S{Mengenang}

400 14 2
                                    


Jaemin

Malam tahun 2010 gue duduk bersama ayah dan Bunda di meja makan, ketika pertama kali Ayah tanya sama gue "Nanti kalau besar mau jadi apa?".
Umur sepuluh tahun jujur gue masih bingung untuk menentukan cita cita,bahkan pikiran gue gak pernah sampai untuk memikirkannya. Tapi malam itu gue menjawab dengan percaya diri "Jaemin mau jadi musisi yah". Gue membayangkan betapa menyenangkannya berbagi kebahagiaan dengan orang lain,nyanyi bersama,ketawa bareng dan bertemu banyak orang.
Gue melihat  ayah yang hanya diam  dengan wajah meremehkan " Yakin mau jadi begitu, Pikirkan baik baik,kamu itu anak sulung"
Bunda hanya diam melihat gue yang mengepalkan tangan.
Ayah adalah orang pertama yang menyadarkan gue,Kalau mimpi atau cita cita yang kita punya itu bukan sepenuhnya milik kita.
Ada orang lain yang menginginkan hal yang sama,dan ada orang lain yang ikut
Mengisi mimpi kita.

Disitu gue berfikir, sebenarnya untuk apa hidup ini? Dan buat siapa gue hidup?.
Apakah untuk diri gue sendiri?
Buat  ayah? Atau untuk orang lain?

Tenyata yang di inginkan orang tua seperti ayah adalah tidak membuat diri dia malu.
Anak sulung yang harusnya menjadi kebanggaan dia,Memilih untuk tidak memikirkan perasaannya, memilih membuat dia kecewa, Memilih mempermalukan dia karena anak sulungnya gak dapat gelar sarjana.
Karena gue memilih untuk tetap menjadi musisi ketimbang mengurus perusahaan  atau minimal menjadi seorang dokter.

Gue terlalu sayang sama diri sendiri.

Ayah orang baik,bagi gue ayah adalah orang yang baik,baik pada dirinya sendiri karena gak ingin kecewa.

Setelah semuanya terjadi,gue sudah gak pernah duduk di meja makan dengan ayah dan bunda,keripik pisang yang hampir setiap hari bund bikin buat gue gak pernah berkurang dari toplesnya.
Sampai seseorang datang ke hidup gue, membuat gue jadi lebih percaya diri dengan pilihan gue, orang yang selalu datang ke rumah gue dan mengambil satu toples keripik itu dan dimakan.

Jeno.

*
*
*
Katanya waktu bisa membuat kita sembuh dari luka tak berdarah sekalipun.
Tapi ini gue. setelah Genap empat tahun kepergiannya.Meninggalkan gue dengan janji yang dia buat sendiri.

Malam ini, berlalu dan akan seperti ini lagi untuk malam besok. duduk di salah satu bangku yang terletak di ujung tempat ini.
Tempat yang selalu gagal gue kunjungi dengan dia;Pasar malam.
Setiap malam jika ada waktu,gue akan duduk di sini,sendirian,betah dengan segala kebisingan tempat ini,bau asap rokok,bau makanan, teriakan kebahagiaan orang orang,gue menikmatinya sampai waktu pagi tiba dan pasar ini bubar.
Selama empat tahun,yang gue lakuin adalah terus mengenang dia, tapi bukan berarti gue sudah menerima kepergiannya.

Gue gak pernah benar benar ikhlas untuk hal itu.

"Halo nak kamu dimana?"

"Lagi di luar Mi,kenapa?,mau jaemin beliin sesuatu?"
Kata Mami Tuhan itu baik, Maknanya dia mengambil orang orang baik lebih dulu,orang orang yang dia butuhkan,orang yang membuat dia bangga.
Dan Jeno adalah orang baik.

"Gada,Mami cuman nanya,nanti pulang yah"
Empat tahun setelah dia pergi,Mami terlihat sudah sembuh dengan lukanya,mami sudah terlihat baik baik saja dengan kepergianya.Tapi kenapa gue masih belum terima?.
Gue masih selalu menginginkan sosoknya bersama gue,gue masih ingin mendengar suaranya,menatap matanya dan melihat senyumnya. Gue masih membutuhkan pelukannya yang selalu hangat.

"Iya Mi"
Gue menutup telfon dan bersiap siap untuk pulang,Jika mami meminta gue pulang,gue harus pulang sekalipun gue akan sangat nyaman di tempat ini sampai pagi.

Ini sudah hampir jam 12 dan setelah gue tiba di rumah ini Mami masih duduk di meja makan seorang diri  dengan teh hangat di tangannya.

"Assalamualaikum Mi"
Gue menghampirinya untuk mengecup punggung tangannya.

It's Okay_ (NOMIN)✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora