa mengusap kepala Helena pelan membersihkan darah yang ada di sana.

Sampai di rumah sakit.

Aksa mendudukkan dirinya pada kursi rumah sakit. Dia mengusap wajahnya kasar mengingat bagaimana Helena yang melindunginya tanpa perduli keselamatan dirinya sendiri.

"Dia tulus, dia bahkan membahayakan dirinya sendiri demi elo. Sadar, Sa, jangan terlalu keras sama diri lo sendiri," kata Rama menepuk pundak Aksa pelan.

Aksa memilih diam tidak menanggapi ucapan Rama. Tatapannya lurus ke depan dan terkesan kosong.

"Gimana?" tanya King dan Randy yang baru saja datang karena mereka berbeda kendaraan.

"Masih ditangani dia nya."

"Mereka anak mana?" tanya Aksa dingin.

"Gak kenal, Sa."

"Gak mungkin," kata Aksa jelas tidak percaya. "Anak mana?" tanya Aksa kembali.

"Udah ya, kali ini akhiri di sini dulu. Gak ada tuh balas dendam dulu," ucap Rama dibalas dengusan kasar dari Aksa.

"Bukannya elo ya yang paling anti buat balas dendam?" tanya Randy menceletuk.

"Gue cuma pengen tau," kata Aksa datar.

EINFARBIGE [Monokrom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang