39-kebohongan besar terungkap

723 63 25
                                    

/ Annalyn Lilibeth /

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/ Annalyn Lilibeth /

*

Dalam dongeng, jika kalian pernah mengenal serial Disney, kalian pasti tahu seorang pangeran tidak selalu menikahi seorang putri.

Contohnya, seperti Cinderella dan Belle, mereka tidaklah terlahir dari orang ternama, Cinderella hanya gadis yatim piatu, dan Belle hanya seorang perempuan yang menyasar hingga bertemu dengan si Beast.

Kalian pun semestinya tahu, banyak pangeran yang membantah rajanya hanya untuk cinta mereka.

Begitu pula Felix. Dia memaksakan senyum ramahnya, seburuk-buruk dirinya dia masih ingat bagaimana menjadi seorang tamu yang baik. Apalagi sekarang dia tengah bertamu di kediaman orang paling berkuasa di tanah Filipina.

Namun, senyum Felix perlahan luntur mendengar tawa menggelegar yang lebih terdengar mengejek, bukan menyambut. "HAHAHAHAHA," tawa Azazel. Iya, itu Azazel yang tengah berdiri di ambang pintu. Dengan Annalyn yang hanya berdiri kaku di sana.

"Beraninya kau kemari, sendirian pula," oceh Azazel.

Kali ini, Felix benar-benar menghapus senyumnya. Wajahnya datar dan memang Axel dia suruh tunggu di mobil kembali. Allin sebagai backup untuk mengancam Azazel.

Felix membusungkan dadanya, langkahnya terhenti di tengah-tengah pekarangan rumah Azazel. "Kenapa aku tidak berani kemari?" tanya Felix menantang.

Azazel memberikan senyum miringnya. "Aku bisa membunuh—"

"Aku juga bisa membunuhmu," potong Felix sebelum Azazel menyelesaikan ucapannya. Matanya menghunus tajam ke depan. Tepat ke dalam bola mata Azazel, seolah ingin menusuk bola mata Azazel dengan tombak besar.

"Oh, pria muda ini sudah terdidik rupanya," cetus Azazel lagi, terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

Felix mengangkat kepalanya, semakin memberikan pesona kesombongannya. "Aku memang selalu terdidik, tapi bukan olehmu." Suara Felix penuh dengan tekanan, setiap kata yang keluar dari mulutnya memberikan kesan mencekam.

Azazel menggeleng kembali, matanya terpejam beberapa saat. "Kau ini, selalu saja—"

"Kau ini selalu saja membuang-buang waktu. Sudah cukup basa-basinya!" potong Felix kembali. Tangannya terkepal dengan kuat.

Azazel memiringkan kepalanya, lalu menyisir rambutnya dengan sela jari-jari tangannya. "Oh, begitu. Tidak ingin minum teh dahulu? Atau secangkir kafein seperti—"

Felix memejamkan matanya kuat, mengambil banyak-banyak oksigen mendengar ocehan Azazel yang terdengar merendahkan dirinya. Felix memotong, "Aku melamar putrimu." Dengan yakin, Felix melanjutkan jalannya sampai berdiri tepat di depan Azazel.

Azazel kembali tertawa, kini terbahak-bahak membuat Felix ingin cepat-cepat mencekik pria tua ini. "Aku serius," tegas Felix.

"Aku ingin menikahi putri kalian," pinta Felix, tapi tak ada sedikitpun air muka memohon. Felix masih dengan tampang sombongnya. "Putrimu yang bernama Allice Alea Kim—"

Imaginary Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang