68. Harus Pergi.

1.4K 179 117
                                    

"Takdir memang sangat kejam. Kita disatukan oleh hati tapi harus dipisahkan oleh mati?"

***

Helena membuka matanya perlahan, dia merasa sakit di bagian kepalanya. Saat ingin mengangkat tangannya untuk mengusap kepalanya, tangannya terasa berat.

Helena menunduk sedikit melihat apa yang terjadi pada tangannya.

Helena memejamkan matanya dan menarik tangannya kasar dari Aksa yang tertidur.

Helena memalingkan wajahnya dan mengurut pangkal hidungnya pelan.

Aksa yang merasa sedikit terganggu dengan pergerakan Helena langsung membuka matanya.

"Astaga udah pagi!" Helena sedikit terkejut karena seruan Aksa.

Helena menahan napasnya merasakan hembusan napas Aksa yang menerpa ceruk lehernya.

Dia masih merasa kecewa, tapi dia merindukan Aksa. Aksa sepertinya tidak sadar kalau Helena sudah terbangun.

"Lena, em... Aku keluar dulu ya. Takut ada Rey atau papi kamu," bisik Aksa pelan.

Aksa menjauhkan kepalanya dari Helena. Aksa mengambil jaket hitam miliknya yang dia letakkan di sofa.

Aksa sudah berada diambang pintu, bahkan sudah membuka kenop pintunya. Tapi, dia menghela napas gusar dan kembali membalikkan badannya mendekat pada Helena.

"Lena, kamu kenapa tidurnya lama banget sih. Aku kangen kamu," lirih Aksa pelan.

Helena berusaha mati-matian untuk tidak bersuara. Dia juga hampir mengeluarkan cairan bening dari matanya.

Helena sudah terlanjur kecewa pada Aksa, Aksa ... Aksa membela perempuan lain dan membiarkannya terjatuh.

Wajar kan, kalau Helena merasa kecewa?

Helena merasakan tangannya diusap pelan oleh Aksa. Debaran jantung dan getaran ditangannya mulai tidak bisa tertahankan lagi. Tapi, sepertinya Aksa tidak menyadari itu.

"Cewek itu bukan siapa-siapa aku. Aku cuma sayang kamu," kata Aksa dengan sangat pelan.

"Jangan marah, Lena. Aku gak suka kamu diam."

Aksa mengusap pelan wajah Helena, hanya sebentar karena dia benar-benar harus pergi.

"Sebentar ya. Aku cuma diluar, aku jaga kamu dari luar. Maaf aku gak bisa disini lama-lama. Oh iya ya, kemarin aku juga udah bilang ini. Maaf ya, jadi bosen kamu dengernya." Aksa masih mengira kalau Helena sedang tidak sadarkan diri. "Kamu pasti denger aku kok," katanya yakin.

Aksa menatap Helena lama sebelum akhirnya berdiri kembali. "Dah, Lena."

Setelah mengucapkan itu, Ponsel Aksa bergetar dan menampilkan nama sang Ayah yang memintanya untuk segera pulang.

Aksa merasa perasaan yang tidak enak karena Ayahnya tidak pernah memintanya pulang secara mendadak seperti ini. Pasti ada masalah, dan Aksa lah sumbernya.

Aksa menatap Helena lagi, dia tersenyum karena wajah Helena mampu menenangkannya. Dia menutup pintu ruangan Helena dengan pelan dan berjalan keluar melihat sekelilingnya memastikan tidak ada yang menyadari kehadirannya.

"Aksa Darmawan Arganta. Kamu tau kesalahan mu?" Aksa menundukkan kepalanya tapi dia tetap mengangguk kuat. "Coba jabarkan," pinta sang ayah dengan tegas.

"Bikin Lena sakit, bikin Lena sedih, bikin Lena..."

"Jadi salahnya cuma ke Lena?" tanya Darmawan memicingkan matanya tajam. "Ke Ayah dan Papinya Lena? Kamu sudah mengingkari kepercayaan Papinya Lena dan kamu juga sudah mempermalukan Ayah."

EINFARBIGE [Monokrom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang