42-percayalah

659 60 21
                                    

/ Allice Alea Kimberlly /

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

/ Allice Alea Kimberlly /

*

Tentu, tak buang waktu lagi, Felix menerbangkan dirinya dan Axel juga ke Indonesia. Seperti yang Felix bilang Alea bisa lakukan apa pun tanpa diduga. Gadis polos yang terlihat jinak itu memiliki sisi lain yang Felix ketahui sangat buas.

Nekat, Alea bisa saja lakukan hal tak benar tanpa pikir dua kali. Jalannya terlihat buru-buru, antara tidak sabar melihat Alea dan tidak sabar melihat apa saja yang gadis itu lakukan selama tak ada dirinya.

Tentunya, Felix pun harus memesankan satu layanan perjalanan untuk Axel sampai ke Indonesia. Mereka langsung berpisah dari bandara. Felix tak ingin bolak-balik mengantarkan temannya kemudian pulang ke hotelnya sendiri. For your information, rumah Axel sangat berbanding arah dengan hotel Felix.

Sekitar 45 menit perjalan dari bandara ke hotel, Felix menurunkan kakinya dengan cepat. Tak ingin berlama-lama dia segara berlari masuk ke dalam. Ditambah, cuaca yang mendung diprediksi akan turun hujan beberapa saat lagi.

"Akhirnya," gumam Felix. Dia memilih untuk langsung ke unit Alea. Melupakan unitnya yang di atas, Felix mementingkan unit Alea terlebih dahulu.

Mengetuk berkali-kali dan tak ada jawaban, Felix cukup resah. Pada akhirnya dia mencoba untuk menggerakkan kenopnya, tidak terkunci. Gotcha! Felix membuka pintunya segera, mendorong dengan bahunya dan langsung tampak Alea di atas ranjang dengan makanan ringan di tangannya.

Gadis muda itu menoleh heran ke arah pintu, kakinya lurus di atas ranjang, punggungnya bersandar di kepala ranjang dan di atas paha Alea ada setoples biskuit yang sedang dikemilnya.

Alea memiringkan kepalanya, alisnya naik satu tanpa dikomando. "Felix?" ucap Alea memecahkan suasana.

Felix mengelus dadanya sendiri, uh sudah panik sedari tadi, tapi ternyata Alea sedang duduk santai tanpa ada apa-apa. Felix mulai masuk dan menutup pintunya kembali. "Kau tak apa?" tanya Felix.

Alea terkekeh geli. "Kau lihat aku? Tak apa-apa Felix. Baik, semuanya baik," sahut Alea, sedetik kemudian ia tersenyum manis. Meyakinkan pada Felix bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Felix membuang napas lega. Pikiran overthinkingnya pada Alea segera diusir cepat dari kepalanya. Ia menaruh kopernya di dekat lemari kecil sebelah pintu. Lalu berjalan sampai merebut biskuit Alea.

Felix memasukkan satu keping biskuit ke dalam mulutnya. Duduk di samping Alea dan mengambil paksa remote yang tadinya ada di tangan Alea. Jarinya menekan tombol-tombol di remote tersebut dengan lihai, mengganti chanel televisi yang lebih menarik baginya.

Alea berdecak. "Felix, filmku sebentar lagi habis. Tunggu dulu jangan diganti!" peringat Alea. Mulai marah pada Felix.

Felix mengedikkan bahunya tak acuh. "Oh iya, orangtuamu ternyata sudah meninggal," balas Felix, entah sadar atau tanpa sadar.

Imaginary Devil (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu