S17

186 15 1
                                    


👑Nikmat tuhan lahir dalam berbagai rupa dan bentuk.
Termasuk diCintai dan di terima dengan baik👑

Jaemin

Waktu pertama tau kalau telinga kiri gue udah gak bisa mendengar lagi alias tuli.
Gue makin merasa kalau,Tuhan gini adil gak sih sama gue?.

Bunda dan ayah yang semakin menjauhi gue tanpa gue tau pasti sebabnya.
Mental gue yang gak tau akan bertahan sampai kapan.
Dan ketakutan gue untuk mempercayai Orang lain;giving love.

Adil gak sih semua ini buat gue?.

Sewaktu kecil,duluu banget waktu gue masih bocil.
Gue masih mengingat bagaimana bunda merentangkan tangannya buat gue peluk,gue masih ingat bagaimana ayah menggendong tubuh gue di udara.

Sekarang  Menatap mata mereka aja gue sudah tidak menemukan se cuil kebahagiaan buat gue.

Selama ini,gue belajar menerima semua kenyataan yang tuhan hadapkan sama gue.

Sakit gue ternyata gak cuman tuli di telinga kiri.
Karena benturan yang terlalu keras waktu itu,dan beberapa serpihan keramik sempat masuk ke Telinga gue,hingga infeksi kronis, Membuat peradangan pada tulang mastoid gue.
Gak hanya kehilangan indra pendengaran,gue sempat mengalami gangguan otak dan penglihatan.

Sempat gue meminta uang dari ayah untuk biaya berobat,ayah gak tau kalau uang itu mau gue pake Kemoterapi tapi gak di kasih.
Jadilah gue yang berusaha keras sendirian,mengandalkan uang hasil manggung yang untungnya cukup untuk gue membeli obat  stimulan.
Sampai Beberapa tahun gue hanya minum obat,dengan sakit kepala Yang bisa Menyerang kapan aja,sesekali cairan kental itu mulai keluar,dan Penglihatan gue yang makin menurun, Bang jahe datang ke RS itu,gak sengaja ketemu dan besok besoknya dia Menggantikan dokter yang biasa gue tempatin.Jadilah dia yang menanggung biaya operasi Lasik gue dan beberapa terapi lainya.

Gue gak jadi mau Kemo karena musti potong rambut sampai botak.

Entar hidup gue makin susah kalau muka ganteng gue juga udah gak di hargai.

*

"Yang lain udah balik?"
Setelah anak anak pulang dari sini,gue kembali lagi ke kamar Jeno.
"Iya"
Jeno baru aja selesai mandi.
"Cepat amat"

"Gue kudu istirahat,renjun yang maksa pulang"
Gue berjalan ke arah laci dan mengambil beberapa obat di sana.
Biasanya gue bangun tengah malam untuk minum ini setelah Jeno tidur,karena takut jeno tau,tapi karena sekarang karena dia udah tau gue bisa minum obat tepat waktu,gak di tunda tunda lagi.

"Kamu gak mau operasi Na?"
Dia duduk di samping gue,membantu mengisikan ulang air gelas di tangan gue, karena obatnya banyak jadi satu gelas aja gak cukup.
"Udah telat juga,kalau masih di kasi waktu sama tuhan operasi gak operasi tetap aja gue masih nafas" jawaban gue terkesan cuek.
"Setidaknya usaha Jaem"

"Ini juga minum obat usaha loh"
Gue takut kalau jawaban gue membuat dia marah,tapi yah mau gimana lagi.

"Besok kita ke bang Jahe" dia berdiri berjalan ke tempatnya dan membaringkan diri.

Jeno selalu ada buat gue selama ini,mulai dari pertama gue ketemu dia,gue selalu berusaha buat menjauh karena takut mengecewakan dia dengan banyak hal,gue takut membebani dia dengan banyak hal.
Tapi sifatnya yang terlampau baik,membuat dia gak segan segan buat nolongin gue.

Saat bertemu dengan Jeno dan Maminya,itu membuat gue sadar, ah ternyata ada orang yang menerim gue dengan baik.

"Berusaha Jaem,berjuang,karena diri lo yang lo anggap gak penting itu mungkin aja penting buat orang lain"

"Diri lo yang lo anggap gak berguna itu mungkin aja adalah sumber kehidupan orang lain"

Tubuh gue kaku mendengar suaranya yang bergetar.

Lama baru dia menyambungnya.
"Jadi..lo harus hidup,hidup buat diri lo sendiri,hidup buat orang lain".

Gue masih setia dengan posisi duduk.
Sebuah tangan melingkar erat di perut gue.

"Hidup buat gue.."
Suaranya hampir gak kedengeran di telinga gue.

Perasaan ini lagi.
Gue benci perasaan ini.
Perasaan yang membuat gue takut untuk pergi.
Perasaan yang membuat gue merasa bersalah karena gak pernah mau jalani operasi.

Gue menggigit bibir,Jantung gue berdetak kencang,gue menahan nafas dan tangis secara bersamaan.

Kenapa baru sekarang gue merasa pantas untuk hidup.

Pelukan di perut gue makin erat.
Gue merasakan getaran hebat di belakang gue.

Jeno nangis lagi.

Suara tangisnya mengundang air mata gue untuk ikut jatuh.

Sumpah,gue benci perasaan ini.

Gue berbaring menghadap ke arahnya.
Mukanya basah karena air mata,hidungnya merah,matanya mulai Bengkak.

"Kok lo jadi cengeng sih nyet"
Gue mengusap Pipinya.
Berusaha tersenyum padahal bangsatnya air mata gue juga gak berhenti jatuh.

Gue kaget ketika tangan dia juga mengusap pipi gue pelan,kemudian ke telinga kiri gue.

"Maaf Jaem,karena sudah membebani lo"
Kemudian Tangannya menarik tubuh gue untuk lebih dekat.

Dia meluk gue erat banget sampai bernafas aja Rasanya susah.

"Gue cinta juga tau sama lo,bukan cuman suka,lo harus tau itu"
Suaranya terdengar samar karena telinga kanan gue tertindis.

"Makasih"
Gue membalas Pelukannya.

Ternyata tuhan beneran adil,untuk telah memberi gue cinta dari seseorang yang juga menerima gue dengan sangat baik.

Setidaknya untuk Saat ini.
Gue sadar hal itu.

Gue sadar hal itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

#note

Kalian jan begadang yah..nanti jerawatan kaya aku😣..karena akhir akhir ini suka begadang,jadilah muka ku di tumbuhin jerawat..tapi its okay,nanti juga bakal ilang sendiri..

Makan yang baik biar kuat puasanya.💚💌 

It's Okay_ (NOMIN)✔️Where stories live. Discover now