71.

1.4K 146 74
                                    

"Kita gak tau sampai kapan aku akan pergi. Aku akan selalu berusaha untuk kembali untuk kamu, aku janji. Tapi kenyataannya, kita juga gak tau apakah takdir yang tertulis itu milik kita atau tidak."

***

"Kalau makan es krim itu pelan-pelan, Lena. Gak usah kayak orang gak makan selama setahun."

Helena mencebikkan bibirnya mendengar cibiran dari lelaki yang dicintainya sejak lama. "Es krimnya enak tau!"

"Biasa aja sih." Bibir Helena semakin mengerucut kesal.

Lelaki itu mengambil tisu dan melemparkannya kearah Helena menyuruhnya membersihkan wajahnya yang kotor karena es krim.

Helena tidak bergerak, dia tetap menatap lelaki itu dengan wajah kesalnya.

Akhirnya, cowok itu mengusap bagian pipi dan ujung bibir Helena yang belepotan.

Helena tertegun, tatapan tajam dan wajah kesalnya menghilang. Bibirnya berkedut lucu.

Plak...

Helena menutup dahinya refleks karena mendapat pukulan pelan disana.

"AKSA!" Lelaki itu, Aksa terkekeh pelan melihat wajah kesal Helena yang menggemaskan.

"Ngelamun aja lagian," cibir Aksa pelan.

"Jahat banget ditampol," gumam Helena.

Aksa berhenti tertawa, dia mengusap lembut dahi Helena yang tadi dipukulnya pelan. "Maaf ya," ucap Aksa dengan rasa bersalah.

Helena tidak merespon. Tatapannya tertunduk lebih memilih menatap es krim miliknya.

"Sakit ya?" tanya Aksa dibalas gelengan pelan oleh Helena. "Maaf, sayang."

Helena tersenyum lebar mendengar itu, dia melupakan segala kekesalannya dan menikmati usapan tangan Aksa pada kepalanya.

Helena menyandarkan kepalanya dipundak Aksa. "Kayak bocil tau gak?" Helena menggelengkan kepalanya tak menghiraukan ucapan Aksa.

🕊️🕊️🕊️

"Len!"

Helena masih diam dengan tatapan kosong. "HELENA!"

Satu guncangan membuat Helena terkejut dan mengembalikan kesadarannya.

Helena mengerjapkan matanya, air matanya menetes tanpa dia sadari saat menatap kearah luar jendela mobilnya.

Mobil yang ditumpanginya berhenti tempat di parkiran kedai es krim yang tampak ramai.

Sebuah kedai es krim yang sering didatanginya bersama Aksa.

Kilasan-kilasan memori kembali seolah ingin menggentayangi Helena.

"Mau turun atau gue aja yang beliin es krimnya?" Seorang cowok bertanya dengan lembut pada Helena.

"Lo kenapa Helen?" Cowok itu bertanya lagi karena merasa tidak mendapatkan respon dari Helena.

"Gue gak papa, Dik." Helena masih menatap kedai es krim itu dengan senyum hambarnya.

"Karena Aksa yang belum ngasih kabar?" tebaknya membuat ekspresi Helena berubah.

Diky menghela napas pelan, dia menepuk pundak Helena pelan. "Aksa gak ada kabar bukan karena dia udah gak perduli sama lo. Dia cuma gak mau lo tambah sedih kalau cuma dihubungi sebentar."

"Gue khawatir, Dik!"

"Iya gue ngeri, gue-"

"GAK DIK!" Helena menatap Diky sepenuhnya dan menatapnya tajam. "Lo gak akan ngerti perasaan gue, karena lo bukan gue!"

EINFARBIGE [Monokrom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang