60. Dia harus Pergi.

1.6K 207 65
                                    

"Kami ingin memintamu bangun. Tapi, kami tau kamu perlu istirahat. Kami tau sekarang kamu sudah bahagia, kamu tidur sudah tenang. Selamat jalan, ya cantik."

"Hari ini, tolong izinkan kami menangis, Ratu. Maafkan kami tidak bisa menahan air mata ini. Maafkan kami menjadi lemah, Ratu."

"Beristirahatlah dengan tenang, Ratu. See you and we love you."

—Lion Kingdom.

***

"Maaf, Pak, Buk. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, hari ini Queenza Arini Wijaya sudah dinyatakan meninggal dunia."

Seisi ruangan langsung hening beberapa saat.

"GAK MUNGKIN!" King berteriak kesal menarik kerah baju dokter yang menangani Queen. "Coba lagi, Dok. Saya yakin Queen kuat, Dok. Dia gak mungkin ninggalin saya, Dok!"

Diky sudah terduduk tidak bisa berbicara. Dia mengacak rambutnya sendiri asal.

"Qu—Queen ... gak mungkin, kan Aksa? Bohong, kan Aksa?" Aksa memeluk Helena dengan sangat erat. Dia juga tidak percaya kalau Queen, sahabatnya kini dinyatakan sudah tidak bernyawa.

"Dok, saya mohon, Dok. Coba periksa lagi, Dokter pasti salah, Dok. Queen gak mungkin meninggal, Dok. Dia gak mungkin bisa tanpa saya, Dok. Saya juga gak bisa kalau tanpa Queen, Dok."

"Udah, King. Tenang," pinta Rama menarik kerah belakang King.

"GUE GAK BISA!"

"Aksa ... please." Helena menggelengkan kepalanya berkali-kali dan terkekeh hambar.

"Lena jangan kayak gini, gue mohon."

"Helena, gue mau lo maskerin gue!"

"Helena beliin gue makanan ya? Lo yang bayar!"

"Helena gue sayang banget sama lo!"

"My best friend!"

Helena menoleh ke segala arah karena mendengar suara Queen. "Queen," panggilnya.

"Lena, please ... Jangan kayak gini." Aksa memohon karena melihat Helena yang sama kacaunya dengan King, Diky, Indah dan Kaisar.

Wijaya, Papi Queen langsung menerobos masuk kedalam ruangan Queen. Tangisnya pecah membuat yang lainnya semakin kalut.

Helena terus saja meracau, memegangi kepalanya, tubuhnya melemas dan akhirnya tidak sadarkan diri.

Aksa memilih membawa Helena menjauh. "Tolongin saya, Dok." Dokter langsung mengerti, dia menuntun Aksa dan Helena kedalam satu ruangan dan segera memeriksa Helena.

"Queen, Papi gak mau kamu pergi. Waktu itu Papi cuman marah, Queen. Papi gak bermaksud buat ngomong gitu, sayang."

Lisa dan Renata memilih keluar dari ruangan Queen karena tidak sanggup melihat semuanya.

"Papi janji kalau kamu bangun Papi bakal sayangin kamu, Queen. Papi bakal ngasih semuanya ke kamu saya, bahkan nyawa papi..."

"Maafin Papi, ya. Maafin Papi karena kamu harus pergi."

Wijaya mendekatkan bibirnya ke balik telinga Queen dan berbisik padanya. "Papi benar-benar minta maaf, Queensy. Papi janji akan jaga semuanya. Papi janji Papi bakal memperbaiki semua kesalahan Papi. Papi bakal ngabisin lebih banyak waktu sama anak-anak Papi seperti apa yang kamu mau."

"O—om, boleh gak Kai buka lagi selimutnya Queen? Kai mau liat Queen, boleh ya Om?"

Wijaya bergeser dan tersenyum getir, dia menepuk pundak Kaisar. "Dia sangat sayang kamu, Kai. Dia mencintai kamu."

EINFARBIGE [Monokrom]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ