46-Felix licik

673 46 35
                                    

/ Allice Alea Kimberly /

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/ Allice Alea Kimberly /

*

"Aaaahhh, Felix! Hiks!" Alea mengadu, menjulurkan tangannya yang merah pada Felix. Gadis cantik itu lagi-lagi bertingkah, membuat Felix sedikit geram.

Sebenarnya, bukan seperti ini rencana Felix. Entah, mengapa sekarang rasanya dia terjebak dalam rencananya sendiri? Membuat rencana dadakan untuk melamar Alea, juga membuat dirinya harus menerima kenyataan yang selama ini disembunyikan.

"Pelan-pelan Felix," pinta Alea. Bibirnya melengkung ke bawah, matanya berair. Alea menyenggol wajan tadi pagi, dan sukses itu membuat Felix harus memaksakan kesabarannya.

Berusaha bersikap biasa saja, tidak, tidak ada apa-apa. Namun, entah mengapa niatnya untuk membunuh Alea setelah ia mendapatkan bayinya, perlahan sirna. Gadis kecil ini, menggemaskan. Walau terkadang menguras emosi.

Felix tanpa sadar menukikkan senyummya, dia mengusap lengan Alea dengan lembut. Oh ya, perlakuan kasar Felix perlahan kian memudar, satu kabar baik bagi Alea.

"Sudah mendingan, Sayang?" tanya Felix lembut, sangat lembut dengan gerakan bola matanya yang menuju ke wajah Alea.

Alea mengedarkan pandangannya, dia membalas sorot mata Felix, lalu tersenyum senang. Pipinya agak blushing, kini tangannya memindahkan rambutnya ke belakang telinga. "Semakin cocok menjadi suamiku!" celoteh Alea, tidak menyaring perkataannya lagi

Felix segera memutuskan pandangan mereka berdua. "Kau ini, asal terus bicaranya!" balas Felix sedikit dengan nada tinggi, dia berjalan menuju dapur dan duduk di kursi makan. Kedua tangannya dia jadikan sebagai penopang dagunya.

Alea menerbitkan senyum dengan deretan gigi putihnya. "Ayolah, Felix! Kakak angkatku, kau sudah melamarku. Selama ini ternyata kau tidak seburuk itu, tingkatkan lagi, ya! Aku bangga pada kemajuan yang kau buat!" ocehnya sambil berjalan untuk menghampiri Felix kembali.

Suara tapak kaki beberapa detik, hening. Hingga Alea duduk di kursi makan sebelah Felix dan menyenderkan kepalanya pada bahu Felix. "Kau semakin manis saja!" celetuk Alea lagi.

"Alea, aku tidak membuat kemajuan apa-apa. Apa yang harus kutingkatkan?"

Alea mencubit pipi Felix dengan gemas. "Berhenti bertingkah seperti tidak tahu begitu, Felix yang sombong lama-lama memang menghilang ya!" Kedua tangan Alea menyeluruhi tubuh Felix, ya, Alea memeluk Felix dengan hangat.

Lagi, Felix dirundung perasaan bingung ini. Setiap malam, hampir setiap jam di malan hari, ia memikirkan kemana juga hilangnya Felix yang tidak berperasaan? Menjijikan, Felix yang sekarang memiliki hati.

"Aku hanya ingin bayinya, Alea," gumam Felix dengan tatapannya kosong ke depan.

Pelukan dari Alea lama-lama terlepas, dia menegakkan kepalanya ke atas lalu berucap, "Ya, aku tahu, tapi itu sekarang. Tidak nanti." Senyumnya kembali terlihat.

Imaginary Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang