S29

343 20 3
                                    

*Prepare to epilog*

Jeno

*86400 detik sebelum kehilangan

Setiap melihat rumah ini,gue selalu bernostalgia dengan keadaan dulu,Gue selalu ingin pergi dari rumah ini dengan Mami,membuat rumah kami sendiri yang sederhana sehingga gue gak perlu merasa kalau gue terlalu sendiri.
Tapi setelah melihat sosok yang makan telur tomat buatan mami,sosok yang duduk menonton film film kesukaannya dengan bahu merosot, gue jadi mengurungkan niat untuk meninggalkan rumah ini.
"Serius amat lo"
Gue memeluk lehernya membuat dia duduk dengan benar.Hidung gue menempel pada helaian rambutnya yang lembut,dia gak suka sama strawberry tapi shampoo Fruity yang dia gunakan lebih dominan dengan aroma buah yang paling dia benci itu.

"Jangan cium cium bau ni gue belum keramas"
Gue melompat melewati sandaran sofa dan duduk di sampingnya.
"Belum keramas aja wangi gini"
Gue pikir bahu gue cukup untuk tempat dia bersandar setiap dia kesusahan,tapi ternyata yang membutuhkan bahu untuk bersandar itu adalah gue.
Bahunya selalu pas untuk gue bersandar,rasanya nyaman setiap kali kepala gue menyentuh bahunya dan menutup mata.
Gue meraih tangannya,Tangan yang  paling gue suka setelah tangan Mami yang sudah membesarkan gue.
Jarinya lebih lentik dari kebanyakan jari cowok yang gue liat,telapak tangannya  lembut dan hangat.

"Pesen kopi dong jen"

"Kopi lagi?"
Setau gue dia sudah dua kali memesan kopi hari ini,seandainya kopi yang dia pesan biasa biasa saja tapi gue khawatir dengan kopi yang dia minum.
"Iya"
Matanya masih fokus dengan tv.
"Gue bikinin susu aja deh"
Gue sudah bersiap berdiri untuk bikinin dia susu tapi tangannya menarik gue untuk duduk kembali.
"Gausah,gak jadi"
Gue menghela nafas,kopi yang dia minum bukan kopi main main yang kaya di warkop DKI yang kopinya gak sampai sesendok.
Americano less sugar 8 shoot. Gak baik untuk penderita mag.
Walaupun Jaemin gak mag tetap aja sesuatu yang berlebihan gak baik buat kesehatan.

Mata gue menerawang mengingat banyaknya momen yang sudah gue lewatin bareng dia,Mulai dari gue kenal dia pertama kali, berteman dengan dia,bersahabat sampai pada saat ini gue Jatuh buat dia.

Mami pernah bilang sama gue" Jatuh Nak,jatuh sejatuh jatuhnya untuk orang yang rela jatuh bersama kamu"
Dan dari sini gue tau,kalau alasan Papi dan Mami berpisah bukan hanya karena selisih paham,dan Sifat Papi,tapi karena mereka yang tidak  bisa jatuh bersama dan untuk satu sama lain.

"Nana.."

"Na Jaemin"

"Na jaemin Bhima giandra"

Gue terus menyebut namanya sampai dia mematikan TV dan fokus ke gue yang bersandar di bahunya.
"Apa"
Matanya selalu membulat setiap kali dia bertanya 'apa' atau 'kenapa'
" Gue ada satu permintaan"

"Kalau lo mau kabulin,Besok gue ngelamar lo"
Dia langsung menarik bahunya menjauh,kemudian berhadapan dengan gue.
"KALO NGOMONG SUKA GAK NGOTAK,MAMI JENO NIH MII!!!"
Dia langsung emosi kemudian memuku bahu gue berkali kali.
"Hahahaha!" Gue ketawa keras.

"Gak! gak! Ampunnn" gue menyatukan kedua telapak tangan di depanya.
"Gue serius nih,gak bercanda,emang lo gak mau?"

Setelah berkali kali kita berencana untuk ke pasar malam,dan untuk yang ke- berkali kalinya juga kita gak jadi pergi.

"Simpel aja permintaan gue"
Gue kembali membenarkan duduknya,dan kembali bersandar di bahunya sambil memainkan jemari tangannya.
"Lo harus janji sama gue"

"Janji gak bakal ninggalin gue,dan jadikan gue orang paling pertama yang lo cari kalau lo ada masalah"

Gue selalu ingin berguna untuk orang yang sudah membuat gue Jatuh *jatuh cinta.

Gue memainkan kelingkingnya,berharap dia memberi gue kepastian untuk kali ini.

"Jen.."

*36000 detik

Ini sudah jam 11 dan gue sudah lumayan mengantuk.

"...lo sadar gak kalau selama ini kita,lo sama gue, selalu merasa kurang satu sama lain,Gue selalu merasa masih kurang berguna buat lo,gue masih kurang berkorban,gue masih kurang berharga buat lo..."

"..gue selalu ingin jadi orang yang berharga dalam hidup lo,tapi gue merasa belum cukup untuk lo. Gue pikir lo juga sama dengan gue"
Dia menundukkan kepalanya,menatap manik mata gue dengan tatapan teduhnya.
Senyumnya mengembang memamerkan deretan giginya yang rapi dan pipi
yang tertarik ke atas,matanya sedikit menyipit menandakan betapa tulusnya senyum itu buat gue.

"Gue janji"
Ucapnya sambil meraih jari kelingking gue untuk di tautkan dengan jari kelingkingnya.

Hati gue terasa hangat,seperti ada yang menyetrum tubuh gue dengan kebahagiaan.

Gue bahagia...dia sudah berjanji.

Empat hari pasca Jaemin keluar dari rumah sakit dan di nyatakan sembuh.
Dua hari lalu rencana kita untuk ke pasar malam batal,kemarin juga batal.

Gue pikir masih ada hari esok untuk kita tepati keinginan kita.

Gue salah.

"Gue juga janji sama lo"

Tangan gue semakin erat menautkan jari kita.

Sayangnya..

Setelah tautan jari kita terlepas,Janji kita juga ter ingkar,ter lepas,hancur.

Karena malam itu,Dia memeluk gue seperti biasa,gue menciumnya seperti biasa,gue memeluknya seperti hari hari biasa.
Jam dua belas malam,kita masih bercerita tentang beberapa momen gue dengan dia,kita bercerita betapa lucunya ko Hasim saat melihat dia yang selalu mengira itu adalah gue.. semuanya seperti biasa.

Tapi gue tertidur terlalu nyenyak.

Jadi ingkarlah janji gue ke dia..

Gue tertidur terlalu nyeyak.

Tidur yang panjang.

08:00 AM

0 detik Hilang

#note

Makasih sudah membaca cerita ini sampai sini....💌💚

It's Okay_ (NOMIN)✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt