41-darah membuatmu candu

732 60 17
                                    

/ Azazel Sirennallius Kim /

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

/ Azazel Sirennallius Kim /

*

Pena tak kasat mata itu kini melukis di lerung hati terdalam Allin, membiarkan Allin berpulang kepada sang pencipta. Mengikhlaskan Allin dipeluk erat oleh semestanya. Meluruh bak realita yang baru saja dia terima beberapa saat lalu. Lalu, pena tak kasat matanya itu menuliskan kalimat usai secara tak langsung.

Ya, sudah usai hidup Allin.

Sudah usai masalahnya di dunia.

Sudah usai, tepatnya Felix yang membuat semuanya usai.

Felix menjatuhkan Allin yang sudah penuh darah. Dia menarik kaki Allin sampai Allin menyentuh lantai, kemudian kembali menariknya untuk disembunyikan ke dalam kamar mandi. Dia perlahan-lahan mengangkat tubuh tak bernyawa itu, menaruhnya dengan sangat hati-hati di bathtub.

Felix mendengus geli, wajahnya Allin kini lembab oleh darah yang terus bercucuran itu. Tangannya pun sudah tak terbentuk lagi. Felix menguliti Allin dan menikmati setiap erangan kesakitan Allin. Gadis yang malang.

Dan, kakak yang kejam.

Felix mendekatkan dirinya pada Allin kembali, mengelus puncak kepalanya lalu mencium kening Allin cukup lama. "Maaf, lebih baik kau mati daripada hidup dalam kebohongan, bukan?"

Felix mengambil pisaunya yang masih tertancap di dada Allin. Dengan keras dalam sekali hentakan pisau itu tercabut. Felix menjilatnya, membersihkan darah yang masih menempel di pisau tersebut dengan lidahnya. "Semoga kau bahagia di alam sana. Selamat pulang."

Kemudian Felix membungkuk, mengusap dada Allin yang kini sudah cukup robek olehnya. Jari tangan Felix mengikuti arah luka Allin. Melingkar, karena Felix memutar pisaunya setelah pisau itu menancap sempurna pada tubuh Allin.

"Bukankah darah segar bisa meremajakan kulit? Ini bagus, banyak sekali," gumam Felix. Dia mengambil jari-jari Allin, lalu memotongnya dengan kecil-kecil. Hingga seluruh tangan Felix pun mulai kena cipratan darah.

Semakin banyak darah tertampung di bathtub miliknya, semakin bagus kulitnya nanti. Bersemangat, Felix terus mencincang tubuh adiknya itu. "Papamu bahkan tidak menyayangimu," kata Felix, matanya memicing saat melihat nadi pada tangan Allin tetap berdetak.

Felix cepat menggeleng, tanpa pikir dua kali dia segera menghujamnya. Memotong pergelangan tangan Allin hingga detakannya menghilang. Semakin lama semakin banyak potongan-potongan tubuh Allin, dirasa darahnya sudah cukup, Felix memindahkan potongan tubuh Allin ke dalam box yang cukup besar di kamar mandinya.

Merendam dirinya dalam bathtub yang berisi darah kental, benar-benar segar bagi Felix. Darah adiknya sendiri pula, menyenangkan.

Sekitar lima belas menit Felix menikmati darah Allin, memanjakan kulitnya. Felix keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menempel di pinggangnya.

Imaginary Devil (END)Where stories live. Discover now