35-mess me up

791 64 21
                                    

/ Felixo Asheria Andromalius /

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

/ Felixo Asheria Andromalius /

*

Felix memberikan hunusan tajam, matanya fokus ke depan, tapi Alea bisa merasakan suasana sekitarnya menjadi beku. Melirik sedikit, Alea menggaruk kepalanya sendiri. Bisa dilihat Felix tengah mempertegas rahangnya, seolah memamerkan jakunnya yang terlihat menggoda.

Alea mengambil napas dalam sebelum semua oksigen di dalam mobil mereka tersedot habis oleh Felix. Ia menoleh ke samping, memandang mobilnya yang mulai melaju perlahan. "Felix ...," panggil Alea. Namun, tak ada sedikitpun niat Felix untuk menjawab.

Alea tergelak sendu, menyadari bahwa deretan detik yang lalu mulutnya sangat nakal. Salah mengucap dan seenaknya saja. Alea memandang kelabu di manik obsidian Felix, dia sepertinya terusik oleh permintaan Alea(?)

Tunggu, apa itu sebuah permintaan? Apakah bisa dianggap pertanyaan? Atau pernyataan?

Kenapa kau tak coba untuk mencintaiku?!

Layaknya rahasia sang mentari terbongkar, seperti itu juga mulut Alea tertutup sekarang. "Felix, lupakan yang tadi." Alea menggigit bibirnya, kemudian menyandarkan kepala bagian sampingnya ke kaca mobil. Jarinya bergerak melukis sesuatu hal random di jendela mobil.

"Kau marah?" tanya Alea lagi. "Maaf, tidak sengaja terucap," jujurnya lagi.

Tak lama setelahnya, terdengar embusan napas pasrah. Alea menggerakan bola matanya ke sudut matanya, melihat Felix lewat ekor matanya. "Kau tak apa? Tidak perlu dipikirkan soal yang tadi." Alea mengoceh lagi dan Felix belum mau meladeni.

Alea menepuk-nepuk pahanya sendiri, merasa kecanggungan di dalam mobil. Kecanggungan yang dia ciptakan sendiri. "Felix, kalau kau memikirkan tanganku, sudah tak apa-apa. Tidak terbakar, benar katamu," ucap Alea lagi sambil nyengir.

Felix menggeleng lemah.

"Apanya yang kau gelengkan?" Alea mulai mengangkat kepalanya lagi. Kini Alea benar-benar memfokuskan diri pada Felix. Kepalanya menoleh dan menatap Felix dengan tatapan sulit diartikan. "Kenapa tak menjawabku? Kau haus?" Alea merogoh tas kecilnya. "Oh, tadi kubeli sebotol minuman, mau?" tawar Alea sambil menyodorkan minumannya.

Alea menaikkan alisnya tak melihat tanda-tanda Felix akan meresponsnya. "Hey, ayolah Felix. Aku lelah membujukmu!" keluh Alea.

Sialan. Felix menengok cepat, lalu mengambil botol minumannya dengan kasar dari tangan Alea. "Kau mau menyiramku? Em—menyiram kepalaku dengan air itu? Tak apa tak apa, seperti waktu pertama kita bertemu saat itu? Hehe, aku masih mengingatnya." Alea mempertahankan cengirannya, deretan giginya bahkan terlihat jelas saat ini.

Gerakan tangan Felix yang membuka botol minum itu terhenti, ikut mengingat saat pertama kali mereka saling tatap. Saat pertama kali Felix dengan randomnya menculik Alea(?) Ah, apa bisa dibilang menculik? Felix saja tidak bisa memastikan.

Imaginary Devil (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt