49-mendesah jika kau mau

684 38 39
                                    

/ Felixo Asheria Andromalius /

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

/ Felixo Asheria Andromalius /

**

"Ah, kau rupanya."

Alea memainkan jari-jari tangannya, situasi canggung ini serasa menggerogoti jiwanya. Mengapa Felix benar-benar serius untuk menyuruhnya menemui orang ini sih. Alea benar-benar tidak tahu harus mengatakan atau melakukan apa pun sekarang.

Lintasan detik berlalu, hingga suara itu kini menyapanya kembali. "Baiklah Allice, bagaimana kabarmu?"

Alea memejamkan matanya sebentar, untuk menerima bahwa Allice memanglah namanya. Sudah lama sekali ia tidak mendengar sapaan seperti itu. "Kau sudah menanyakan itu lima belas menit yang lalu," balas Alea, dengan senyum simpul yang hampir tidak terlihat.

Tampaknya bukan hanya Alea yang termakan situasi canggung ini. "Sebenarnya aku ... mengajakmu bertemu untuk memberitahukan sesuatu. Tapi setelah aku melihatmu yang seperti sekarang ini, kurasa kau tidak perlu mengetahui itu."

Alea mengerutkan keningnya. Ia menatap pria di depannya dengan pandangan yang serius, tapi juga bingung. "Memberi tahu apa?" tanya Alea, mulai penasaran.

"Allice, maaf, tapi kau pasti akan lebih baik jika tidak mengetahui ini," balas pria dengan kacamata itu. Ia melihat Alea dengan senyuman kecil, tetapi matanya seakan mengasihani Alea.

"Aaron Dominic," tegas Alea, "tidak baik mempermainkan wanita. Again, panggil saja aku Alea, jangan Allice."

Aaron tersentak. Lalu ia membuang pandangannya ke arah lain. "Ah, baik. Kau tidak membalas pesanku tadi pagi, jadi kukira kau tidak suka jika aku panggil Alea."

Alea mengangguk paham, bukannya ia tidak mau membalas, tetapi ponselnya langsung direbut oleh Felix dan ia tidak membukanya lagi sampai sesaat sebelum berangkat menemui Aaron.

Terlepas dari latar belakangnya, Aaron adalah seorang pengacara yang Azazel kenal. Sayangnya kariernya di Filipina tidak sebagus di Indonesia, untuk itu ia menetap dan berpindah kewarganegaraan di Indonesia.

"Beritahu aku, Aaron."

Aaron mulai memandangi Alea dengan tatapan yang serasa bercampur aduk, sulit diartikan. Sehingga, Alea hanya bisa mengangkat satu alisnya menunggu Aaron mengeluarkan suaranya. "Azazel ..., dia ...."

Alea semakin serius menatap mata cokelat Aaron. Mimik wajahnya berangsur-angsur berubah menjadi cemas. "Ada apa dengannya, Aaron?"

Aaron secara perlahan mengambil tangan Alea yang tengah memegang sebotol kopi. Tangan Alea dibawanya ke meja dan ditumpuk oleh tangannya juga. Dengan mengusap lembut, Aaron mengembuskan napas kasar. "Azazel ... saat ini sedang sekarat."

Deg!

Mata Alea membulat sempurna, kerutan di dahinya perlahan menghilang. Tatapannya mulai kosong, Aaron paham perasaannya. Maka dari itu, ia berusaha menyalurkan energinya lewat usapan tangannya.

Imaginary Devil (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt