56-patahkan tulangnya

364 30 14
                                    

_Felixo Asheria Andromalius _

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

_Felixo Asheria Andromalius _

**

Tok tok tok

Suara ketukan pintu itu terdengar sampai ke penginapan Felix yang jauhnya sekitar ratusan meter. Ia mengintip lewat jendela, itu Alea yang sedang berdiri di depan pintu penginapannya Benjamin.

Sialan, Benjamin! Felix terus merutuki Benjamin dalam hatinya, dan Alea juga. Wanitanya itu sangat nakal ya sekarang. Berani-beraninya dia seolah sengaja membuat Felix menguras rasa cemburunya.

Sekian detik, pintu terbuka. Benjamin dengan senyum lebarnya mulai terlihat, ia mengulurkan tangannya untuk menerima apa yang Alea bawa. "Kau pasti belum sarapan, tadi aku membuatnya terlalu banyak, akan sayang jika dibuang, jadi kupikir ini untukmu saja," lontas Alea, juga dengan senyumannya yang semakin hari semakin manis saja di penglihatan Felix.

"Wah, baiknya! Kau tahu saja jika aku sedang kelaparan, haha!" imbuh Benjamin, tangannya bergerak untuk mengacak rambut Alea. Seperti gadis pada umumnya, Alea pun merasa senang walau rambutnya jadi tidak tertata rapi.

"Kau mau menemaniku untuk sarapan bersama?" tanya Benjamin sebagai ajakan. Felix yang masih memperhatikan semua itu dari kejauhan tidak mendengar dengan jelas apa yang mereka berdua katakan.

Felix menggeram sebal. "Mereka sok dekat sekali, huh!" gerutu Felix. Namun, sepersekian waktu matanya menangkap Alea mengangguk dengan senyuman yang menampakkan gigi-giginya.

Felix menukikkan alis, netranya langsung mengerling ke arah lain dan berdecih, "Cih! kenapa Alea senang sekali sampai tersenyum seperti itu," sebalnya.

Tak bisa menahan lebih lama lagi, Felix mau tak mau kembali memfokuskan dirinya ke pusat yang sedari tadi ia perhatikan. "Apa? Kemana mereka berdua?" Benjamin dan Alea tidak berada di tempat semula. Ini membuat Felix mengepalkan tangannya sekuat mungkin.

"Sialan, apa Alea masuk ke dalam penginapan Benjamin? Berengsek pria itu!" Felix membuka pintu penginapannya, ia melangkah dengan hentakan yang kasar. Bahunya pun sengaja ia naikkan seperti gergasi yang ingin menginjak-injak semut yang mengganggunya.

Saat Felix sudah tepat berdiri di depan pintu penginapan Benjamin, ia menempelkan telinganya ke pintu kayu yang tampak alami itu. "Kau tahu Alea, sehabis ini aku ingin berkeliling merasakan kedamaian di sini, aku juga ingin mencoba baju tradisional yang dikenakan oleh orang India di sini. Jika itu disewa, aku akan menyewa beberapa setel atasan dan bawahan!" seru Benjamin, seperti begitu excited dengan semuanya yang tampil di sini, Kashmir.

"Apa katanya? Dia sudah gila, ya?! Mau memakai baju tradisional?" Felix menahan tawanya, seolah mengejek Benjamin yang begitu percaya diri mengatakan itu di depan wanitanya. "Kalau aku, tidak akan mau memakai pakaian itu sampai kapan pun! Kampungan, bukannya lebih fashionable pakaian modern," cibir Felix.

Imaginary Devil (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ