70. He will go.

1.2K 157 184
                                    

"Kalau keadaannya memburuk biarkan saja. Tapi, jangan sampai hubungannya juga ikut terbawa."

***

"AKSA!"

Helena terlonjak dan langsung melebarkan matanya. Dadanya naik turun dengan napasnya yang tidak beraturan.

Helena memejamkan matanya karena merasakan kepalanya berdenyut pelan, lama dan menyiksa.

Helena berusaha keras untuk mengatur napasnya dan berpikir.

Helena menepuk kasur dan pipinya sendiri lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia berada di satu ruangan yang bercat polos.

Helena mengangkat tangannya sedikit, masih tertancap jarum infus disana.

Helena melihat langit-langit ruangannya. "M-mimpi? Mimpi jahat," lirih Helena dengan suara yang bergetar.

Helena menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia takut, dia takut Aksa nya benar-benar terluka.

"Mau Aksa..." Helena meneteskan air matanya. Dia sangat takut, dia ingin bertemu dengan Aksa.

Helena menutup wajahnya dengan selimut ketika mendengar suara pintu berdecit dan terbuka.

"Helen ... Bangun kek bego! Gak usah dilama-lamain pingsannya gue panik sendirian."

Helena mengeratkan cengkeraman tangannya pada kasur. Dia kesal, dia menangis, dia ingin bertemu Aksa saja. Tidak mau yang lainnya.

Rey mengerutkan keningnya mendengar suara aneh dari balik selimut. "Helen? Lo bengek apa gimana?"

"ASTAGA!" Rey menyadari sesuatu, dia langsung menarik selimut yang menutupi wajah seluruh wajah Helena. "Lo udah bangun? Pantes ketutupan, gua kira lo kelelep diselimut kek bayi."

Rey terkejut melihat wajah Helena yang sudah dibanjiri air mata. "Helen! Nafas bego!"

Rey mendengar suara yang keluar "ngik-ngik" keluar. Dia jelas panik, dia takut Helena benar-benar tidak bisa bernafas karena terlalu lama terlilit selimut.

Helena sekarang menangis sejadi-jadinya, dia kesal pada Rey. Kenapa disaat seperti ini otak Rey tidak bisa diajak kompromi.

"Kok nangis sih? Sakit banget ya? Gue panggilin dokter ya, Dek?"

Helena menggelengkan kepalanya kuat. Tangannya memegang tangan Rey seperti ingin meminta sesuatu.

Rey mengambil tangan Helena, membantunya duduk dengan bersandar pada dadanya dan menggenggam tangannya menunggu apa yang akan dikatakan Helena.

"Tarik nafas dulu, tarik nafas!" titah Rey mengusap punggung Helena dan menghapus air mata Helena dengan jempolnya.

Rey sabar mengusap punggung Helena dan membiarkan Helena menangis di pelukannya.

Rey memeluk Helena dengan erat, dadanya ikut sesak melihat Helena yang sesegukan seperti itu. "Mau apa?" tanya Rey lirih dan dengan lembut.

Helena mendongak menatap Rey, matanya dan hidungnya terlihat memerah. Rey mengusap air mata Helena dan merapikan rambut gadis itu.

Helena membuka mulutnya, memperdalam pelukannya pada Rey. "Ma-...Mau ... Mau Aksa..."

Rey terdiam membeku, usapan lembut dirambut Helena terhenti. Helena yang menyadari itu kembali menangis dengan kencang.

"Mau Aksa Rey ... Bilang ke Aksa Lena udah sembuh. Lena ... Lena udah gak marah," katanya.

Rey diam, tangannya kembali mengusap puncak rambut Helena dengan lembut. "Rey ... Tolong telpon Aksa ... gue mohon..." Helena merengek, dia memohon pada Rey.

EINFARBIGE [Monokrom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang