AS_01

14.8K 304 0
                                    

Malam ini Tepat pukul 10 malam, terjadi kecelakaan mobil.

Mobil yang kukendarai terperosok dalam jurang, masih kuingat ayah yang menyetir panik karena remnya tak dapat dikendalikan.

Menabrak pembatas jalan, mungkin jurang ini tak terlalu dalam tapi lumayan parah.

Aku yang dibangku belakang, dapat keluar saat mobil itu terguling kedalam jurang.

Sedangkan ayah dan ibuku terhimpit, tak dapat dikeluarkan.

Ayah meneriakiku untuk pergi dan berbahagia. Sedangkan ibu pingsan sedari tadi saat mobil menabrak pembatas jalan.

Aku yang tak dapat apa apa, terduduk menyaksikan mobil orang tuaku terbakar.

Menangis memanggil nama mereka.

Luka ditubuhpun tak aku hiraukan, yang aku tahu hidupku sudah usai saat ayah dan ibu tak dapat selamat.

"Kau terluka parah"

Aku mendongak saat sepasang sepatu boots berdiri di depanku. Seorang pria tinggi dengan aksen Bahasa asing.

Ditangannya memegang pistol kecil sedangkan di punggungnya ada senapan. Mungkin dia sedang berburu, tapi entahlah.

Lelaki bertopi itu memakai mantel, seperti mantel dinas tapi bukan milik Indonesia. Entah negara mana, dia belum pernah melihat.

"Tolong, selamatkan orang tuaku"

Aku memegang ujung mantelnya, dan meminta pertolongan.

Lelaki itu menoleh pada mobil yang terbakar habis.

"Orang tuamu didalam sana?'

Aku hanya mengangguk, menangis. Aku harusnya tahu, tak ada jalan.

"Mereka berdua saling mencintai, dan mereka sudah mengakhiri janji cinta mereka dengan kematian bersama... Relakan saja"

Tangisku pecah, luruh begitu saja tanganku dan lepas semua harapanku.

Hanya mereka yang aku punya.

Sampai penglihatanku berbayang, kepalaku begitu pening. Sakit aku rasakan disekujur tubuh.

Penglihatanku semakin kabur dan kesadaran ku hilang.

*****

Entah sudah berapa lama aku tak sadar. Dan hari ini aku tersadar, aku bangun disebuah camp. Tenda besar dengan peralatan medis.

Dan aku tersadar, gaun pestaku kemarin sudah berganti dengan kemeja pria yang lumayan besar serta celana boxer yang juga sedikit kebesaran.

Aku tak dapat kemanapun, karena kakiku sakit dan banyak orang-orang yang berseragam disini.

Mereka melarang ku untuk pergi dari ranjang.

Dan aku tak pernah bertemu dengan lelaki itu lagi.

Dan satu yang aku sadari, semua orang disini memiliki wajah dan aksen asing.

Tak ada yang menanyakan namaku, atau asalku... Mereka hanya melayaniku seperti pasien.

Mereka kemari saat memberiku makan, minum serta obat. Dan kalau aku meminta pertolongan.

Didepan tenda ada 4 lelaki yang berjaga. Tapi mereka tidak akan masuk walaupun aku meminta pertolongan. Mereka akan mencari wanita untuk masuk.

Dua hari aku disini.

"Emm.. apa aku boleh keluar?"

"Tidak, selagi tak ada izin dari boss.. kamu tak akan bisa keluar"

"Aku bosan..."

"Diluar sana berbahaya... Lukamu belum sembuh.."

Ya, aku tahu, banyak perban yang menghiasi tubuhku. Luka yang aku derita cukup parah.

Dan, wanita didepanku ini sedang mengganti perban dikepalaku.

"Kamu memiliki 7 jahitan dikepala, 9 diperut, 3 ditangan, dan 12 dikaki... Bersyukur saja masih hidup"

Aku meneguk salivaku, aku baru tahu kalau banyak jahitan ditubuhku...

"Tenang saja, tak akan meninggalkan bekas ditubuhmu"

Aku hanya mengangguk.

"Kalian dari anggota apa?"

"Kamu tak perlu tahu, jangan mengorek informasi terlalu jauh kalau kamu masih mau hidup"

"Aku tahu"

Aku selalu minum obat teratur, dan selalu dipantau oleh perawat disini.



Dan sudah satu Minggu aku disini. Hanya makan dan minum. Tak ada celah untukku kabur.

Ada dua perawat perempuan disini tapi sama saja terlihat seperti lelaki.

Dan salama satu minggu ini aku disini tak ada tawa bahkan percakapan saja sangat jarang. Mereka akan berbisik saat menyampaikan informasi.

Sampai hari ini, diluar sana terdengar sorak kebahagiaan.

Sepertinya banyak orang diluar sana. Mereka banyak yang menyebutkan nama bos Arjuna. Entah siapa.

Sampai menjelang malam pun masih terdengar tawa bahagia mereka.

Mereka tetap melakukan tugasnya tapi tak setegang kemarin. Mereka bercanda tak tertawa.

Sampai datang seorang perawat, membawa sebuah nampan. Berdiri didepanku, Perawat itu menyerahkan dua butir pil putih kepadaku.

"Minumlah obat ini"

"Dua jam lalu aku sudah minum obat"

Aku menunduk. Semua orang disini memiliki tatapan yang tajam. Aku takut.

"Ini obat langsung dari boss, orang yang menyelamatkamu, apa kamu mau menolak kebaikannya!"

"Emm.. baiklah"

Aku segera mengambil obat itu dan meminumnya.

Dan belum sampai 15 menit, aku sudah tertidur kembali.

*********

Aku Simpanan Where stories live. Discover now