S6

453 32 3
                                    

Nayara

"Kita mau kemana bang"
Entah karena gue jarang ketemu sama dia suasananya jadi sedikit canggung.
"Ikut aja,temenin abang nonton"
Di umurnya yang sudah terbilang mapan gue sebagai adiknya ga pernah sekalipun mendengar satu kata keluhan yang keluar dari bibirnya.

Dia datang dengan tiba tiba di rumah nyariin gue dan seret gue keluar dari rumah,macem penculik, untung ganteng.

Hingga tiba di Jogja gue belum tau apa alasan mahluk ini nyeret gue sampai sejauh ini.

"Kita nonton konser"
Gue berkedip beberapa kali mendengar penuturannya yang terdengar gak masuk akal.

"Koser apaan?"
Jelas dong gue heran.

Terlepas dari sifat dan profesinya,gue sedikit gak nyangka kalau punya Abang yang sampai bela belain datang ke jogja ninggalin rumah sakit yang udah kaya rumahnya demi nonton tampilan band lokal?.
Shok dulu ayok.

"Dek sini" tanpa sadar gue bengong dan hampir aja kehilangan jejak si serbuk berlian,gue gak sombong ngatain abang gue serbuk berlian,buktinya dari awal turun dari mobil cewek cwek centil tuh udah natap abang gue kaya mangsa.

"Kenalin nih"
Dengan malas gue mendongak dan mendapati beberapa orang dengan wajah tersenyum ramah.
"Hai" sapanya bersamaan.
Terlihat dari gelagatnya,mereka jelas memancarakan aura aura anak band.
Terlebih lagi salah satu dari mereka sedang menenteng gitar di pundaknya.
Wajahnya datar.

"Na tolong anter dia ke ruang tunggu kalian,abang ada urusan sebentar"

Gue berbisik."mau kemana bang?"
Dan yang gue dapetin cuman senyumnya yang bikin lobang di pipinya terlihat.
Udalah urusan orang tua.

"Ayo" setelah bang Jaehyun pergi,ternyata sisa gue dengan cowok ini yang masih berdiri.
"Adeknya bang jahe?" Suaranya berat tapi terdengar jelas di telinga.yang bikin gue mau ngakak itu dia manggil bang Jae dengan Jahe.Anjir sebuk berlian macem bang gue nama panggilan nya jadi Jahe.

"Hiya"
Udah gitu itu aja, sampai tiba di tempat mereka, dia diam.
Entah orangnya yang memang kaya gini tapi gelagatnya membuat gue sedikit gak nyaman berada di dekatnya.
"Aura lo jelas banget".gue gak sadar ngomong.
Dia mengerutkan kening.
"Aura apa?"
Entah karena gue sering membaca buku buku psikologi hingga gue bisa menebak beberapa perilaku orang.

Gue mengangkat bahu,bingung mau ngejelasin ke dia bagaimana.
Di lihat lihat dia sosok pendengar yang baik, tapi dia bener bener cuman akan ngedengerin.

"Muka lo keliatan cemas,gugup,sama takut,entah apa yang lo pikirin setiap perilaku lo terlihat berat"

Mungkin dia akan bilang gue sok tau,karena udah berani ngatain dan nilai dia seenaknya.

Sama seperti yang gue bilang sebelumya dia bener bener gak merespon perkataan gue.
Dia sibuk dengan gitar di pangkuannya.

"Kalau mau orang merasa nyaman di dekat lo,lo harus nyaman juga dengan diri lo sendiri"
Emang dasar ekstrover macam gue yang mulutnya gak bisa berhenti ngomong.

Kali ini dia diam,menatap gue dengan penuh arti,seakan berusaha memahami gue dengan tatapannya.

Sampai punggungnya bersandar di kursi,dia baru membuka suara lagi.

"Caranya gimana?"

"Cara buat nyaman dengan diri kita yang penuh masalah gimana?"

Namanya Jaemin.

#note

Maaf kalau ada salah-

It's Okay_ (NOMIN)✔️Where stories live. Discover now