S20

224 18 1
                                    

Nayara

Tidak sulit untuk melihat perasaan orang itu dengan jelas.gue memandang Jaemin yang duduk tepat di depan gue,kemudian mengalihkan pandangan ke arah pintu cafe melihat orang yang di sebut Jeno itu berdiri dengan peluh di wajahnya.
Nafasnya ter engah engah seperti orang yang sudah berlari berkilo-kilo.

Tidak sulit mengartikan pandanganya yang jatuh pada pria di depan gue sedang meminum kopinya.
Bukan kali pertama gue menyadari pandangan Jeno ke orang yang di sebut sahabatnya ini begitu terlihat berarti.
Gue tersenyum memberi tahu jaemin bahwa orang itu datang.

Gue hanya tersenyum lebar saat jeno datang meraih tangan pria yang duduk di hadapan gue dan menariknya keluar.
Muka tu orang gak ada santai santainya menatap gue.
Dia kira gue mau embat Jaemin kali ya?

Setelah mereka pergi,gue masih setia duduk di sini dengan semua kesendirian yang gue punya.
Uh sedikit beruntung rasanya, setelah melihat keadaan Jaemin, gue merasa perlu bersyukur.

Untuk pertemuan pertama gue dengan dia, terlihat jelas kalau anak itu gak sedang baik baik aja.
Dan ketika pertemuan kedua gue yang tanpa di sengaja di rumah sakit.
Melihat wajahnya yang pucat pasi dan tubuhnya yang lemah,gue semakin berfikir se besar apa  semua keadaan yang menimpanya.

Waktu itu gue duduk tepat di samping kasurnya,melihat wajahnya yang berangsur membaik. Tidak sepucat tadi.
Dengan berusaha keras gue membujuk bang jahe untuk memberitahu gue keadaan yang menimpa jaemin selama ini.
Bukan urusan gue sebenarnya.
Tapi gue perlu itu untuk paham bahwa keadaan gue yang sekarang bukanlah masalah besar.

Kepahaman gue sampai pada klimaksnya waktu melihat bagaimana tubuh lemah itu terbaring di lantai dengan beberapa bekas pukulan.

Iya.gue cukup baik baik aja di banding dia.

Gue hanya kurang bersyukur untuk memiliki orang yang masih peduli dengan masa depan gue.

***

Jeno

When I open my eyes, the beginning and end of my day are always filled with you
Always be by your side huh
You used to always fall asleep in my arms
In our days
You always make me smile.

Lagu Hyuk boy with a star terputar di playlist musik gue,mobil ini terasa lebih menenangkan dan menegangkan secara bersamaan.

Gue baru aja mengantar dia untuk check up seperti biasa, setiap hari kamis dan senin setiap minggunya.
Tubuhnya terlihat lebih kurus akhir akhir ini,bibir dan matanya juga semakin  pucat.

"Nanti malam kita jalan ya?"

"Kemana?" Dia menatap gue bertanya.
"Ikut gue aja,gue bawa ke tempat yang keren deh"
Setelah beberapa hari lalu membawanya ke dufan,gue sedikit kecewa karena ternyata Dufan lagi renovasi untuk persiapan tahun baru.
Jadi kita gak bebas buat pilih wahana,karena beberapa kena renovasi.
Jadi gue berencana ngajakin dia ke pasar malam.
Biasa aja sih,karena kita emang dulu kadang  manggung di pasar malam.
Tapi untuk beneran pegi ke sana buat senang senang gue belum pernah.

" mau ke pantai gak?"
Sedih banget rasanya waktu jaemin memutuskan untuk membuat Dream istirahat.
Selama waktu yang gak di tentukan,kita bakal Hiatus dulu buat manggung,kalau sekedar kumpul kita masih sering.
"Boleh"
Karena sekarang kalau ngomong kita jadi kayak canggung gitu,jadi gue merasa kalau kita berdua jadi semakin jarang berinteraksi.

Setelah tiba di tujuan,gue mengajak dia turun.
Akhirnya setelah sekian lama,gue bisa ngeliat mukanya lagi dengan senyum yang gak kalah cantik dari senja.
Gue menarik tangannya pelan,membawa dia lebih dekat dengan bibir pantai.
"Sepatu lo lepas aja,nanti basah"
Gue inisiatif untuk tunduk dan membantu dia melepaskan sepatunya.
Sepatu hadiah yang gue kasih di ulang tahun dia yang kemarin;21.

"Gue bisa sendiri Jen"dia buru buru tunduk tapi gue mendorong dia pelan untuk kembali berdiri.
"Gausah,gue aja"
Dia menghela nafas,matanya kembali menatap hamparan biru yang luas.

Gue kemudian meraih kembali tangannya untuk gue genggam.
Matanya menatap gue penuh arti,gak ada yang lebih membahagiakan selain melihat senyumnya di dunia.

"Ayo" gue menariknya pelan untuk berjalan jalan.

"Senjanya masih gak kalah cantik sama lo"
Sumpah melihat wajahnya yang tertimpa sinar senja bikin gue pengen peluk dia erat banget.

Dia beralih menatap gue ngeri.
"Gombal mulu lo"
Bibirnya sedikit terangkat.
Gue cium sekarang boleh gak sih.

Tangan gue bergerak melingkar di bahunya,kemudian turun ke pinggangnya.
Wajahnya masih serius menikmati warna gradasi senja dan laut.

"Jen,gue masih belum mengerti caranya buat pergi.."
Gue ingin memotong bicaranya tepi dia lebih duluan.
"...Merasa kalau semuanya masih bisa di perbaiki,bikin gue lupa kalau satu satunya tuntutan hidup itu ya merelakan apa yang sudah melewati batas diri;melepas sesuatu yang memang sudah ketetapanya cuman sampai saat ini untuk kita"

Gue melihat matanya bercahaya karena senja,tapi semakin lama semakin hilang juga cahaya itu.

"..Mau gue berjuang sampai jungkir balik sama lo,kalau bukan itu yang takdir mau untuk gue,yah bukan gue yang dapat"

Kini matanya sudah gelap,bersamaan dengan hilangnya senja di ujung laut.

"Jadi besok besok,kalau lo mau berjuang jangan ke sembarang orang"
Gue mau marah tapi gak tau harus bagaimana lagi.
Tangannya mengepal sama kerasnya dengan kepalan tangan gue.

Kenapa dia suka banget bikin gue selemah ini sih.

Sore itu adalah waktu terakhir gue untuk bisa mengajaknya bebas.

Karena sebelum tiba di rumah, darah segar mengalir deras dari hidungnya bersamaan dengan kepalanya yang tiba tiba sakit dan telinga dia yang mengeluarkan nanah.

Hati gue hancur setelah melihat dia berbaring di ruang ICU dengan segala tetek bengek rumah sakit di tubuhnya.

Dan seperti biasa.
Gue cuman bisa nangis.

Nangis sampai kepala gue sakit.

Nangis sampai kepala gue sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

#note

Maaf karena akhir akhir ini jarang up,yang biasanya up sampe 3 kali sehari sekarang up satu aja susah...

Kalian jangan takut melepas loh yaaaa,entar ribet..mueheheheh..💌💚

It's Okay_ (NOMIN)✔️Where stories live. Discover now