S(sick)30

701 18 1
                                    

Epilog

Jaemin

Gue menatap kartu berwarna hitam di tangan gue, percaya isinya mampu menghidupi gue dengan sangat berkecukupan.

Sebelum 2012,gak ada kegiatan lain yang gue lakuin selain mengurung diri di kamar dan  belajar,umur sepuluh tahun gue meminta ayah untuk membelikan gue sebuah gitar.Ayah membelikannya tanpa berat hati,gitar berwarna hitam.

Dua tahun gue menghabiskan waktu gue untuk belajar memainkannya hingga mahir,melupakan keinginan gue untuk menjadi anak yang pandai dan jadi kebanggaan. Karena itu,Ayah dan bunda semakin membenci gue.

"Buat mami "
Cukup berat rasanya harus tinggal dan menjadi beban orang lain untuk hidup kita.
"Loh ini apa nak?"
Mami melihat kartu yang gue sodorkan di hadapannya.
"

Buat mami kalau ada yang mau di beli"
Wajahnya kalau kaget terlihat sangat mirip dengan Jeno.
"Kok kamu gini sih"
Gue mengerutkan kening,mami belum menerima pemberian gue. Gue tau mami akan berat menerimanya sekalipun gue bilang gue hanya menitipnya.

Jeno dan Mami hidup dengan berkecukupan,rumah ini sangat besar,dan keadaan mami yang notabenenya adalah seorang single parent dengan pekerjaan yang layak dan satu anak,tidak membuat hidup mami bermasalah dengan finansial.

"Gapapa mi dari pada gak kepake sama sekali"
Ayah sengaja memberikan gue black cardnya supaya gue gak perlu  untuk datang di hadapannya dan meminta uang.walaupun itu gak bakal terjadi juga sekalipun dia gak memberikan gue sepersenpun.

"Yaudahhh di simpan aja"
Mami menerimanya dengan berat hati,gue masih cukup uang untuk hidup dari uang manggung gue.jadi itu bakal gue pake kalau sudah beneran kepepet.

"Simpan apa nih"
Seperti biasa Jeno selalu muncul tiba tiba.

"Gadaaa...udah cepat makan nih"
Gue menyodorkan Yupi di tangan gue gak tau dapat dari mana tadi.

*
*
*

*35890 detik sebelum kehilangan

"Udah lama kita gak ke ko Hasim"
Gue berbaring di sampingnya, memainkan baju kaos hitam yang selalu dia pakai setiap Mami baru mengambilnya dari jemuran.
"Kapan kapan lah kita ke sana,gara gara Hiatus kan senar gitar lo masih baik baik aja"
Iya soalnya setiap ke sama tujuan gue cuman satu,beli senar.
"Masa yah,gue selalu di kira lo setiap ke sana sendirian"
Gue udah pernah bilang kan kalo ko Hasim itu selalu lupa dengan nama gue dan Jeno.
Bukan lupa sih bingung tepatnya.

"Bangus dong lo ganteng dikiranya gue"
Gue pengen protes,emang gue gak ganteng apa.
"Tau gak kalau kata orang jodoh kita itu mirip dengan kita,jangan jangan kita jodoh"
Gue menghela nafas,suka suka jeno aja,dia kalau ngantuk emang suka  menghayal dulu.

"Jaem janji yang tadi beneran kan?"
Sorot mata hitamnya tajam menatap gue dengan cahaya minim.Gue gak suka tidur pake lampu,makanya kalau dia tidur suka ngegrepe gue karena takut.

"Kalau bener,besok gue ngelamar dong,siap siap aja,gue udah siapin cincin buat lo"
Tangannya sibuk mencari letak tangan gue kemudian di letakkan di dadanya.
Gue merasakan tangannya mengelus jari manis gue.
"Dengar gak,gue deg degan"
Senyumnya bercahaya sehingga gue bisa liat matanya yang hanya segaris ketika bibirnya tersenyum.
Gue merasakan detak jantungnya dengan jelas.
Kehangatan mengalir ke seluruh tubuh gue bersamaan dengan setiap detakannya.
"Udah,tidur deh katanya tadi ngantuk"
Seandainya gue tau apa yang akan terjadi besok gue gak akan pernah membiarkan matanya tertutup.
"Besok gue mau makan nasi telur bikinan lo yah"

*
*
*

Jam enam gue bangun untuk membantu Mami beres beres,gue yang mengajukan diri untuk membuat sarapan hari ini karena jeno mau di bikinin nasi telur.

Mami bilang, sudah lama dia berencana menjual rumah ini,tapi jeno selalu melarang. Mami gak ngasih tau alasanya,katanya nanti kalau sudah waktunya.

Sebenarnya Pagi ini Mami harus berangkat lebih awal tapi entah kenapa tiba-tiba  dia sangat ingin sarapan bareng bareng karena memang kita jarang sarapan bertiga.

Dari sekian banyak kehilangan yang  gue rasakan,mulai dari kehilangan Harta dan benda,kehilangan keluarga bahkan diri gue sendiri ,gue gak tau kalau kehilangan kali ini jauh lebih terasa sakit dari segala kehilangan yang pernah gue rasakan.

Jam 07:40 Gue sudah selesai dengan semua urusan gue di dapur.makanan sudah tersusun dengan tiga piring di meja.

08: 00

Gue berjalan ke kamar untuk membangunkan  Jeno seperti biasa.
"Jen,bangun di tungguin Mami tuh di bawah"
Tubuhnya masih terbungkus selimut,sehingga gue hanya memegang bahunya dan sedikit mengguncang tubuhnya.
"Jenoo"
Gue menyingkap selimut yang dia pakai.

Biasanya dia akan langsung bangun dan menarik gue untuk berbaring dulu di pelukannya.
Kemudian dengan suara berat dia bilang"dikit lagi yang".
Tapi kali ini,Dia tidur.

Gue mematung menatap matanya yang terpejam dengan damai.
Dada gue seakan meledak dan bibir gue sangat ingin berteriak di telinganya.

"Jaem,Mami mau cepat cepat loh,suruh dia cepat bangun"
Mami berjalan ke kamar ini,membuka pintu dan menyadarkan gue yang masih termenung.
"Kok menghayal,Jenoo! Bangun nak"
Gue gak bergeming ketika gak ada pergerakan yang berarti dari tubuh bongsor nya. Kulitnya yang putih kini menjadi pucat,gue gak tau kapan itu terjadi,karena semuanya terjadi begitu cepat.

Mami menghentikan langkahnya setelah melihat wajah putra tunggalnya yang tertidur dengan sangat damai dengan wajah pucat.
Seakan Langit runtuh tepat di kepala kami.
Mami juga hanya terdiam menahan semua gejolak di hatinya.

Apakah ini yang takdir mau?.

Gue melihat mami yang sudah gak sanggup menopang tubuhnya.
Dia akan lebih hancur dari gue.
Tubuhnya terduduk di lantai dengan baju dinas lengkap.tanganya memeras dadanya yang terasa berat.

Sedangkan gue,masih gak percaya dengan semua ini.

"Na...cepat bangunkan dia"
Suara mami bergetar,gue melihat air mata mengalir satu persatu dari kedua matanya.
" Nana bangunkan jeno"

"BAGUNKAN DIA!!"
mami sudah histeris.

Hati gue semakin hancur.
Saking sakitnya,gue gak tau apakah ini bisa di deskripsikan dengan menangis,karena gue sama sekali gak menangis,mata gue gak panas.
Hanya tubuh gue yang seakan berhenti bekerja dengan sarafnya, sehingga gue hanya mematung.

Siapapun tolong bangunkan gue dari mimpi paling buruk ini.

Tangan gue mengepal. Semuanya terjadi begitu cepat.
Sepuluh jam yang lalu,Dia berjanji untuk tetap ada buat gue,matanya masih terbuka dengan senyumnya yang paling indah di duania,dia bilang bakal ngelamar gue hari ini dengan cincin yang sudah dia siapkan, tangannya masih memegang tangan gue seperti biasa.
Kecupannya di jidat gue masih terasa hangat.

Dia ingkar janji.

Karena hari ini dia pergi meninggalkan gue, Meninggalkan Mami dan rumah ini, Meninggalkan kita semua.
Dan melupakan janjinya.
Dia selalu meminta gue untuk tetap hidup,hidup untuk gue,hidup untuk dia, hidup untuk orang lain.
Tapi dia gak pernah meminta dirinya untuk hidup.

Gue gak pernah siap dengan kenyataan satu ini.

Lee Jeno Ardannamasai djuanda dengan segala kebaikannya di dunia.

Meninggalkan kita semua.
10 Desember 2021

#note

Maaf kalau feelnya gak dapet,aku jadi bingung mau tulis dan nyampainnya kaya gimana biar sedih.
Semoga menghibur...😭

To be continue yaa..masih ada beberapa capter lagi.. 💌💚

Remember ini fiksi yaa!!

It's Okay_ (NOMIN)✔️Where stories live. Discover now