62. Kasih judul sendiri.

1.3K 176 113
                                    

"Aku ketemu kata-kata ini kemarin, tapi bacanya dimana. Kalau aku gak bisa ambil hati kamu gak papa. Aku ambil hikmahnya aja."

-Mengpilu.

***

"Saya gak mau pergi," ucap Aksa dengan dada yang naik-turun penuh emosi.

"Kamu harus pergi. Kalau enggak kita batalin semuanya!" Aksa terdiam, ini sangat pilihan yang sangat sulit. "Jadi gimana Aksa?"

"Tapi, saya..."

"Kamu harus punya masa depan yang lebih cerah lagi, Aksa." Aksa mendengus karena ucapannya belum rampung.

"Saya gak mau ... jangan paksa saya."

"Ayah mau yang terbaik untuk kamu, Aksa."

"Tapi-"

"Coba kamu pikirin lagi. Kamu cuma pergi sebentar, kan? Dia akan nunggu kamu sebentar setelah itu kalian akan bersama, iyakan?"

Aksa diam sejenak, dia terlihat berpikir. "Apa jaminannya kalau dia akan nunggu saya?"

Ayah Aksa terkekeh geli. Anaknya kenapa berbicara seformal ini padanya.

"Ayah janji dia akan nunggu kamu."

"Tolong jangan usir saya," ujar Aksa memelas.

"Tapi ini demi kebaikan kamu juga!"

"Aksa disini aja, dia banyak yang deketin. Apalagi kalau Aksa pergi, bisa diembat cowok lain lah pasti."

Ayah Aksa menatap tajam pemilik suara. Sedangkan Aksa, Aksa makin diam. Dia merasa takut. "Kamu bisa diam tidak?!" tanya Ayah Aksa.

"Lho, kenapa Ayah? Aku bener, kan? Aksa tuh sudah banyak banget salah sama dia. Dia bisa aja lupain Aksa dengan cepat kalau Aksa pergi."

"Dista, kamu jangan bikin adik kamu makin dilema."

"Idih, gak ada maksud kok." Dista mengupasi salak dan memakannya santai. Dari tadi dia sibuk menyimak pembicaraan Aksa dan Ayahnya.

Sekarang dia ingin memberi sebuah pencerahan pada Aksa agar dia semakin kalut. "Pikirin deh, Sa. Disini ada Diky, siapa tuh namanya yang kera Diky itu. Pokoknya itulah. Lo pikir dia gak akan luluh kalau terus dibikin nyaman?"

"Dista!" Aksa menggeram kesal. Sudah cukup dia frustasi dengan Ayahnya sekarang bertambah lagi.

"Disti!" ejek Dista membuat kesal Aksa dan Aksa mengepalkan tangannya. Aksa mendekat padanya dengan tatapan tajamnya.

"Apa lo?!" tantang Dista memundurkan langkahnya membawa toples kacang miliknya.

"Pokoknya Aksa gak mau pergi, titik!" Aksa berteriak membuat Dista memejamkan matanya terkejut. Dia menatap Aksa was-was dan terus mundur.

"Aksa gak mau pergi, Ayah!" Aksa menghentakkan kakinya sekali lalu berbalik dan menuruni tangga dengan cepat.

Dista menghela napas lega, dia meletakkan toplesnya kembali. "Tuh anak kenapa malah kayak bocil gitu, ya Yah?" tanya Dista mendudukkan dirinya disebelah sang Ayah.

Kini dia kembali menegang karena ditatap tajam oleh sang Ayah.

"Gak mau pergi," gumam Aksa mengusap wajahnya gusar, dia tidak mau pergi, sungguh!

Aksa mengeluarkan ponselnya dan langsung mencari kontak seseorang. Aksa menghela napas lega karena langsung diangkat.

"Kamu dimana?"

EINFARBIGE [Monokrom]Where stories live. Discover now